Share

Bab 27

Author: Aura Tanjung
Di dalam aula, Camelia mengangkat gelas sampanye dengan elegan, lalu berbincang-bincang dengan seorang master dunia bisnis.

Camelia seolah-olah tidak terpengaruh dengan kejadian tadi. Dia masih saja kelihatan memesona seperti biasanya.

“Padahal Bu Camelia masih muda, kamu malah sudah begitu sukses. Aku sungguh salut.” Master itu memuji Camelia sembari menatapnya dengan tatapan kagum.

Camelia tersenyum tipis. Dia mengangkat gelasnya untuk membalas, “Pujianmu sudah berlebihan. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.”

Camelia menyesap sampanye. Cairan berwarna keemasan di dalam gelas sedikit bergoyang, memantulkan senyuman di matanya. Namun, senyuman itu tidak sampai ke matanya, justru semakin menegaskan kedalaman tatapannya yang muram.

Pada akhirnya, bos misterius dari Grup Wardana tidak menampakkan diri malam ini.

Apa jadwalnya bentrok? Camelia merasa usahanya malam ini telah sia-sia.

Saat menjelang penghujung acara, udara dipenuhi aroma manis dari perpaduan sampanye dan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 28

    Camelia melihat Holden sekilas. Dari tatapan Holden, dia seolah-olah sedang mengatakan untuk jangan menghindar dan mesti menghadapinya.Camelia menurunkan jendela mobil, lalu menatap Levin dengan bingung, “Levin, ada urusan?”Saat Levin melihat sosok Holden di dalam mobil, awalnya dia terbengong. Setelah itu, raut wajahnya langsung berubah semakin muram lagi.Levin mengamati Holden dari atas hingga bawah. Hanya saja, berhubung pencahayaan di area parkiran tidak bagus, Levin pun hanya bisa melihat bentuk wajah pria itu saja.Levin menatap Camelia, lalu berkata dengan nada menyindir, “Camelia, ternyata kamu sudah menemukan suami baru dalam waktu secepat ini? Pantas saja saat di acara tadi kamu berani berbicara seperti itu sama aku. Ternyata kamu berhasil menggaet cowok kaya!”Josie yang berada di samping ikut menimpali, “Camelia, kamu itu cuma mahasiswi miskin. Kalau kamu mau cari cowok kaya, kamu juga cari yang lebih bagus, dong. Kulihat cowok ini biasa-biasa saja.”Saat mendengar ucapa

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 29

    Holden hanya tersenyum dan tidak memberi jawaban. Dia malah mengambil sepotong daging asam manis, lalu meletakkannya di atas piring Camelia.“Coba dicicipi. Rasanya cukup bagus.”Camelia melihat daging ayam di atas piringnya dengan perasaan kalut. Dia dan Levin sudah bersama selama tiga tahun. Dia bahkan tidak tahu apa makanan kesukaan Camelia. Sementara itu, Holden yang menikah kilat dengannya malah lebih perhatian terhadapnya.Ketika kepikiran dengan perbandingan ini, hati Camelia pun terasa masam dan juga terharu. Camelia kepikiran masa-masa dia makan bersama Levin dulu. Setiap kalinya, Levin selalu memesan makanan. Setiap makanan yang dipesan juga adalah makanan kesukaan Levin sendiri. Dia tidak pernah menanyakan pendapat Camelia.Pernah sekali, Camelia memberanikan diri untuk mengatakan dirinya ingin makan yang pedas-pedas, tetapi Levin malah berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ngapain cewek makan yang begitu pedas, nggak bagus buat kulit.”Ketika kepikiran hal itu, Camelia dia

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 30

    Keesokan paginya, Camelia muncul di depan Grup Winston dengan penuh semangat. Hari ini, dia mengenakan setelan putih dengan potongan rapi, membuatnya kelihatan semakin menawan dan penuh pesona. Saat berjalan, Camelia memancarkan aura yang tegas dan berwibawa.Memangnya kenapa kalau dipecat?Camelia tidak akan membiarkan dirinya dirugikan.Camelia tiba di Grup Winston. Dia menginjakkan sepatunya di atas lantai marmer, mengeluarkan suara yang nyaring, seolah-olah sedang mengumumkan kedatangannya. Dia langsung berjalan ke kantor Steven. Tidak ada halauan di sepanjang perjalanan, bahkan resepsionis juga tidak berani menghalanginya.“Bamm!” Pintu ruangan didorong Camelia tanpa sungkan sama sekali, lalu mengeluarkan suara yang keras.Steven sedang menyilangkan kedua kakinya sembari menyesap teh dengan santai. Ketika melihat kedatangan Camelia, dia langsung menunjukkan ekspresi syok, kemudian mengubah ekspresinya menjadi ekspresi meremehkan.“Lho, bukannya kamu itu mantan karyawan Grup Winsto

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 31

    Ternyata Camelia jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang dibayangkan. Keringat dingin sudah membasahi kening Steven. Bibirnya gemetar hingga tidak bisa berkata-kata.Camelia juga tidak omong kosong lagi. Dia langsung membalikkan tubuhnya meninggalkan kantor Steven. Suara nyaring sepatu hak tinggi menginjak di atas keramik marmer seolah-olah sedang mengetuk hati Steven, hingga membuatnya semakin gelisah lagi.Steven duduk di atas kursi. Dia merasa emosi hingga sekujur tubuhnya gemetar. Atas dasar apa? Seorang mahasiswi miskin bahkan berani bersikap arogan di hadapannya?Semakin dipikir-pikir, Steven merasa semakin kesal saja. Dia langsung berdiri, lalu berjalan keluar ruangan.Saat Camelia berjalan ke area kerja karyawan, terdengar suara bisikan dari dalam sana.“Camelia? Bagaimana dia bisa kemari? Bukannya dia sudah mengundurkan diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia kembali untuk memelas sama Pak Steven.”Beberapa karyawan sedang berbisik-bisik. Terdengar nada menyindir dan m

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 32

    Suasana di dalam kantor menjadi hening dalam seketika. Semua orang terbelalak lebar ketika melihat gambaran ini, seolah-olah waktu telah berhenti saja.Steven berbaring di atas lantai sembari memegang pinggangnya yang kesakitan dengan merintih. Dia tidak dapat berdiri dalam waktu lama.Camelia menepuk-nepuk tangannya, lalu menunduk untuk menatap Steven. Senyuman sinis terlukis di atas wajahnya. “Steven, kamu kira aku akan ditindasmu lagi? Asal kamu tahu, aku bukanlah orang yang bisa disinggung sesukamu!”Steven kesakitan hingga menggertakkan giginya. Terlihat rasa takut dan benci di dalam tatapannya. Dia sungguh tidak menyangka Camelia yang kelihatan lembut itu memiliki kekuatan seperti ini.Steven berusaha untuk membangkitkan tubuhnya, tetapi dia menyadari dirinya tidak bisa bergerak sama sekali. Steven kesakitan hingga wajahnya berkerut. Dia mirip seperti tikus yang diinjak ekornya saja. Dia pun menjerit, “Camelia! Kamu gila! Beraninya kamu memukulku! Aku akan menuntutmu!”Camelia te

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 33

    Pada saat ini, di vila Keluarga Winston.Di dalam ruang tamu yang didesain mewah, Agnes sedang makan sarapan dengan anggunnya. Terlihat senyuman gembira di atas wajahnya. Tetiba, suara dering ponsel yang menusuk telinga memecahkan keheningan.“Halo?” Agnes mengangkat panggilan.“Bu Agnes, celaka, terjadi sesuatu di perusahaan!”“Bu Agnes, Bu Camelia memukul Steven! Sekarang situasi di perusahaan sangat kacau. Harap kamu bisa segera ke perusahaan!” Terdengar suara isak tangis manajer proyek dari dalam telepon. Melalui telepon, dapat diketahui betapa paniknya dia saat ini.Begitu Agnes mendengar, raut wajahnya langsung berubah gusar. Wajah yang dirawatnya dengan bagus pun langsung berkerut.Agnes mengakhiri panggilan. Dia tidak peduli dengan sarapan mewahnya lagi, langsung mengambil tasnya berjalan keluar vila.Keluarga Winston juga tergolong keluarga konglomerat di Kota Mindu. Selama ini, Agnes selalu memperhatikan reputasi dan citra keluarganya. Sekarang Camelia memukul di hadapan oran

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 34

    Di sisi lain, Camelia menginjak pedal gas dengan kuat, membuat mobil sport hitamnya memelesat seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya, meninggalkan jejak asap knalpot di belakang.Satu tangan Camelia menggenggam setir. Kemudian, dia menggunakan tangan lainnya untuk mengusap wajahnya dengan kasar.Wajah ibunya yang dipenuhi amarah serta kata-kata tajamnya terus terngiang-ngiang di benaknya.‘Kamu sudah mempermalukan nama Keluarga Winston!’‘Apa nggak ada ibumu di dalam matamu?’Ucapan itu bagai sebatang duri yang menancap dalam di dalam hati Camelia. Camelia menggigit erat bibir bawahnya. Pedal gas diinjak semakin dalam lagi.Sekarang Camelia hanya ingin melarikan diri dari semua ini, melarikan diri dari rumah yang membuatnya sesak napas, melarikan diri dari Tiffany yang begitu disayang, dan juga ibunya yang begitu dingin terhadapnya.Setelah tiba di bawah rumah Maggie, Camelia baru menyadari telapak tangannya sedang berkeringat. Rumah Maggie berlokasi di sebuah apartemen kela

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 35

    Holden mengendarai mobil ke apotek terdekat. Dia membeli semua obat antiseptik di apotek, lalu memasukkannya ke dalam bagasi mobil.Setelah Holden tiba di rumah Maggie, Camelia sedang duduk di atas sofa dengan memegang segelas air es. Ekspresinya kelihatan lesu dan murung.Holden segera berjalan ke depan Camelia. Ketika melihat wajah merah dan bengkak Camelia, hatinya terasa sakit bagai ditusuk jarum saja.“Ada apa? Siapa yang memukulmu? Apa kamu merasa sakit?” Nada bicara Holden sangat lembut. Sungguh berbeda dengan presdir Grup Lukasa yang kalem.Camelia pun tertegun dengan perhatian mendadak dari Holden. Dia spontan memalingkan kepalanya, mengelak tatapan Holden. “Aku baik-baik saja. Cuma luka kecil saja.”“Luka kecil? Apa ini namanya luka kecil!” Maggie yang berada di samping menjerit.“Coba kamu lihat wajahmu itu! Kalau bukan karena aku segera mengompres wajahmu, entah sudah sebengkak apa wajahmu!”Raut wajah Holden semakin murung lagi. Rasa sakit membaluti tatapannya. “Kenapa kam

Latest chapter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 86

    Camelia memang seperti ini.Sepanjang perjalanan, tatapan Camelia tidak tertuju pada diri Holden. Holden memperhatikan bahwa Camelia sedang tidak fokus. Dia pun bertanya dengan penasaran, “Bella, bukannya kamu bilang aku tampan?”Usai mendengar, daun telinga indah Camelia spontan memerah. Dia kepikiran lagi dengan rasa canggung yang dirasakan ketika di Grup Wardana. Ditambah lagi, Camelia hanya sembarangan bicara saja. Kenapa Holden terus mengungkitnya?Tatapan Camelia ketika menatap Holden kelihatan gusar. “Meskipun kamu tampan, bukannya aku pernah menidurimu? Setelah dilihat-lihat, ya begitu saja. Aku juga sudah bosan,” kata Camelia dengan asal-asalan. Usai mendengar, Holden menghentikan langkah kakinya. Dia menatap Camelia dengan ekspresi bingung. Camelia masih belum menyadarinya. Dia terus melangkah maju sembari bergumam dalam hati. Dia paling benci orang yang suka mengungkit masalah canggungnya.Camelia berjalan ke depan mobil. Saat ini, dia baru menyadari orang yang mengikuti

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 85

    Tadinya Camelia tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun, ada ruang yang sangat besar di sekitar Holden.Hanya saja, setelah ucapannya tadi dilontarkan, Camelia merasa ada mata yang sedang mengamati mereka dari sekitar.“Terserah, jangan tanya aku lagi.” Camelia hanya ingin melarikan diri dari tempat ini.Sementara, orang-orang yang berada di samping Simon sedang membahas masalah ini.“Apa? Dia itu istrinya Pak Holden?”“Sudah pasti. Bos kita mau masak buat dia, tanyain dia lagi mau makan apa.”“Eh, ternyata Pak Holden bisa masak.”“Astaga. Tadinya aku merasa presdir yang tampan dan sulit untuk didekati itu nggak akan turun ke dunia fana. Tidak disangka dia bukan hanya turun ke dunia fana, bahkan bertemu dengan dewi.“Aku ingin tahu. Sebenarnya Tuhan tutup pintu Pak Presdir yang mana?”Orang-orang di sekitar seolah-olah sedang sibuk bekerja. Sebenarnya mereka sedang menyaksikan pertunjukan dan menguping pembicaraan.Mereka semua fokus pada diri Camelia dan Holden.Camelia yang berada di s

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 84

    Ucapan itu membuat semua orang merasa sangat tenang.Banyak orang melihat ke arah Camelia. Semuanya menunjukkan rasa kagum kepadanya.Tampaknya kali ini, Grup Winston memang memiliki pegangan yang kuat.Orang yang mereka utus kali ini benar-benar tahu bagaimana berbicara dan bertindak dengan tepat.Camelia memperhatikan tatapan semua orang. Dia hanya mengangguk dengan tersenyum saja. Dia mengerti betapa mengerikan dunia bisnis.Ketika berhadapan dengan orang-orang seperti ini, hanya perlu berhubungan secara formalitas saja dan memberi hormat saja. Jangan menambah musuh dan juga menyinggung musuh.Saat Camelia keluar, dia melihat Holden sedang menunggunya di luar.“Kamu sudah selesai sibuknya?”“Iya, sudah nggak ada urusan lagi.” Gerakan Holden sangat alami ketika mengambil tas dari tangan Camelia.Camelia hanya tertegun sejenak. Ketika melihatnya, dia juga tidak berkata apa-apa. Jika ada yang membantu mengambil tasnya secara gratis, kenapa tidak?Hanya saja, Camelia melihat sekeliling.

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 83

    Camelia juga tidak berkata lain lagi.Saat menyadari ada begitu banyak orang di perusahaan yang sedang melihat mereka, Camelia juga tidak membicarakan masalah itu lagi.“Kalau begitu, kamu pergi sibuk sana. Aku masih ada urusan di sini.”Sambil berbicara, Camelia mengibaskan dokumen di tangan, mengisyaratkan dirinya datang untuk mengantar sesuatu.Holden menatap tatapan tajam gadis di depannya. Dia tidak kelihatan arogan dan semena-mena seperti biasanya, melainkan kelihatan agak serius.“Oke, semangat,” ucap Holden dengan berlagak acuh tak acuh. “Bella begitu serius. Apa pun yang kamu lakukan pasti akan berhasil.”Camelia bertatapan dengan mata hitam pria itu. Dia merasa ada makna tersirat di dalam ucapan Holden, tetapi dia juga tidak bisa mendeskripsikannya. Dia kepikiran dengan masalah marga “Lukasa” itu.Camelia menurunkan kelopak matanya. Bulu mata panjangnya menutupi tatapan di dalam matanya.Sudahlah, meskipun keluarganya Holden bergelimang harta, sepertinya dia juga hanyalah kel

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 82

    Iya, Camelia datang untuk mengantar dokumen.Proyek dengan Grup Wardana paling penting. Masalah lain urusan belakangan. Camelia mesti bisa membedakan mana yang penting dan tidak.Lagi pula, tadi Camelia hanya melirik sekilas saja. Dia sendiri juga ragu, mungkin dia salah lihat.Hanya saja, apa mungkin Camelia akan salah mengenali wajah Holden?Dalam seketika, Camelia tiba-tiba kepikiran pengelola Grup Wardana juga bermarga Lukasa. Dia memiliki marga yang sama dengan Holden.Ketika kepikiran hal ini, Camelia menyipitkan mata indahnya. Dia merasa ada banyak kebetulan dalam masalah ini.Camelia kepikiran lagi, sebelumnya Holden mengeluarkan uang banyak dalam acara ulang tahun ibunya dan vas giok asli itu.Bahkan Carlos telah mengeluarkan uang banyak, tapi dia hanya membeli yang palsu saja. Dapat diketahui betapa mahalnya vas giok asli itu.Meskipun Camelia tahu latar belakang Keluarga Lukasa tidak sederhana, jarang ada yang bersikap begitu royal.Camelia sedang menuju ke ruang rapat lanta

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 81

    Awalnya mereka mengira Nona Kedua Keluarga Winston datang ke perusahaan untuk belajar dari dasar hanyalah formalitas belaka.Sejak lahir, anak-anak dari keluarga konglomerat seperti mereka sudah hidup dengan bergelimang kemewahan, ditambah dengan harta keluarga yang melimpah, biasanya bekerja di kantor hanyalah kedok belaka.Siapa sangka, Camelia sama sekali berbeda dari apa yang dibayangkan manajer proyek dan yang lainnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa Camelia benar-benar telah mengubah pandangan mereka.Jarang sekali ada anak orang kaya yang serius seperti Camelia.Camelia berasal dari keluarga kaya. Sebenarnya dia bisa bekerja asal-asalan di Grup Winston. Hanya saja, keseriusan Camelia membuat manajer proyek mengalihkan pandangannya.Bukan hanya itu saja, Camelia juga sangat serius dan memperlakukan orang-orang dengan hangat.Saat kepikiran hal itu, tatapan manajer proyek ketika melihat Camelia semakin semangat saja.Camelia tidak peduli dengan pandangan orang lain. Dia merasa dia han

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 80

    Saat melihat wajah itu, Camelia sama sekali tidak bisa menolak ....“Oke. Aku mengerti.”Holden seketika tersenyum dan senyumannya itu juga mencapai matanya. “Nyonya Camelia, kutunggu pesanmu, ya.”Camelia mengiakannya, lalu berjalan memasuki perusahaan. Holden tidak berhenti menatap punggung Camelia. Setelah sosok itu menghilang dari pandangannya, dia baru melaju pergi.Ketika berada di perusahaan, sikap Camelia sepenuhnya berbeda. Dia mengenakan setelan jas pas badan yang berwarna muda, rambutnya diikat dan memperlihatkan dahinya yang halus dan mulus.Camelia yang berdandan tipis terlihat makin cantik dan berkelas. Dia juga memancarkan aura kaum elite di tempat kerja. Ketika ada yang menyapanya, dia akan mengangguk dan tersenyum tipis. Tidak ada seorang pun yang tidak memuji dan dikejutkan oleh penampilannya.Begitu tiba di mejanya, Camelia langsung mengerjakan tugas yang diberikan Naldo kemarin dan menggabungkannya dengan data yang diambilnya dari kediaman Keluarga Winston. Sebuah

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 79

    “Kamu berpikir kejauhan. Aku cuma terlalu sibuk akhir-akhir ini.” Camelia tidak ingin menatap wajah Holden. Dia pun melanjutkan, “Cepat lepaskan aku. Aku mau pergi mandi.”Holden tidak ingin melepaskan Camelia. Dia mengamati wajah Camelia dengan serius dan merasa Camelia sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, Camelia tidak bersedia mengatakannya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana.Holden mengangkat alisnya untuk sejenak dan masih ingin lanjut bertanya. Dia tidak ingin hubungannya dengan Camelia menjadi setegang ini. Jelas-jelas, hubungan mereka sebelumnya sangat baik. Dia merasa Camelia pasti sudah salah paham mengenai sesuatu.“Bella, aku nggak mau ada salah paham di antara kita.” Holden membenamkan kepalanya di leher Camelia dan lanjut berkata, “Jadi, kalau ada apa-apa, kamu boleh langsung ngomong sama aku.”Suara pria itu sangat rendah, lembut, dan merdu bagaikan suara bas selo yang memikat. Jantung Camelia pun berdegup tidak karuan. Namun, setelah teringat Holden yang langsung pe

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 78

    Tiffany juga bukanlah orang yang terima untuk ditindas.Carlos seketika terkejut. Untuk saat ini, dia masih sangat puas terhadap Tiffany. Keluarganya juga selalu memuji Tiffany dan sangat puas terhadapnya. Meskipun Tiffany tidak secantik Camelia, dia juga adalah seorang putri keluarga terpandang di Kota Mindu. Hal ini membuat Carlos sangat bangga. Dia tentu saja tidak rela untuk melepaskan Tiffany.Setelah memikirkan hal ini, Carlos pun menahan pundak Tiffany dan menghibur dengan nada lembut, “Fany, Camelia yang merayuku. Yang kucintai selama ini cuma kamu. Jangan asal bicara lagi. Kita sudah tunangan. Aku mau bersamamu selamanya. Dalam hatiku, cuma ada kamu.”Tiffany menarik napas dalam-dalam. “Oke, anggap saja aku kasih kamu kesempatan. Gimana kamu akan menjelaskannya pada Ibu? Camelia sudah putar rekaman suara itu, dia nggak akan tertipu semudah itu.”Setelah mengingat ekspresi bangga Camelia, raut wajah Carlos pun menjadi kelam. “Jangan khawatir, aku akan menjelaskan semuanya pada

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status