Share

Bab 19

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2025-02-09 23:28:31
Exel melihat Laras masih berdiri di dekat pilar menunggunya. Senyum terukir di bibir Laras, tak dapat di pungkiri Exel benar-benar mencintai Laras, seperti apapun terbakar cemburunya tadi seketika luruh ketika melihat bibir Laras yang melengkung indah. Tak bisa Exel benci atau marah pada gadis berwajah oriental ini.

"Bang, abis ngapain sama Pak Bagas?" Laras menautkan jemarinya di lengan Exel.

Exel tak menjawab dia memasang wajah datar. Hanya melirik pada jemari yang mengait di lengannya.

"Kenapa sih, Bang? Belakangan ini elo kaya bt terus tuh muka?" mereka masih berjalan bergandengan.

Masih tak ada jawaban dari Exel.

"Bang!!" Laras menarik lengan Exel, langkah kaki mereka berhenti. Laras memasang wajah penasaran. Terlihat menggemaskan di mata Exel.

"Kamu mau tau kenapa aku boring belakangan ini?"

Laras mengangguk.

"Mau tau karna penasaran doang, atau karna peduli?" tanya Exel menatap wajah Laras, mencari jawaban jujur.

"Peduli dong, Bang, kita 'kan sahabat, kalo
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indriyani Kayla rizkia
Bingung juga pilih siapa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta itu Love   Bab 20

    Part 20Bel sekolah berdentang beberapa kali tanda waktu belajar hari ini sudah berakhir. Laras memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas. "Ma, gue di ajakin Exel buat anter dia latihan sore nanti abis Ashar ikut yuk," ajak Laras. "Ya ... nggak bisa, gue suruh ke toko ama nyokap gue, jaga kasir." "Yah ... Nggak sama elo boleh nggak ya ama Nyokap gue," Laras mulai gelisah. "Ya udah batalin aja anter Exel nya, dari pada di nyap-nyap, sama nyokap elo. Tau sendiri nyokap elo kalo marah gimana?" Irma terkikik, mungkin mengingat Emak kalo lagi ngomel. "Masalahnya gue bayar utang ini, Excel bisa marah sama gue kalo sampe gue batalin lagi, beberapa hari ini dia agak-agak beda sama gue. Jutek, nyebelin, kaya waktu belum akrab dulu, tapi Alhamdulillahnya masih mau belain gue di depan Bu Ida tadi.""Jangan-jangan dia tau kalo elo naksir abang gue? 'Kan udah gue bilang, kalo Exel sampe tau dan marah, elo bakalan rugi!! apalagi dia penguasa di sini nanti kaya di drama-drama tivi, elo dising

    Last Updated : 2025-02-10
  • Cinta itu Love   Bab 21

    Tak kalah bertalu jantung Laras, apa lagi Exel semakin mendekatkan wajahnya. "Bang." Laras menahan pundak Exel. Tetapi Exel terus mendekat dan tersenyum, "Mana kunci seatbeltnya?" Netra lelaki tinggi ini beralih pada sebelah kiri bangku yang diduduki Laras. Tangan Laras meraba, netranya mencari. "Ini, Bang." Laras menarik kepala sabuk pengaman. Exel masih tersenyum berusaha mengontrol rasa di dadanya. ingin dia cium bibir Laras walau kilat. Mereka menghembuskan nafas lega ketika sudah dalam posisi masing-masing. Akhirnya mobil sampai di depan rumah Laras. "Ayo turun dulu, Bang." Exel mengangguk. "Aku nggak mau tau, pokoknya Mamih harus ngizinin ya, Ras." "Kayanya boleh, 'kan bukan malem. Ayo," Laras turun dari mobil membuka pintu pagar lalu masuk ke dalam rumah, Exel menunggu di teras." Tak lama Dewi muncul menemui Excel. "Nak Exel." Dewi menyapa. "Mih." Lelaki jangkung ini mencium tangan Dewi. "Katanya mau ajak Laras latihan karate?" "Iya, Mih. Mau sekalian la

    Last Updated : 2025-02-11
  • Cinta itu Love   bab 22

    Warung bakso tempat mereka mengisi perut setelah latihan yang menguras energi, mereka memutuskan menyantap makanan berkuah ini.Exel makan dalam diam, tak jauh berbeda Laras pun hanya diam. Bagaskara menatap dua orang ini hatinya bersorak riang. Ternyata ada gunanya juga teman adiknya ini. Dewi fortuna seolah sedang berpihak padanya. Laras gadis yang disukai Exel, menaruh hati padanya. "Mpok, aku mau ke toilet dulu," ujar Andi, tanpa sadar memanggil Mpok."Ish ...." Netra Laras membola menatap Andi. Andi mengusap tengkuk, bibirnya tersungging. "Kak, aku ke toilet dulu, jangan di tinggal." Ralat Andi, khawatir di tinggal karna salah panggil. Bibirnya masih melengkung kikuk, karna Laras masih menatapnya kesal. "Kalo ditinggal nanti, Mas antar," ujar Bagaskara. Setelah Andi pergi Bagas mengambil tisu. Lalu mengarahkan tangan ke kening Laras. "Baksonya pedes? Sampe keringetan begini?" Bagas mengusap kening Laras. Laras tersentak mendapati perbuatan Bagas, si guru tampannya.Netra Bag

    Last Updated : 2025-02-12
  • Cinta itu Love   Bab 23

    "Mpok, lagi pada ngapain?" tanya Andi, rautnya penasaran. Melihat dua orang ini gerogi. Andi segera duduk di jok belakang. "Nggak ngapa-ngapain, nungguin elo!! Lama banget ngapain sih?" Demi menghilangkan gerogi Laras bertanya ketus pada adik lelakinya. "Di tawarin es krim sama Mas Bagas, lumayan, jadi makan es krim dulu," ujar Andi, netranya masih menatap curiga pada Laras dan Exel. "Pantesan lama, ayo Bang, pulang, Emak udah wa dari tadi, tuh udah bererot wa dari Emak." Laras menunjukkan wa dari Dewi. "Siap, Nona," jawab Excel, sepertinya marahnya sudah hilang. "Nanti pasti Mamih cari informasi tadi Mpok ngapain aja!!" Andi kembali memancing. "Ya jawab aja jujur, gue nggak ngapa-ngapain juga kok," ujar Laras, was-was. Pasti Andi mau malakin, nyari-nyari kesalahan Laras. "Ya pasti Andi bakal jujur, Mpok. Pan elu tau kalo kita ngomong nggak jujur juga bakal ketauan," jawab Andi, sambil menyandarkan badan di jok mobil. Andi terus berfikir bagaimana cara mendapatkan

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta itu Love   Bab 24

    Di Pantri rumah sakit dua orang terlihat sedang berbincang panas. "Terserah kamu, tapi aku pastikan adik tercinta kamu akan patah hati dan kamu pasti tau apa yang akan dia lakukam jika sampai patah hati!" Bagas terus mengkonfrontasi Sarah. Netranya memincing menatap tegas pada Sarah. "Aku tak peduli padanya," jawab Sarah ragu. "Benar 'kah? Bukannya kamu begitu khawatir saat dia pernah Od dulu, dan bukan 'kah kamu ingin mengejar gelar dokter psikiatris pun karna adikmu itu?" cecar Bagas lagi pada wanita cantik berambut keriting gantung ini.Sarah mendekat, menyentuh kerah baju Bagaskara, lalu merapikan perlahan. "Tapi aku tak akan melepas kamu hanya demi dia."Bagaskara menarik pinggang ramping Sarah hingga tubuh mereka menyantu. "Kamu hanya terobsesi padaku, kenapa mengorbankan adik tercintamu.""Aku tak terobsesi, aku benar-benar mencintaimu," Sarah mendekatkan bibirnya pada bibir Bagaskara, menyesap bibir lelaki tampan ini perlahan. Tangannya mengalung di leher kokoh Bagaskara.

    Last Updated : 2025-02-14
  • Cinta itu Love   Bab 25

    Dengan pasti sang surya meninggalkan pagi dan siang hari, berjalan menuju sore. Laras mengamati parkiran tempat biasa Excel memarkir mobilnya. Gadis berwajah oriental ini memastikan mobil Excel sudah tak ada di sana. "Nyariin apa, Ras??" tanya Irma. "Tumben mobil Excel udah nggak ada. Biasanya dia nungguin gue," ujar Laras. "Lagi ada perlu kali, kadang-kadang juga begitu 'kan dia. Cieee ... Ngerasa kehilangan nih, ye ...." Ledek Irma. "Gue kenapa jadi kepikiran Excel ya, Ma? Gimana pun dia sahabat gue." Irma menatap Laras dengan raut tak percaya. "Kayanya benih-benih cinta muncul nih! Udah nggak mau sama Abang gue?""Ngomongin abang elo, sini deh gue ceritain, kemaren waktu kita makan." Mereka duduk di warung bakso depan sekolah. Laras menceritakan pada Irma perihal Bagaskara yang memberinya perhatian. "Ma, gue jadi ke Gr an tau. Gue bisa dengan percaya diri ngomong ke Alya gue bakalan dapetin abang elo. Ma, cari tau dong abang elo bener nggak perhatiannya ke gue karna ada rasa.

    Last Updated : 2025-02-15
  • Cinta itu Love   Bab 26

    Laras meradang, rupanya Niken ada di apartemen Excel, sedang apa mereka di sana berdua? Laki-laki dan perempaun? Laras segera meraih jaket topi dan kacamata, tak lupa masker, lalu mengambil kunci motor. "Mak, laras mau ke depan sebentar." Izin Laras pada Dewi. "Kamu baru pulang belom makan udah mau pergi lagi. Mau kemana?" tanya Dewi garang. "Sebentaran, Mak, ke Alf* depan. Sebelum magrib Laras pulang," ujar Laras segera berlari ke arah luar setelah mencium tangan Dewi. "Ati-ati, Neng." Dewi masih terus memperhatikan kepergian Laras. Laras memacu motornya dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera sampai di apartemen Excel, beberapa kali dia ke sana tapi bersama beberapa teman ketika mengerjakan tugas-tugas sekolah. Entah kenapa kali ini Laras melakukan ini. Hatinya tak terima Excel melakukan hal yang tidak-tidak. Apakah karna terpengaruh kata-kata Irma. "Jangan sampai elo nyesel, Ras!!" kata-kata itu terus terngiang. Tapi apa hak ku ngelarang-larang Excel, toh selama in

    Last Updated : 2025-02-16
  • Cinta itu Love   Bab 27

    Di dalam kamar mandi Excel bangun perlahan, bibirnya meringis, dia menyentuh kejantanannya yang mendadak bangun. "Ya ampun, Ras. Liatin elo aja ini gue suka bangun, ini di senggol-senggol, tegang 'kan dia," gumam Excel sambil berjalan tertatih menuju bathrobe mengambil kaos dan celana kolor. Huft ...Lelaki tinggi ini mendaratkan bokong di kasur menetralkan apa yang dia rasa, ada kekhawatiran tak bisa menahan diri ketika melihat Laras nanti, apa lagi mereka cuma berdua di sini. Di ambil gawai, dia lihat cctv di mulai Laras masuk ke dalam huniannya. Senyum Excel melebar melihat gelagat Laras mulai dari pintu masuk hingga masuk ke dalam kamar. Setelah di rasa tenang lelaki ini keluar kamar. "Kamu lagi ngapain di sini? Kok nggak ngomong-ngomong mau ke sini?" suara Excel membuyarkan lamunan Laras."Niken mana, Bang?" bukannya menjawab pertanyaan Excel, Laras palah menyodorkan pertanyaan lanjutan."Niken? Kamu ke sini cuma nyariin Niken?" telisik Excel, mendaratkan bokong di sebelah Lar

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Cinta itu Love   Bab 93

    Excel duduk menatap hamparan kebun teh di hadapannya, di hirup dalam udara dingin di balkon villanya. Sesekali netranya menatap ponsel yang ada di tangan."Kamu kenapa susah banget di telpon sih, Ras," gumam Excel.Di dering yang entah sudah ke berapa kali akhirnya panggilan di angkat. "Assalamualaikum, Babang. Sayang."Excel yang sudah hampir mengeluarkan omelan tetiba luluh mendengar kata sayang dari Laras. Wajah yang barusan sudah menegang seketika mengendor, darah yang sudah berada di ubun-ubun seketika terjun bebas, suhu tubuh yang panas akibat tekanan darah yang tinggi seketika mendingin. Bibirnya seketika melengkung menampakkan gigi putih bersih, netranya menatap Laras rindu. "Coba ulangi."Laras merebahkan tubuh di kasur. Mentap ponsel di tangan. "Apanya di ulangi?" tanya Laras bingung. "Salamnya, tadi gimana?""Assalamualaikum, Babang." Laras mengulang, netranya mengerjab, senyum terkembang.Nafas Excel di tahan, lalu di keluarkan perlahan, "Ada yang kurang, setelah itu

  • Cinta itu Love   Bab 92

    Excel terkejut dengan suara yang menjawab dari ponsel Laras. Belum juga memperjelas siapa gerangan lelaki di sana suara gaduh terdengar dari area sekolah.Excel dan beberapa orang yang berada di kantin menghampiri kegaduhan. Sesaat kemudian Excel menyadari jika dia sedang menelpon Laras. Di lihatnya panggilan sudah di matikan. Siapa tadi yang ngangkat telpon?? kok suara laki? Papahnya Larah atau Bang Gilang. Tapi kok kaya bukan suara mereka. Pikiran Excel berkecamuk. Baru saja jari-jari tangannya ingin mendial tombol hijau, kembali menelpon Laras, berlalu pergi dari area kegaduhan tadi, seseorang memanggil Excel. "A, Aa tolongin atuh. Ini siswi pingsan dari tadi nggak bangun-bangun."Si wanita semok bergincu merah yang tadi menyediakan makanan untuk Excel memanggil. Tanpa ragu Excel masuk ke kerumunan, rupanya seorang siswi jatuh pingsan saat pelajaran sedang berlangsung. Guru pengajar yang sedang mengurus siswa tersebut menatap Excel ketika Excel berjongkok di sebelah murid gu

  • Cinta itu Love   Bab 91

    Pagi ini hari terasa berbeda bagi lelaki menuju dewasa ini. Hari ini dia begitu bersemangat. Lelaki ini sudah menggunakan pakaian formil. Mulai belajar mengikuti Nata mengendalikan usaha yang dia kelola. Terutama yayasan pendidikan yang berdiri di beberapa kota. "Sudah siap?" Excel mengangguk berjalan di sebelah Nata di ikuti oleh beberapa asisten Nata. "Pah. Aku mau tanya.""Tanya apa?" ucap Nata. Mereka berjalan dengan langkah lebar menuju ruang meeting. "Mengenai Kak Sarah." Nata menghentikan langkah, menatap putranya. "Kita bicarakan di rumah."Rapat yang di hadiri para ketua yayasan berjalan dengan baik. Excel memperhatikan tiap detai apa saja yang di bahas dalam rapat kali ini, mulai dari membicarakan menaikan value sekolah hingga bea siswa bagi yang membutuhkan. "Oke mulai tahun depan kita naikkan jumlah siswa penerima bea siswa, dari hanya 15 orang yang menerima menjadi 30 orang siswa. Ini semua aku berikan atas rasa syukurku karna putraku sudah mau bergabung di yayasan

  • Cinta itu Love   Bab 90

    Sarah mencium bibir lelaki di atasnya. Menghilangkan gugup yang dia rasa. Bagaskara melepaskan pagutan. "Bagaimana? Sama kah dengannya? Atau ... Aku lebih hebat darinya?" Netra Sarah berembun. "Aku sudah melupakannya, kenapa kamu terus mengungkitnya.""Karna aku hanya pelarian mu. Jika dia kembali apa yang akan kamu lakukan?" Bagaskara mengendus ceruk leher Sarah. Miris Bagaskara merasa gagal menjadi laki-laki. Dia membiarkan dirinya di kuasai Sarah. Namun kini Bagas akan melakukan apapun untuk bisa mengendalikan wanita yang kini ada dalam kungkungannya. Sarah menggeleng. "Hatiku sudah tertutup untuknya." "Benarkah? Sekarang kita buktikan siapa yang akan kamu gaungkan ketika kita bercinta." Bagaskara terus memberikan kecupan-kecupan menggairahkan. Sarah menggigit bibirnya. Kepalanya berusaha mengingat apakah benar dia masih mengingat pria bajingan itu, bahkan Sarah sudah beberapa kali berganti pasangan, apakah masih nama sialan itu yang selalu Sarah erangkan saat kenikmatan itu

  • Cinta itu Love   Bab 89

    "Sarah." Suara Bagas memanggil. Wanita cantik dengan pakaian selalu modis ini menghampiri Bagas. Menggandeng lengan Bagas lalu mengajaknya pergi. Terlihat Sarah begitu agresif, sesekali mendekatkan bibir ke telinga Bagaskara. Irma menatap kakaknya dengan perasaan sedikit lega. Kini dia tak lagi memikirkan Bagas, karna Bagas sudah menjelaskan kesepakatan yang dia lakukan dengan Nata. Excel mencium Laras yang terus menatap Kepergian guru gebetannya. Kesadarannya pulih, netranya mengerjab, bibirnya tersungging. "Nanti nggak bisa kedip matanya," ujar Excel datar, antara kesan dan cinta. "Cie, main cipok di mana-mana. Gue juga mau, Bang ..." Irma mendekati Excel hendak memeluk lelaki ini. Tetapi dihadang tubuh Laras."Eh ... Dulu lo boleh peluk-peluk, sekarang. No No No." telunjuk Laras bergoyang ke kanan dan ke kiri. "Dih, bagi-bagi, Ras." Irma merengek seperti anak kecil ingin juga menjilat permen stik yang di pegang temannya. NO!!Dengan keras Laras melarang kedua tangan menyilan

  • Cinta itu Love   Bab 88

    "Aku bilang 'kan jangan lagi, Bang." Wajah Laras masam. Pasalnya setelah keluar kamar mandi dan melakukan ibadah, kembali Excel menyalurkan keinginannya. Dan Laras pasrah, menerima setiap cumbu rayu yang dilayangkan lelaki yang ternyata sangat perkasa. Wk wk wk. Baru tau Laras. Excel berjongkok di hadapan Laras. Menatap penuh gairah. "Sekarang juga mau lagi." Suara Excel pelan dan parau.Laras menempelkan dua telapak tangannya ke muka Excel, mengusap kasar. "Pokoknya kalo gue nggak mau, jangan di paksa."Excel menggenggam telapak tangan Laras. Mendekatkan wajah, ingin mencium bibir yang menggunakan lipstik berwarna pink. Gadis ini melengos tetapi di tahan oleh Excel. Lembut, halus, kenyal dan manis. Sungguh semua menjadi candu untuk Excel sekarang.Laras mendorong pundak Excel, tetapi lelaki ini tak bergeming. Tanpa aba-aba lelaki ini membopong Laras ke atas pembaringan. "Bang!! Jangan kita mau makan!! Gue nggak mau!!" Laras memukuli dada Excel yang sudah berada di atasnya. Lel

  • Cinta itu Love   Bab 87

    Jari-jari lentik bergerak perlahan. Laras mulai menemukan kembali kesadarannya. Netranya mengerjab, melirik pada tubuh yang dia tiduri. Punggungnya terasa dingin karna selimut tersibak. Perlahan dia menekan dada Excel, lalu bangun. Mulut Laras menganga, netra membola. Kepalanya dimasukkan ke dalam selimut, semakin terkejut Laras. Tenggorokannya tercekat, rasanya kering. Dipukul-pukul nya kepala dengan tangannya, kembali berputar ingatannya pada kejadian semalam.Excel merasa terganggu dengan pergerakan Laras walau gadis ini tidak mengeluarkan suara, netra lelaki ini bergerak, mengerjab. Melihat Laras yang sepertinya syok. "Ras."Laras cepat menengok menatap Excel. Ingin marah tapi dia ingat jika dia yang memulai, bahkan Excel bertanya apakah di akhiri saja, gilanya Laras menggeleng, meminta Excel melanjutkan. Melihat Laras seperti syok, Excel menarik tubuh Laras ke dalam dekapannya. "Nangis aja kalo mau nangis."Laras tak menangis juga tak murka. Dia hanya berfikir kenapa semalam

  • Cinta itu Love   Bab 86

    Laras mencoba merapatkan mata, tetapi jantungnya berirama semakin keras, apalagi genggaman tangan Excel semakin membuat rasa menggelegak ingin di sentuh di tempat yang lain. Beberapa saat Laras mengontrol degup jantung yang semakin berpacu, tubuhnya meminta di sentuh lebih. Laras menarik tangannya, mengganti posisi tidur, tetapi masih juga tak bisa terpejam, dia bangun mengambil gelas di atas nakas lalu meminum air mineral berusaha mendinginkan tubuh. Excel hanya menatap istrinya yang terlihat gelisah. Lalu kembali memejamkan mata, mungkin mereka nervous pikir Excel. Laras masih duduk, tak juga merebahkan tubuh. "Kenapa, Yang. Sini babang kelonin kalo nggak bisa tidur." "Ck. Jangan ambil kesempatan Bang." Laras turun dari ranjang mengambil lotion, mengolesi ke seluruh tubuhnya. Mendingan, nggak panas banget, ujar Laras. Masuk kembali ke dalam bedcover. Excel memejamkan mata, menghirup aroma wangi lotion, membuat jantung Excel berpacu 10 kali lipat dari biasanya, otaknya

  • Cinta itu Love   Bab 85

    Netra Excel awas menatap pintu kamar mandi. Akhirnya pintu terbuka. Bibir Excel tersungging melihat Laras mengenakan pakaian tidur hello kitty berwarna Pink. Anak-anak sekali, gumam Excel, jauh dari ekspektasi, Excel mengira Laras keluar dengan pakaian satin tembus pandang. "Beneran kamu nggak mandi dulu?" Excel menggeleng. Menarik bangku yang akan di duduki Laras. "Silahkan princes."Mulut Laras mencebik. "Makasih, Tuan.""Sama-sama, Ces."Excel duduk di bangkunya. Laras tersenyum, jarinya membenarkan rambut, lalu menjepit ke belakang telinga. Netra tajam Excel terus menatap Laras.Tos. Excel meraih gelas air putih mengulurkan ke hadapan Laras. Laras pun melakukan hal yang sama. Bibir gadis ini melengkung indah. Memang benar-benar labil sebentar marah, kasal tapi sebentar sudah normal lagi. ***Irma duduk di tepi ranjang melamun memikirkan banyak hal. Termasuk Laras sahabatnya. Irma membuang nafas pelan, mengingat percakapannya barusan dengan Excel. Irma memberikan tas yang di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status