Beberapa saat kemudian terlontarlah berita duka dari mulut laki-laki itu. Karin amat terkejut mendengarnya. “Kasihan sekali,” cetusnya turut berduka. Meskipun dia baru sekali bertatap muka dengan Simon Hidayat dan langsung di-PHK oleh orang tua itu, namun dalam hatinya tak sedikit pun tersimpan perasaan dendam. Jonathan sudah bercerita bahwa sang ayah mertua rupanya mencium gelagat tak biasa dari hubungan menantunya dengan Karin.
“Bukankah Pak Simon dulu sudah pernah melakukan operasi bypass jantung, Mas? Menurut Tante Rosa, beliau dirawat dengan baik oleh istri barunya. Kenapa sampai bisa terkena serangan lagi? Apakah ada kejadian luar biasa yang memicunya?” tanya gadis itu penasaran.
Sang kekasih lalu menceritakan tentang asal-muasal kejadian naas tersebut. Bahwa Theresia semula bermaksud
“Kurasa nggak masalah,” timpal Jonathan. “There sekarang sudah agak berubah. Nggak seemosional dulu. Papa sudah menasihatinya menjelang akhir hayatnya. Kalau Mimin mau, dia bisa datang bersama Karin. Tapi jangan dipaksa lho, Bas. Nggak enak.” “I see. Dia pasti mau. Malah dia merasa sungkan sama kamu karena nggak datang. Sesama rekan bisnis, kan.” “Ok. Thanks, Bro.” “Your welcome.” Dan benar saja. Keesokkan harinya tampak Mina datang bersama Karin, Rosa, dan Bernard. “Turut berduka cita ya, There,” ucap Rosa seraya menyalami lalu memeluk Theresia yang sangat berduka. &nb
“Maksudmu Karin yang tadi duduk bersamamu?”“Definitely,” jawab Mina tangkas sambil tersenyum lebar.Lusia manggut-manggut mengerti. “Well, meskipun umurnya masih sangat muda, tapi gadis itu kelihatannya lemah lembut dan bisa memahami orang lain. Cocok juga bersanding dengan Jonathan.”“Betul sekali!” tandas Mina. “Kepribadiannya bertolak-belakang dengan Theresia yang manja, egois, dan suka memerintah. Jon pernah cerita kalau kehidupannya bagaikan di roller coaster waktu masih tinggal serumah dengan istrinya itu. Emosinya naik-turun terus. Jauh berbeda dengan Karin yang membuatnya merasa tenang dan damai. Makanya, buruan selesaikan kasus perceraiannya. Supaya Jon d
“Aku percaya padamu, There. Kulihat kau sudah berubah sekarang. Lebih dewasa, tenang, dan mandiri,” puji pria itu terus terang. Tatapan matanya menunjukkan kesungguhan ucapannya.Theresia tersenyum kecut. “Maafkan aku sudah menyusahkanmu selama ini. Syukurlah ada Karin yang setia mendukungmu. Kau bisa bangkit kembali dan kelihatan jauh lebih bahagia dibanding waktu dulu bersamaku.”Jonathan bagaikan disambar geledek mendengar ucapan istrinya. Sebelum dia sempat menjawab, Theresia langsung berkata, “Aku sudah tahu tentang hubunganmu dengan Karin. Tidak apa-apa, Mas Aku bisa mengerti kenapa kau lebih menyukainya dibandingkan diriku. Semuanya terjadi akibat kesalahanku sendiri. Sekarang aku sudah sadar. Kepergian Papa telah membuat mata batinku terbuka. Terima kasih selama ini sudah menjadi suami
Dia pernah mendengar dari Rosa bahwa dulunya Jonathan dan Theresia adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Perkawinan keduanya tampak harmonis di depan umum. Sungguh tak diduga rumah tangga yang telah dibina sepuluh tahun itu akhirnya hancur juga.Lalu bagaimana dengan hubunganku dengan Mas Jon? tanya Karin cemas dalam hati. Apakah mampu bertahan selamanya atau juga hanya akan seumur jagung?Ditatapnya pria yang masih tidur lelap itu penuh cinta. Ya Tuhan, siapa yang sanggup menolak cinta pria yang begitu gagah dan baik hati seperti ini? keluhnya dalam hati. Bahkan di saat dia berada di titik terendah dan memulai segala sesuatunya dari awal lagi, aku bersedia mendampinginya. Sekarang kantor yang kami rintis bersama Mas Bastian dan Mbak Mina sudah menunjukkan perkembangan. Banyak proyek properti yang dipercayaka
Mila mengangguk mengiyakan ucapan Theresia. Lalu dia menjawab keibuan, “Tante ikut saja kemana kamu mau tinggal, There. Kecuali kalau kamu merasa terganggu dengan kehadiran Tante. Hehehe….”Anak sambungnya merangkulnya dengan penuh kasih sayang. “Sekarang tinggal kita berdua di dunia ini, Tante. Sesuai pesan Papa sebelum menghembuskan napas terakhir, kita harus saling mendukung satu sama lain. Terima kasih atas support Tante selama ini. Kalau tidak ada Tante, barangkali There tidak akan bisa bertahan sampai sekarang….”Mila tersenyum. Dia bahagia akhirnya anak tirinya ini dapat merasakan kasih sayangnya. Lindungilah kami berdua, Tuhan, doanya dalam hati. Agar mampu saling mengisi kekosongan dalam hati akibat kepergian Mas Simon….***&nb
“Kalau begitu istirahat saja di rumah, Rin,” saran Rosa penuh perhatian. “Atau kamu mau Tante temani pergi ke dokter?”“Nggak usah, Tante. Sakit ringan kok ini. Karin olesi seluruh badan dengan minyak kayu putih aja biar kepanasan supaya cepat keringatan. Hehehe…, biar lekas sembuh.”Rosa tergelak. Karin meniru metodenya kalau sedang tidak enak badan. Setelah berkeringat, tubuh memang terasa jauh lebih segar dan siap beraktivitas kembali.“Baiklah. Kalau begitu, Tante akan segera berangkat dengan Om Bernard. Jaga dirimu baik-baik, ya Karin.”“Terima kasih, Tante.”&nbs
Sang suami mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dia senang wanita yang tak lama lagi akan menjadi mantan istrinya itu menunjukkan perhatiannya pada Karin. Berarti There memang sudah sepenuhnya merestui hubungan kami, batin laki-laki itu lega. Mudah-mudahan setelah urusan pemakaman Tante Mila selesai, aku dan There bisa segera melanjutkan sidang perceraian.Ketika Jonathan bercerita tentang besarnya perhatian istrinya pada Karin, gadis itu menatapnya dengan perasaan ragu. Benarkah apa yang diutarakan Bu Theresia sesuai dengan isi hatinya? Masa ada seorang istri yang begitu saja merelakan suaminya berhubungan dengan perempuan lain setelah menjalani biduk rumah tangga selama sepuluh tahun! Apalagi sewaktu di pernikahan Tante Rosa dia begitu tampak cemburu pada Mbak Mina yang disangkanya menaruh perasaan pada Mas Jon. Tak dinyana justru akulah yang merebut hati suaminya. Bukan wanita yang selama ini dic
“Jadi kamu masih bekerja pada Pak Jonathan, Rin? Bukankah beliau sudah membuka bisnis sendiri? Kantor pemasaran properti, ya? Aku pernah bertemu Pak Jon di acara product knowledge di sebuah kantor developer. Sepertinya bisnis barunya itu cepat berkembang, ya?” cerocos Eric pada gadis di sampingnya. Ia tidak menyadari Karin sedang berpikir keras bagaimana cara meninggalkan tempat itu.“Oh, iya. Syukurlah. Semua berkat anugerah Tuhan, Ric,” jawab gadis itu apa adanya. Tiba-tiba dia mempunyai ide. “Ehm, sori. Aku mau pergi ke toilet dulu. Permisi, Ric,” pamitnya sopan seraya berdiri dan beranjak meninggalkan sang pemuda.“Hati-hati, Rin,” sahut Eric penuh perhatian. Dia dapat merasakan mantan kekasihnya itu merasa kurang nyaman berbicara lama-lama dengannya. Padahal aku
"Terima kasih, Min," sahut Jonathan sembari menerima uluran tangan sahabatnya. Suasana mulai diliputi keharuan."Kudoakan Valentina segera memperoleh kesembuhan,Bro," kata Bastian sembari menepuk-nepuk bahu kawan baiknya itu. "Jadi kalian sekeluarga bisa cepat kembali ke negeri ini dan kita bersama-sama mengembangkan kantor ini lagi.""Thanks a lot, Bro."Begitulah ketiga orang itu kemudian saling berpelukan. Hati mereka terenyuh sekali. Mina sampai menitikkan air mata. Dia sangat menyayangi Jonathan layaknya saudara sendiri. Kepergiannya kali ini yang entah sampai kapan membuatnya merasa sangat kehilangan.Keesokkan harinya Bastian dan Mina mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan di kantor. Mereka memesan sejumlah hidangan prasmanan untuk disantap bersama. Jonathan berpidato singkat di hadapan segenap anak buahnya. Dia mengucapkan terima kasih atas kerja keras mereka
"Aku senang sekali bertemu Karin, Mas. Terima kasih sudah membawanya padaku," ucap Theresia lirih. Seulas senyum bahagia tersungging di bibirnya. Sorot matanya tampak teduh, menenangkan hati Jonathan yang memandanginya."Apa lagi yang kau inginkan, Sayang? Akan berusaha kupenuhi," kata pria itu sepenuh hati. Dirinya benar-benar hendak membahagiakan istrinya ini di sisa-sisa hidupnya.Tangan Theresia menyentuh wajah suaminya. Terasa rambut-rambut kasar di sekeliling mulut laki-laki itu. "Dulu kamu rajin sekali bercukur, Mas. Kenapa sekarang malas?" tanyanya ingin tahu.Jonathan mendesah. Dia memang sudah tak memperhatikan penampilannya lagi semenjak dokter berkata umur istrinya tinggal menunggu waktu. Kesedihan dalam hatinya begitu besar sehingga tak ingin apapun selain menemani Theresia sepanjang waktu. Pekerjaannya pun ditinggalkannya untuk sementara. Untungnya Bastian dan Mina tak keberatan. Mereka memahami sang
"Aku tahu apa saja permintaan Theresia padamu, Karin. Dia ingin kamu menikah denganku sepeninggal dirinya. Lalu kita dan Valentina pergi menyusuri klinik-klinik di Tiongkok sesuai data yang dikumpulkannya. Aku yakin kau takkan sanggup menolaknya. Kondisi istriku yang mengenaskan membuat siapapun yang masih punya hati nurani pasti mengabulkan apapun permintaannya. Aku mengerti jika kamu pun demikian. Tapi jika kau keberatan menjadi istriku, tak usah memaksakan diri. Cukup di depan There saja kau berjanji. Tak perlu kau korbankan masa depanmu demi menikah dengan laki-laki tua seperti diriku." "Cukup!" sela gadis itu seraya menutup mulut Jonathan dengan telapak tangannya. "Aku memang berjanji pada Mbak There. Tapi bukan karena terpaksa. Aku...aku...bersedia melakukannya dengan setulus hati." "Benarkah itu?" tanya laki-laki itu memastikan. Ekspresi wajahnya mulai melembut. Karin mengangguk. "Aku bukan sedang berbahagia
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka. Karin terperanjat. Di depan pintu muncullah seorang gadis kecil yang... ya, Tuhan. Mirip sekali dengan dirinya semasa kecil! Bedanya anak perempuan itu duduk di atas kursi roda yang didorong ayahnya. Sedangkan si Karin kecil dulu bebas berjalan dan berlarian kemana pun dia suka."Mama, kenapa menangis? Tante ini juga. Apa yang membuat kalian sedih?" tanya anak itu polos. Dia memandang kedua wanita itu bergantian. Tatapan matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang besar.Anak ini kritis sekali, puji Karin dalam hati. Dia juga mempunyai empati yang tinggi terhadap orang lain. Dia adalah...anak kandungku!Theresia langsung meminta Jonathan agar menaruh anak mereka di atas ranjang, supaya dekat dengan dirinya dan Karin. Suaminya menyanggupi. Diangkatnya sang putri dari atas kursi roda dan didudukkannya di depan dua wanita tersebut."Valen, kenalkan ini...Mama K
Tak lama kemudian mobilMercedes Benz berwarna hitam itu sampai di depan pintu gerbang berwarna hitam yang berdiri kokoh. Seorang petugas sekuriti mengangguk dan memberi hormat pada Jonathan yang membuka kaca jendela. Tak lama kemudian laki-laki berkumis tebal dan berbadan tegap itu menghubungi seseorang melalui walkie-talkie. Beberapa saat kemudian pintu gerbang terbuka lebar secara otomatis. Mobil Jonathan langsung meluncur masuk ke dalam. Pintu gerbang otomatis menutup kembali. Dada Karin mulai berdebar-debar. Akhirnya aku sampai juga ke rumah ini, batinnya gundah. Untuk bertemu dengan musuh bebuyutanku. Tapi kali ini dia tak bisa bersikap arogan dan sewenang-wenang lagi. Sebaliknya dia justru akan memohon ampun atas dosa-dosanya. Sontak Karin menggigit bibirnya. Tapi...bukankah aku sendiri juga bersalah kepadanya? batinnya pilu. *** "There, lihat siapa yang da
Sang pimpinan yang mengetahui bahwa Karin berasal dari kota buaya menawarinya pertama kali dibandingkan guru-guru lainnya. Gadis itu tak mampu menolak karena merasa sungkan dengan kebaikan dan bimbingan orang itu selama dia bekerja. Akhirnya diterimanya tawaran tersebut dengan berdoa dalam hati semoga dia tidak diusik oleh masa lalunya kembali.Gadis itu berusaha menghibur diri dengan berpikir tak ada salahnya kembali ke kampung halaman. Dia bisa berkumpul kembali dengan Rosa bibinya dan Mina sahabat baiknya. Jonathan dan Theresia selama ini tak pernah terdengar kabarnya. Tak mungkin mereka tiba-tiba datang mengusiknya.Berbulan-bulan dia hidup tenang di kota kelahirannya ini. Kalaupun berjalan-jalan ke mal, tak pernah sekalipun dia kebetulan bertatap muka dengan orang-orang dari masa lalu yang tak ingin ditemuinya kembali. Hidupnya benar-benar tenteram. Pekerjaannya menyenangkan. Sesekali dia berkunjung ke rumah Rosa dan Mina untuk se
Jonathan terperangah. Benar kata Mimin, cetusnya dalam hati. Karin sudah bukan gadis lugu seperti dulu. Penderitaan yang dialaminya bertahun-tahun telah mengasahnya sedemikian rupa sehingga menjadi seorang wanita dewasa yang tegas dan berkarakter kuat.Sorot mata tajam gadis itu membuat hati Jonathan menciut. Dia menghela napas panjang lalu berkata, "Aku minta maaf sudah mengganggumu, Rin. Seandainya bukan karena terpaksa sekali, aku pun takkan datang menemuimu...."Jonathan menelan ludahnya. Dia merasa tak percaya diri berhadapan dengan gadis yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Pria itu menunduk, tak berani menatap wajah Karin.Rupanya gadis itu tersentuh dengan perkataan mantan kekasihnya. Sikapnya mulai melunak. "Duduklah, Mas," katanya datar. "Ceritakan maksud dan tujuanmu datang kemari."Pria tersebut mengangguk. Dia lalu duduk di salah satu bangku. Sementara itu Karin menarik sal
"Sudahlah, Sayang," hibur Jonathan seraya memeluk istrinya yang histeris. "Tenangkanlah dirimu. Apappun yang terjadi kita akan selalu bersama-sama. Hentikan menghujat Tuhan. Kita sekarang belum tahu apa rencanaNya. Tapi aku yakin, segala sesuatu akan indah pada waktuNya.""Kurang apa aku selama ini, Mas? Apa kesalahanku sehingga aku diberi penyakit mematikan seperti ini? Apa dosaku?" isak wanita itu tak henti-hentinya. Tiba-tiba dia terperangah mendengar perkataannya sendiri. Tangannya sampai menutup mulutnya saking terkejutnya. Ya, Tuhan! jeritnya dalam hati. Inikah hukuman atas dosaku pada Karin?Ingatannya melayang pada gadis yang beberapa tahun lalu diancamnya sampai menangis histeris seperti dirinya saat ini. Karin, gadis yang waktu itu tengah mengandung Valentina, buah cintanya bersama Jonathan."Ini karma akibat dosaku pada Karin, Mas," ucapnya lirih. Dia sudah tidak histeris lagi. Tapi air matanya masih mengucur
Dia lalu duduk di samping istrinya. Diraihnya tangan wanita itu. Diciuminya punggung tangannya dengan penuh kasih sayang."Kita pulang ke Indonesia saja, yuk. Menenangkan diri sejenak sembari mencari-cari informasi lagi tentang pengobatan buat Valentina," ajaknya sembari tersenyum lembut pada Theresia."Kamu capek ya, Mas, bolak-balik Surabaya-Singapore terus?" tanya istrinya seraya mengusap pipi Jonathan mesra."Nggak juga. Udah biasa, kok. Cuma aku menguatirkan kesehatanmu, Sayang. Aku mau mengajakmu berlibur mencari udara segar di pegunungan seperti Batu atau Tretes gitu. Setelah refreshing selama beberapa hari, pikiranmu pasti akan lebih rileks. Tubuh juga menjadi lebih segar. Kamu nggak akan terus-terusan pusing seperti ini. Bagaimana?"Sang istri mengangguk pasrah. Dia lalu bergelayut manja pada pundak suaminya. "Kupikir-pikir aku juga kangen sama rumah kita di Surabaya, Ma