"Hendro ...." Saat itu, Hana angkat bicara, "Lagian kamu juga nggak suka sama Wenny. Kalian cepat atau lambat juga akan cerai. Sekarang, Wenny sudah temukan kebahagiaannya sendiri dan itu bahkan sama Pak Steve. Wenny dapatkan hati pria yang nggak bisa didapatkan oleh banyak wanita kaya dan sosialita. Hendro, kita harusnya ucapkan selamat untuknya, 'kan?"Tatapan dingin Hendro tiba-tiba tertegun.Pada saat itu, teman-teman dari kalangan elit membawakan kue ulang tahun ke hadapan mereka, lalu menyalakan lilinnya. Salah satu dari mereka berujar, "Sekarang, waktunya si yang berulang tahun tiup lilin!"Steve meniup lilin itu, lalu mulai memotong kue ulang tahun. Biasanya, orang yang berulang tahun akan mencicipi potongan pertama.Namun setelah memotongnya, Steve justru menyodorkan potongan kue itu ke arah mulut Wenny.Wenny melihat ke arahnya, lalu membuka mulut dan bersiap menerima.Hanya saja, Steve tiba-tiba menarik tangannya kembali. Dia sengaja menggodanya.Melihat senyum iseng di waja
Hendro mengangkat tangannya, lalu menarik keluar dari genggaman Hana. Suaranya terdengar datar dan dingin ketika berujar, "Aku habis minum tadi, jadi nggak bisa nyetir. Aku balik ke kantor dulu. Kamu pulang sendiri ya."Sutinah pun datang membawa mobil Rolls-Royce model bisnis. Hendro masuk ke dalam dan mobil itu langsung melaju pergi.Hana tetap berdiri sendirian di tempatnya. Bukannya marah, dia justru terlihat sangat senang.Pada saat ini, Stella datang menghampiri sambil mengentakkan kakinya dengan kesal. Dia berucap, "Kak Hana, si Wenny itu bisa-bisanya tulis surat cinta buat goda Kak Steve. Dia benar-benar nggak tahu malu!"Padahal sebenarnya surat cinta itu bukan ditulis oleh Wenny, melainkan Hana yang minta Alex menyiapkannya. Hanya saja, dia tidak memberi tahu Stella soal ini.Ini memang rencana Hana untuk mencapai dua tujuan sekaligus. Bukan hanya bisa mendorong Wenny ke pelukan Steve, dia juga sekaligus bisa buat Stella makin benci Wenny.Hana menimpali, "Stella, Wenny sama
Hendro membuka aplikasi Whatsapp dan melihat unggahan terbaru di Status yang baru saja dibagikan oleh Steve.Itu adalah sebuah foto yang diambil di lapangan olahraga Universitas Cestana. Orang dalam foto tidak terlihat wajahnya. Hanya ada dua bayangan di tanah.Satu bayangan terlihat ramping dan anggun, sementara satu lagi terlihat tegap dan tampan. Sekilas saja sudah bisa ditebak bahwa itu adalah Wenny dan Steve.Steve menambahkan keterangan di fotonya. [Hadiah ulang tahun terbaik.]Unggahan Status itu langsung menarik perhatian banyak orang. Para anak orang kaya mulai berkomentar satu per satu. [Pak Steve ulang tahun hari ini. Kenapa malam ini dia nggak bertingkah nakal? Sudah tobat ya?][Cuma jalan-jalan di kampus. Pak Steve, padahal kamar suite sudah disiapkan lho!][Kalian nggak ngerti, Pak Steve pasti nginep di asrama putri malam ini.][Pacaran sama mahasiswi itu memang beda, lebih menantang.]Hendro membaca komentar-komentar itu sambil merasakan tenggorokannya mengencang. Dia la
Hanya saja kaca film mobil yang berkualitas tinggi membuat orang di dalam bisa melihat keluar dengan jelas, sementara dari luar, tak seorang pun bisa mengintip ke dalam.Wenny tidak bisa melihat Hendro yang ada di dalam mobil, tetapi dia bisa merasakan tatapan dingin dan dalam dari mata pria itu sedang tertuju padanya dan Steve.Kenapa Hendro tiba-tiba mencarinya?Wenny menoleh pada Steve sambil berucap, "Pak Steve, sudah malam. Aku mau kembali ke asrama."Steve membalas sembari tersenyum, "Oke. Lain kali, aku ajak kamu jalan-jalan lagi."Setelah itu, Steve naik ke mobil balap Ferrari miliknya. Suara mesin yang meraung keras langsung menghilang di kejauhan.Wenny tetap berdiri di tempatnya dan menatap kepergian Steve. Kemudian, dia berjalan keluar menuju mobil Rolls-Royce Phantom yang sedang parkir.Wenny mengulurkan tangan untuk membuka pintu belakang mobil dan masuk ke dalam.Mobil Rolls-Royce Phantom pun melaju dengan tenang di jalanan. Di dalam kabin yang mewah dan kedap suara itu,
Saat ini, Hendro sedang marah. Dia marah karena Wenny bilang ini adalah terakhir kalinya dan menyuruhnya untuk tidak mencarinya lagi.Ketika bibir merah lembut Wenny mendekat dan menciumnya, Hendro langsung mendorongnya pergi dengan tangan secara tidak sabar.Namun, tangan Wenny yang semula bertumpu di bahunya malah berpindah melingkar ke lehernya. Wenny memeluknya dengan erat sambil berucap, "Hendro, nggak boleh dorong aku ...."Sepasang mata jernih Wenny menatapnya dengan tajam. Nadanya seperti anak gadis manja. Dia mengucapkan satu per satu kata dengan aksen yang agak menggoda dan lembut.Suaranya seperti menjalar ke dalam tubuh Hendro dan langsung membuat otot-ototnya menegang."Sama seperti dulu. Ini rahasia kita berdua. Aku nggak akan bilang ke Hana."Usai berkata demikian, Wenny kembali mencium bibirnya.Ujung mata Hendro yang panjang terlihat memerah. Seorang pria yang pernah mencicipi rasa semanis itu bagaikan binatang buas yang sudah pernah mencicipi daging. Kadang kala, dia
Yuvi menarik Wenny agar bangun sambil bertanya, "Wenny, jangan tidur terus. Kamu habis lakukan apa sih? Kenapa sampai ngantuk gini?"Wenny mengusap matanya yang masih mengantuk seraya membalas, "Aku mau tidur sebentar lagi."Yuvi memarahi, "Tidur apaan? Semangat dikit! Ayo, aku ajak kamu ke bar buat senang-senang!"Yuvi akhirnya bawa Wenny ke bar. Tak lama kemudian, mereka langsung melihat beberapa orang yang mereka kenal duduk di ruang VIP yang mewah. Ada Hana, Alex, Stella, dan beberapa anak orang kaya lainnya.Alex duduk di sofa, lalu berkata, "Kak Hana, Kak Hendro sudah pergi dinas selama dua hari ya? Malam ini dia pulang, 'kan?"Setelah malam itu, Hendro memang langsung pergi ke luar kota untuk urusan kerja. Wenny juga belum bertemu dengannya lagi. Tentu saja dia juga tidak menghubungi pria itu.Sesuai kesepakatan, setelah malam itu mereka berdua tidak saling berutang apa-apa lagi.Meskipun begitu, sekarang rahasia di antara mereka berdua jadi bertambah satu lagi.Hana tersenyum k
Wenny terpaku sejenak. Dia tidak tahu apa maksud dari pesan itu.Bukankah kalung Carnelian Merah Kristal itu dibelikan untuk Hana?Kenapa Hendro malah bertanya apa dia suka atau tidak?Mungkinkah pria itu beli dua buah? Satu untuk Hana dan satu lagi untuknya?Kalau dipikir-pikir, Hendro memang sangat kaya. Hal semacam itu bukan hal yang mustahil.Wenny merasa ini agak lucu. Apa pun maksudnya, dia tidak akan lagi membiarkan dirinya berputar-putar mengelilingi hidup pria itu. Dia tidak akan terus menebak-nebak apa yang ada di hatinya. Malam itu di jalan tol, dia sudah bayar lunas semuanya. Hubungan mereka sudah selesai.Wenny menyimpan ponselnya dan tidak membalas pesan itu.Saat itu, Hana keluar dari dalam ruangan. "Wenny, kamu juga datang?"Jelas terlihat suasana hati Hana sedang sangat baik. Dia memang sangat suka barang-barang mewah. Kalung Carnelian Merah Kristal pemberian Hendro itu membuatnya senang bukan main.Wenny membalas sambil mengangguk, "Cuma mampir sebentar.""Beberapa ha
Hendro sudah pergi.Namun yang dipedulikan oleh Wenny bukanlah kepergiannya, melainkan apa yang sudah dia lakukan?Gimana bisa Hendro dengan seenaknya melemparkan kalung Carnelian Merah Kristal itu ke tempat sampah?Itu adalah kalung Carnelian Merah Kristal yang harganya lebih dari 20 miliar.Sekaya apa pun seseorang, bukan berarti bisa membuang-buang uang seperti itu!Wenny langsung berlari ke tempat sampah, lalu mengulurkan tangan dan mengambil kantong belanja mewah itu. Untung kantongnya tidak kotor atau rusak. Kalau sampai begitu, benar-benar sayang sekali.Wenny kembali ke asrama putri. Dia duduk di depan meja rias dan membuka kotak beludru di dalam kantong itu. Kalung Carnelian Merah Kristal itu bersinar terang di bawah lampu, begitu indah sampai membuat napasnya tertahan.Hendro memang selalu punya selera tinggi. Gimanapun, dia adalah pewaris keluarga kaya raya yang sejak kecil hidup serba mewah. Soal estetika, dia tidak pernah salah.Barang yang bisa menarik perhatian Hendro pa
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie