Beranda / Pernikahan / Cinta untuk Suami Kedua / Pertemuan di Rumah Sakit

Share

Pertemuan di Rumah Sakit

Penulis: Anita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah diberi pemahaman dengan baik, Adinda akhirnya setuju untuk pergi ke rumah sakit. Ardiaz bahkan mengantarnya sendiri untuk berkonsultasi dengan dokter. Adinda menemui salah satu dokter yang bernama Dokter Sylva.

Tidak seperti pemeriksaan kesehatan secara umum, masalah yang menyangkut psikis Adinda membuat proses yang dilalui cukup berbeda. Bahkan proses identifikasi justru seperti sesi curhat. Adinda diminta untuk menceritakan kejadian yang memicu traumanya.

Adinda tak begitu nyaman jika harus menceritakan kejadian memilukan ketika kehilangan kehormatannya. Apalagi saat itu Ardiaz tepat berada di sampingnya. Dia memikirkan bagaimana perasaan Ardiaz jika mendengar peristiwa yang merenggut kesucian istrinya.

Adinda hanya bergeming tak kunjung bicara. Dia justru melirik tak nyaman ke arah suaminya. Rupanya gelagat Adinda dapat dibaca oleh Dokter Sylva. Dengan penuh pengertian dokter itu meminta Ardiaz meninggalkan mereka berdua saja agar Adinda lebih leluasa untuk membuka diri ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta untuk Suami Kedua   Teman Bicara

    Pertemuan dengan Adinda membuat Alvia merasa nyaman. Bahkan tanpa sungkan dia menceritakan masalah yang sedang ia hadapi pada pertemuan pertama mereka. Setelah perkenalan singkat di koridor rumah sakit, dua perempuan itu berbincang santai sembari duduk di sekitaran taman samping rumah sakit.“Tunanganku mengalami koma karena sebuah kecelakaan. Padahal tadinya kami juga sudah berencana untuk menikah setelah kuliah magisterku selesai. Tapi sekarang entahlah. Aku hanya berharap semoga dia bisa sembuh dan kembali pulih seperti sebelumnya. Aku sangat mencintai dia,” ungkap Alvia menceritakan tentang sosok Rasya.“Aku mengerti kesedihan dan kecemasanmu. Kita doakan saja semoga tunanganmu baik-baik saja. Tapi kalau boleh tahu, apa yang membuatmu begitu bersedih hingga menangis seperti tadi?” tanya Adinda.Entah mengapa Aldinda merasa sangat peduli pada Alvia yang baru saja dia temui. Adinda tahu semua orang datang ke rumah sakit dengan kecemasan masing-masing. Rumah sakit adalah tempat yang

  • Cinta untuk Suami Kedua   Pertemuan Kedua

    Persetujuan dari Ardiaz membuat Adinda langsung menghubungi kembali Dokter Sylva. Mereka pun mengagendakan proses psikoterapi. Adinda berharap terapi itu bisa menjadi jalan baginya untuk mendapatkan kesembuhan dan bisa hidup normal kembali. Dia merasa tidak enak hati membiarkan Ardiaz terus menunggu kesiapannya.Setelah jadwal ditetapkan, Adinda pun harus sering datang ke rumah sakit. Dia harus membagi waktu antara mengurus rumah, melakukan terapi dan juga pekerjaannya yang mulai habis masa cuti. Adinda memang hanya mengambil cuti pernikahan namun tidak berhenti dari pekerjaannya sebagai marketing bank.Pada suatu hari, Adinda datang untuk menemui Dokter Sylva. Itu adalah sesi terapinya yang pertama. Dia pergi ke rumah sakit tanpa ditemani oleh Ardiaz. Ardiaz sedang sibuk dengan pekerjaannya dan Adinda tidak mau terus menerus merepotkan laki-laki itu dengan kondisinya.Dokter Sylva menyambut hangat kedatangan Adinda. Dia menciptakan suasana yang dapat membuat Adinda menjadi lebih rile

  • Cinta untuk Suami Kedua   Mengikuti Saran Dokter

    Alvia tercengang mendengar pengakuan Adinda. Dia menatap lekat tubuh perempuan bergamis yang duduk di sampingnya. Memperhatikannya dengan seksama dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia sangat tidak menyangka perempuan yang tampak baik-baik seperti Adinda ternyata harus kehilangan kehormatannya dengan cara yang tidak pantas.Adinda paham dengan sikap Alvia yang mulai memperhatikannya dengan cara yang tak biasa. Dia hanya tersenyum getir.“Aku tahu kamu pasti sangat terkejut mendengarnya. Tapi memang seperti itulah kebenaranku,” ujar Adinda lemah.Tanpa mengucapkan kata apa pun lagi, Alvia justru merangkul Adinda secara tiba-tiba. Dia bisa mengerti beban berat yang Adinda alami. Apalagi melihat sendiri perempuan itu sampai harus melakukan terapi dengan psikolog. Dia berpikir pasti Adinda sangat tertekan.“Apa suamimu tahu tentang hal ini?” tanya Alvia penasaran mengingat Adinda menuturkan bahwa mereka baru saja menikah.“Iya. Suamiku tahu segalanya. Sebenarnya tragedi itu terjadi men

  • Cinta untuk Suami Kedua   Merasa Mempermainkan

    Menuruti saran dari Dokter Sylva, Adinda dan Ardiaz pun mulai lebih sering menyempatkan waktu khusus berdua di tengah kesibukan mereka. Apalagi Adinda juga sudah mulai masuk kerja dan Ardiaz sibuk dengan bisnis restonya.Ketika tak memiliki waktu untuk datang ke rumah sakit, Adinda hanya berkonsultasi melalui telepon dengan Dokter Sylva. Dokter itu ikut senang mendengar perkembangan baik yang Adinda ceritakan dari hubungannya dengan sang suami. Dokter Sylva menyarankan agar pembiasaan-pembiasaan itu terus dilakukan.“Tidak apa-apa meskipun masih gagal. Terus berusaha lakukan. Pelan-pelan saja. Minta pak suami untuk memahami juga agar tidak terburu-buru menginginkan lebih,” ujar Dokter Sylva terdengar sedikit menahan tawa saat berbicara lewat telepon dengan Adinda.Hal itu membuat Adinda semakin dicekam oleh rasa malu. Dia terpaksa membagi aktivitas intimnya dengan sang suami pada orang lain. Semua demi kesembuhan.Adinda pun merasa ketakutannya sudah tidak sebesar dulu setiap kali dek

  • Cinta untuk Suami Kedua   Order Cucu

    Setelah memutuskan untuk menunda penelitian tugas akhirnya, Alvia hanya menghabiskan hari-harinya dengan menunggui Rasya di rumah sakit. Dia merawat kekasihnya itu dengan sepenuh hati. Tak pernah meninggalkan jika bukan karena ada hal yang benar-benar mendesak.Dia tidak ingin disalahkan lagi jika terjadi sesuatu pada Rasya. Gara-gara kelalaiannya satu kali saja, Rehana masih bersikap acuh padanya. Meski bertemu dan sama-sama menunggui Rasya di rumah sakit, terkadang Rehana bahkan tak sedikit pun menyapa Alvia. Alvia merasa diasingkan tapi tetap berusaha bersabar.Sementara itu kondisi Rasya sendiri tidak menunjukkan adanya perubahan. Laki-laki itu masih tetap memejamkan mata. Dokter pernah menyarankan agar pihak keluarga atau yang menunggui sering-sering mengajak Rasya berkomunikasi atau memberikan rangsangan.Menurut dokter, dalam kondisi koma seseorang masih bisa mendengar sekitarnya hanya saja tidak bisa memberikan respon. Mendengar saran dokter, Alvia pun sering berbicara sendiri

  • Cinta untuk Suami Kedua   Gejala Aneh

    Adinda lebih banyak melamun setelah mengunjungi rumah ibu mertuanya. Dia tidak banyak bicara sepanjang perjalanan pulang dari sana. Bahkan pada malam harinya, dia tiba-tiba menangis dan sukses membuat Ardiaz kebingungan.Ardiaz tidak mengerti mengapa Adinda tiba-tiba berderai air mata. Perempuan itu duduk di tepian ranjang sembari terisak dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Sementara Ardiaz berlutut di hadapannya melayangkan pertanyaan-pertanyaan terkait penyebab kesedihan Adinda.“Apa yang sebenarnya membuatmu menangis seperti ini, Din? Apa ada masalah? Ayo ceritakanlah padaku! Aku tidak akan mengerti jika kamu tidak bicara,” bujuk Ardiaz setelah semua pertanyaannya hanya dijawab dengan gelengan kepala. Dia salah menebak. Adinda juga mengatakan bahwa Ardiaz tidak salah apa-apa.Sejenak laki-laki itu terdiam dan memikirkan kegiatan mereka selama seharian itu. Dia mengingat-ingat kembali hal apa yang mungkin bisa memicu kesedihan seorang perempuan. Setelah berpikir cukup lama, Ar

  • Cinta untuk Suami Kedua   Merasa Tak Asing

    “Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud untuk mengecewakanmu,” ujar Adinda dengan kepala tertunduk setelah keluar dari kamar mandi. Dia menghampiri Ardiaz dengan rasa bersalah yang mendalam.“Tidak usah pikirkan itu, Din. Sekarang bagaimana keadaanmu?” tanya Ardiaz justru tampak khawatir.“Entahlah. Aku merasa perutku tidak nyaman,” keluh Adinda.“Apa mungkin kamu salah makan?” tebak Ardiaz.“Aku tidak makan aneh-aneh kok, Mas” bantah Adinda.“Mungkin saja kelelahan karena pekerjaan. Besok mas antar ke rumah sakit ya. Kita periksa ke dokter,” ajak Ardiaz.“Tidak usah, Mas. Biar aku pergi sendiri saja. Lagi pula aku ingin menemui Dokter Sylva. Ada yang harus aku bicarakan dengannya,” tolak Adinda. Ardiaz tidak memaksa keinginan Adinda. Dia sudah mengerti bahwa istrinya itu tidak ingin ditemani setiap kali menemui Dokter Sylva.“Baiklah kalau memang kamu ingin pergi sendiri. Jaga diri baik-baik ya,” pesan Ardiaz yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Adinda.Setelah kegagalan mereguk surga dun

  • Cinta untuk Suami Kedua   Test Pack

    Adinda begitu terkejut mendapatkan pertanyaan dari perempuan paruh baya yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangan itu. Adinda tidak mengenalinya tapi dia bisa menebak bahwa perempuan itu pasti keluarga pasien. Dia merasa tidak nyaman karena kedapatan menggunakan fasilitas kamar tanpa meminta izin sebelumnya. “Siapa kamu?” tanya perempuan itu mengulangi. “Emm...maaf, Bu. Perkenalkan nama saya Adinda,” jawab Adinda sembari memaksakan senyum terbit di wajahnya. “Adinda siapa? Kenapa bisa ada di kamar anak saya?” tanyanya lebih lanjut. Adinda mengangguk paham. Sekarang dia mengerti bahwa perempuan yang sedang dia hadapi adalah ibu mertua dari Alvia. Sejenak Adinda meneliti penampilan ibu itu dengan seksama. Adinda bisa menyimpulkan penilaian sementara bahwa mertua Alvia sejatinya adalah seseorang yang baik. “Saya temannya Alvia. Alvia sedang ada keperluan sebentar jadi dia meminta bantuan saya untuk menjaga anak ibu sementara waktu,” jelas Adinda. Tampak ibu itu menggelengkan kepal

Bab terbaru

  • Cinta untuk Suami Kedua   Keputusan Adinda

    Setibanya di rumah sakit, Adinda langsung menemui mertuanya. Hani dan Hairi cukup terkejut dengan kedatangan Adinda yang tiba-tiba. Apalagi mereka melihat Adinda kembali ditemani oleh Rasya. Ada perasaan tak suka yang Hani pendam dalam hatinya ketika melihat menantunya pergi bersama laki-laki lain.“Lho Adinda kok bisa datang ke sini? Sama Pak Ahyan?” sapa Hairi ketika Adinda menyalami mereka.“Iya, Pa. Adin ingin menjenguk Mas Ardiaz. Adin diantar teman,” jawab Adinda.“Bayimu bagaimana, Sayang? Maaf kami belum sempat menjenguknya sama sekali. Lagi pula seharusnya kamu tidak bepergian jauh dalam masa pemulihan seperti ini,” ujar Hani. Dia berusaha untuk menyampingkan rasa tidak sukanya pada Rasya.“Tidak masalah, Ma. Aku juga mengerti kondisinya. Bayiku aku tinggalkan bersama mama di rumah,” jawab Adinda.“Bagaimana keadaan Mas Ardiaz?” tanya Adinda langsung pada intinya.Adinda sudah mendengar semuanya dari penuturan Rasya. Tapi dia ingin mendengar jawaban langsung dari kedua mertua

  • Cinta untuk Suami Kedua   Hai Yang Tergadai

    “Apa kamu sama sekali tidak tahu tentang perkembangan kondisi Ardiaz?” tanya Rasya langsung disambut gelengan cepat oleh Adinda.“Maksudnya setiap hari saya memang mendapat kabar tentang Mas Ardiaz dari keluarga mertua saya. Tapi sejujurnya saya merasa ada yang aneh dan sedang mereka sembunyikan dari saya,” kata Adinda.Rasya tampak menghela napas sejenak. Dia sudah menebak jika pihak keluarga tidak memberitahu Adinda dengan jujur. Dia bisa maklum karena mungkin kondisi Adinda masih dalam proses pemulihan pasca melahirkan.“Jadi kamu tidak tahu kalau Ardiaz akan dipindahkan ke rumah sakit di luar negeri?”“Apa?” ujar Adinda jelas merasa syok. Dia tidak pernah mendengar apa pun tentang hal itu.Rasya mengerti kebingungan di wajah Adinda. Dia pun menjelaskan seperti informasi yang dia dapat dari orang suruhannya. Ardiaz sudah dioperasi berkali-kali namun belum juga menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dokter di rumah sakit itu sudah angkat tangan dan memberi rujukan agar Ardiaz dip

  • Cinta untuk Suami Kedua   Pahitnya Kejujuran

    “Mas Rasya pasti hanya bercanda. Semua itu tidak mungkin benar,” elak Adinda.“Saya serius, Adinda. Saya adalah ayah kandung dari bayi ini,” tegas Rasya. Dia sudah tahu bahwa Adinda tidak akan percaya begitu saja dengan perkataannya.“Tidak, Mas. Mohon maaf jika kesannya ini terlalu vulgar. Tapi saya tidak pernah tidur dengan Mas Rasya jadi bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi. Mengenai anak ini, mungkin Mas Rasya tahu dari Alvia kalau dia bukanlah anak kandung saya dengan Mas Ardiaz. Tapi saya tahu betul siapa laki-laki yang sudah menjebak dan menodai saya pada malam itu,” ucap Adinda dengan nada bergetar pada ujung kalimatnya. Hatinya masih terasa nyeri setiap kali mengingat malam naas yang dia alami.“Hotel Gardenia kamar nomor 304.”“Apa? Kenapa Mas Rasya bisa tahu tempat itu?” ujar Adinda dengan perasaan yang semakin melesak tak karuan.“Karena saya adalah pelakunya, Adinda. Saya yang sudah merenggut kesucianmu malam itu,” jawab Rasya mengakui segala rahasia dan beban yang se

  • Cinta untuk Suami Kedua   Lamaran Mengejutkan

    Doa-doa keluarga dan orang tercinta seolah tak bekerja. Hari demi hari kondisi Ardiaz semakin memburuk dan menunjukkan penurunan. Orang tuanya khawatir berkepanjangan. Kondisi genting itu menyebabkan mereka tidak terlalu peduli pada Adinda dan bayinya yang baru saja dilahirkan.Perasaan Adinda pun tak jauh berbeda. Dia dan bayinya sudah dipulangkan dari rumah sakit. Tapi setiap hari pikirannya hanya tertuju pada Ardiaz. Dia sedikit mengalami kesulitan menghadapi peran sebagai ibu baru tanpa adanya sang suami di sisinya.Adinda sangat butuh dukungan. Hal itu membuatnya semakin merindukan Ardiaz. Untung saja Adinda pulang ke rumah orang tuanya sehingga ada ayah ibu yang membantunya bergantian mengurus si kecil. Bahkan anak itu belum juga diberi nama karena Adinda tetap teguh masih ingin menunggu Ardiaz.Adinda belum diizinkan pergi jauh untuk menjenguk Ardiaz secara langsung. Dia masih dalam proses pemulihan setelah melahirkan. Apalagi bayinya juga tidak bisa ditinggalkan dalam waktu ya

  • Cinta untuk Suami Kedua   Mengambil Hak

    Adinda hanya saling pandangan Salma. Mereka cukup terkejut dengan permintaan Rasya yang ingin mengadzani anak pertama Adinda. Hening untuk beberapa saat. Tapi Salma langsung mengkondisikan situasi agar tidak terlalu canggung lebih lama.“Silahkan saja, Nak Rasya. Lagi pula di sini tidak ada laki-laki lain yang bisa mengadzani si kecil,” ujar Salma memperbolehkan. Rasya tampak tersenyum senang. Dia melakukan peran pertamanya sebagai ayah kandung si bayi walau dua perempuan di hadapannya sama sekali tidak mengetahui.Adinda turut mendengarkan lantunan adzan dari Rasya. Meski bacaannya juga tak semerdu dan sebagus Ardiaz. Hati Adinda kembali terasa pilu mengingat kondisi suaminya. Dia benar-benar melahirkan tanpa didampingi oleh Ardiaz.Hati Adinda sedih karena bukan Ardiaz yang pertama kali menggendong dan mengadzani anak mereka. Tapi semua itu justru dilakukan oleh orang lain yang menurut Adinda tidak memiliki hubungan apa-apa. Sebenarnya Adinda merasa keberatan dengan izin yang diberi

  • Cinta untuk Suami Kedua   Menjadi Ayah

    Sudah tiga hari Adinda berada di rumah orang tuanya. Hampir setiap lima kali sehari dia menghubungi mertuanya untuk bertanya perkembangan kondisi Ardiaz. Dia terlalu fokus memikirkan kondisi suaminya hingga melupakan keadaannya sendiri yang sudah mendekati waktu persalinan.Hari itu rencananya orang tua Adinda akan pergi menjenguk Ardiaz sebab mereka memang belum berkunjung sama sekali. Lokasi rumah sakit yang masih termasuk daerah luar kota menyulitkan mereka untuk pulang pergi. Sebenarnya Adinda ingin ikut, tapi sejak pagi badannya terasa kurang sehat. Akhirnya dia pasrah tetap di rumah.Hanya Ahyan yang akan pergi ke sana. Sementara Salma akan tetap di rumah menemani putrinya. Mereka tidak bisa meninggalkan Adinda sendirian. Salma hanya menitipkan salam dan permohonan maafnya untuk keluarga besan.Sejak habis subuh Adinda merasa sakit pinggang. Salma yang tahu keadaan itu menduga sebagai tanda-tanda kelahiran yang semakin dekat. Dia pun sibuk memasak dan memaksa putrinya untuk mak

  • Cinta untuk Suami Kedua   Kegelisahan Rasya

    Setelah dari rumah sakit, Adinda terlebih dahulu pergi ke rumah yang dia tempati dengan Ardiaz. Dia mengambil barang-barangnya di sana untuk dibawa pindah sementara ke rumah orang tuanya. Anifa juga menemani dan membantunya berkemas. Sedangkan Rumini tampak kebingungan karena tidak tahu apa-apa.“Mas Ardiaz mengalami kecelakaan dan sekarang dia koma di rumah sakit,” tutur Adinda memberitahu. Terdengar Rumini mengucap istighfar dan ikut bersedih atas musibah yang menimpa majikannya.“Sementara waktu saya akan pulang ke rumah orang tua saya mengingat saya bisa melahirkan sewaktu-waktu. Bibi tolong tetap di sini dan jaga rumah ya,” pinta Adinda.“Lalu bagaimana dengan Mas Ardiaz, Non?” tanya Rumini.“Kondisi Mas Ardiaz tidak memungkinkan untuk dipindahkan ke rumah sakit terdekat. Jadi Papa Hairi dan Mama Hani yang menjaganya di sana,” jelas Adinda.“Ya Allah…semoga Mas Ardiaz segera diberikan kesembuhan,” ucap Rumini mendoakan. Adinda dan Anifa mengamini dengan kompak.Setelah selesai me

  • Cinta untuk Suami Kedua   Firasat

    “Ini tidak seperti yang mama pikirkan. Dia adalah Mas Rasya dan dia yang membantu mengantarku ke mari. Dia juga yang sudah menguruskan administrasi rumah sakit untuk Mas Ardiaz,” jelas Adinda tanpa diminta. Dia tidak ingin keluarga mertuanya salah paham mengenai kedekatannya dengan Rasya.“Mohon maaf, Tante. Apa yang dikatakan Adinda itu benar. Tadi saya hanya membantu,” timpal Rasya mengafirmasi. Namun tatapan Hani tetap tak bersahabat padanya.“Sudah, Ma. Harusnya kita berterima kasih pada Nak Rasya karena sudah membantu anak kita,” kata Hairi, ayah mertua Adinda.“Iya, Ma. Lagi pula Mbak Adin itu perempuan baik-baik. pikiran mama saja yang terlalu negatif. Sekarang yang terpenting adalah kondisi Mas Diaz,” imbuh Anifa yang juga ikut ke sana. Dia menyadarkan kembali tujuan kedatangan mereka ke rumah sakit. Setelah mendengarkan hal itu, Hani pun tidak lagi menaruh curiga pada menantu dan laki-laki yang menemaninya.“Bagaimana keadaan Ardiaz?” tanya Hani mengalihkan topik pembicaraan.

  • Cinta untuk Suami Kedua   Salah Sangka

    Adinda begitu terkejut saat mendapat kabar tentang kecelakaan yang menimpa suaminya. Seketika tubuhnya terasa lemas tak berdaya. Dia pasti sudah terjatuh jika tidak ada Rasya yang langsung menopang tubuhnya.“Mbak Adinda kenapa?” tanya Rasya ikut panik. Saat itu Adinda juga tak menjawab apa-apa.“Kalau Mbak Adinda merasa tidak nyaman atau ada yang sakit biar saya antar ke ruang dokter. Kita periksa lagi ya?” tawar Rasya kebingungan sendiri. Adinda hanya diam dengan mata berkaca-kaca.“Suami saya mengalami kecelakaan,” tutur Adinda lemah.Rasya ikut terkejut mendengar kabar buruk itu. Sekarang dia mengerti apa yang membuat Adinda merasa bersedih seketika. Namun dia juga tidak pandai cara menghibur dalam situasi seperti itu.Perlahan Adinda menegakkan tubuhnya kembali. Rasya yang cukup sadar diri juga langsung menarik pegangan tangannya yang tadinya merengkuh Adinda. Kepanikan dan rasa takut masih tergambar jelas di wajah perempuan itu.“Apa yang akan Mbak Adinda lakukan sekarang?” tany

DMCA.com Protection Status