Tidak pernah terlupa, selalu kusebut namanya dalam setiap doaku. Ya Allah jagalah hati ini hanya untuknya. Meski ada jarak yang memisahkan kita. Meskipun kutahu dirinya sudah akan menjadi milik orang lain. Entah kenapa hati ini enggan melupakannya. (Afnan~ Cinta dalam Balutan doa)***Malam ini malam terakhir gadis yang aku cintai di pondok ini. Sore tadi aku sudah bilang pada Abah dan Ummi untuk menemaniku dan menjadi saksiku saat aku menyatakan perasaanku pada Arniku. Ya Arni gadis yang sudah mencuri hatiku sejak pertama kali kami bertemu. Tiga tahun yang lalu. Di kamar ini kami bertemu. Gadis yang mengalihkan duniaku. Yang aku cintai dalam diam, yang kusebut namanya dalam setiap doaku. Baru kali ini aku merasakan cinta pada seorang wanita.Aku bahagia ummi dan abah mendukungku. Bahkan mereka sangat menyukai Arni, meskipun gadis itu jarang menunjukkan dirinya ke ndalem seperti pengurus putri lainnya. Mereka juga tidak memandang status Arni yang bukan berasal dari putri kiyai. Set
***Bersabarlah duhai hati, suatu hari akan hadir tempat terbaik yang dapat menjadi pelabuhan pertama dan terakhirmu.***Arni membuka matanya perlahan, dilihatnya sekelilingnya. Ada dokter yang tersenyum ke arahnya, Ummi Syarifah, dan ibunya juga Ratna."Kamu sudah sadar, Nak?" tanya Syafaah khawatir.Arni mencoba tersenyum dan mencoba untuk duduk."Kamu tiduran dulu gak apa kok, Nak," ujar Ummi Syarifah tersenyum padanya. Arni tersenyum lembut membalasnya. "Sebaiknya mbaknya istirahat sebentar, ya. Menghilangkan puyeng di kepalanya," ujar dokter yang sudah menjadi langganan pondok ini. Arni mencoba untuk duduk dengan bantuan Ratna dan ibunya. Azzam mengajak Afnan masuk untuk mengenalkan Arni. Afnan sudah mencoba mencari alasan tapi Azzam terus memaksa, hingga mau tak mau dirinya menuruti kemauan Azzam.Azzam masuk bersama Afnan. Membuat Arni yang melihatnya menjadi canggung. "Tadi ibu diantar Nak Azzam," bisik Syafaah.Arni mengangguk."Bu, kenalkan ini Gus Afnan, putranya ki
Kau yang terbaik di hati ini, juga terburuk. Kau yang mengajariku arti patah hati. Kau beri harap, lalu kau pergi meninggalkan ku, aku bisa apa? Garis waktu takkan mampu menghapusmu dari dalam hatiku, biarkan namamu dan cinta ini tetap bersemayam di hatiku, meskipun aku harus merelakanmu bahagia bukan bersamaku, namun doa terbaikkku tetap bersamamu, sepanjang waktu. Biarkan cinta ini tetap hadir di hatiku dan takkan pernah tergantikan selamanya di hati ini. (Afnan- Cinta dalam Balutan doa)***Setelah kepergian Arni bersama Azzam. Afnan mengurung diri di kamarnya. Hidupnya seakan hilang gairah. Ia benar-benar merasakan kehilangan yang teramat dalam dan rasanya sakit sekali. Arni adalah cinta pertamanya meskipun dulu dirinya juga pernah dekat dengan beberapa wanita, namun ia hanya menganggap mereka hanya sebatas teman dan tidak memiliki perasaan lebih pada mereka seperti yang ia rasakan pada Arni dari awal perjumpaan hingga kini, rasa itu semakin dalam setiap detiknya. B
Tabahkan hatimu dalam penantian jodoh. Karena sejatinya pernikahan bukanlah perlombaan. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral yang harus engkau jaga kesuciannya dengan pondasi cinta kepada Allah dan hanya mengharap keridhoan dariNya.(Cinta dalam Balutan doa)***Setelah sidang pra nikah disetujui. Minggu ini mereka melakukan foto prawedding. Azzam menjemput Arni siang ini.Arni mencoba terus membuka hatinya untuk Azzam. Apa salahnya? Azzam sangat tulus padanya. Meskipun tidak bisa dipungkiri cinta untuk Afnan masih ada di hatinya bahkan tetap sama. Ia hanya ingin merangkai cinta untuk Azzam meskipun ia harus mengambil kepingan itu dari rasa cintanya pada Afnan. Dirinya ingin menjadi istri yang sholihah untuk suaminya. Membina rumah tangga yang diridhoi oleh Allah. Dan dari situ dirinya harus bisa membuka hatinya untuk menerima dan mulai mencintai Azzam."Apa kamu sudah siap?" tanya Azzam. Saat ini mereka sudah berada di lokasi pemotretan untuk prawedding mereka."Insya Allah, sudah."
Hati memang merasa nyaman dalam memendam, namun otak merasa tak tahan untuk menahan segala beban karena merasakan sebuah rasa itu mudah, meninggalkannya yang terlalu susah. Bahkan ku tak mampu dan tak pernah sanggup tuk melakukannya. Dan kini ... Bila mencintaimu adalah sebuah ilusi, maka ijinkan aku berimajinasi selamanya. Selamanya hanya dirimu yang akan selalu menghiasi hati ini. Tak kan pernah terganti. Meskipun hati ini sakit yang teramat ku lebih memilih tuk mencintaimu.(Cinta dalam Balutan doa)***Hari H pun tiba. Pernikahan Arni akan di laksanakan di masjid agung kota mereka. Arni sudah di make over MUA setelah subuh tadi ia dijemput mobil calon kakak iparnya, Mbak Najwa dan neng Afifah. MUA itu memang sepaket dengan WO yang disewa keluarga Azzam. Ini adalah hajatan terakhir keluarga tersebut karena kebetulan Azzam adalah anak bungsu. Pesta akan diadakan besar-besaran. Bahkan resepsi mereka diadakan di gedung. Bagaimana perasaan Arni saat ini? Bahkan sejak semalam gadis itu
Dengan cinta tulusku. Aku akan menjadi alasan kenapa kamu tersenyum, menemanimu, menyayangimu, mencintaimu selama nafas ini masih ada dan menghapus setiap tetesan air mata yang kau jatuhkan karena aku ingin selalu ada untuk menjadi bagian dari sejarah hidupmu. Meskipun aku tak tau takdir akan membawa sampai ke mana hubungan kita nantinya, namun aku pastikan akan tetap mencintaimu hingga selamanya. Cintaku tidak akan pernah mati untukmu.(Azzam Aflah untuk Azzalina Arni~Cinta dalam balutan doa)**Syafaah membawakan makanan dan minuman untuk Arni dan Azzam ke dalam kamar. "Maaf ya, Nak. Ibu lupa tidak menyediakan minuman buat kalian sehingga kalian kehausan," ujarnya."Tidak apa-apa, Bu. Ibu tenang saja kalau butuh sesuatu aku bisa memintanya pada Arni," ucap Azzam."Iya, Nak. Makasih ya atas pengertiannya. Anggap saja rumah sendiri, tidak perlu sungkan. Ibu akan senang kalau Nak Azzam mau mengambil sendiri, Nak Azzam sudah menjadi bagian dari keluarga ini, rumah Arni juga rumah N
"Menikahlah dengan seseorang yang takut kepada Allah, maka dia akan memperlakukan kamu dengan benar karena rasa takutnya kepada Allah."(Cinta dalam Balutan doa)***Afnan berjalan mendekat ke arah kedua mempelai setelah tadinya ia berbincang dengan Gus Achmad dan Gus Haikal. Afnan tersenyum ke arah Azzam begitu juga Azzam. Azzam langsung merangkulnya."Makasih ya, Gus. Sudah mau datang," ucapnya."Iya, sama-sama, Mas. Semoga pernikahan mas mawaddah wa rahmah sampai dunia dan akhirat, Aamiin ...," ucap Afnan tersenyum tulus. "Aamiin ya Robb, makasih ya, Gus."Saat ini Afnan berada di hadapan Arni. Ia bingung harus mengucapkan apa, Arni sejak tadi menunduk menahan air matanya."Selamat, semoga bahagia." Hanya tiga kata itu yang berhasil lolos dari bibirnya.Arni langsung menengadah, mata mereka saling beradu namun detik berikutnya Afnan langsung memalingkan mukanya dan segera berlalu. Azzam tidak menyadari hal itu karena masih sibuk mengobrol dengan temannya yang berdiri setelah Afna
Aku bahagia karena hanya memiliki satu hati, karena cukup satu hati yang akan aku beri, teruntuk orang yang aku cintai yaitu kamu. Khoirina Azzalina Arni(~Azzam~ Cinta dalam Balutan doa)***Entah ada keberanian dari mana Arni memeluk tubuh Azzam. Membuat Azzam tersentak. Arni menangis di dada bidang Azzam."Mas, ajari aku untuk mencintaimu, dan aku yakin setelah kita melakukan itu hubungan kita semakin terikat dan cinta akan segera hadir di hatiku untukmu," ucap Arni masih terisak.Azzam tersenyum lembut ia menghapus air mata Arni membingkai pipi Arni dan detik berikutnya Azzam mencium kening dan bibir Arni, ciuman pertama untuk Arni dan Azzam. Hal itu menimbulkan desir di hati Arni. Efek dari ciuman itu begitu terasa Arni malu untuk menatap wajah Azzam. Ciuman yang di berikan Azzam itu hanya sekilas tapi efek yang diberikan membuat keduanya kembali sama-sama canggung, entah kenapa Azzam sampai melakukan itu, dirinya juga malu. Hanya karena melihat bibir ranum Arni ia hilang fokus
Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu. (Fathiyah) *** “Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah. Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek. “Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu. “Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semak
Dengan tersenyum bukan berarti kita bahagia, terkadang semua itu hanya sampul untuk menyembunyikan kesedihan karena kesedihan tidak perlu dipamerkan atau pun diperlihatkan sedangkan kebaikan tidak perlu disombongkan. (Fathiyah) *** Setelah diterima bekerja, Fathiyah kembali pulang dan mengabarkan berita gembira itu pada sang bibi. “Assalamualaikum, Bik,” sapanya dengan riang. “Kenapa sudah pulang? Apa kamu tuli? Aku sudah bilang kamu enggak boleh pulang sebelum mendapatkan pekerjaan!” sengitnya tanpa menjawab salam dari Fathiyah. Fathiyah tersenyum menanggapi omelan sang Bibi. “Diajak ngomong malah senyam-senyum kagak jelas, cepat cari kerja yang benar!” ucapnya kesal. “Alhamdulillah, Bik. Aku sudah diterima kerja di kafe dan Resto yang instagramable, tempatnya bagus, Bik.” “Beneran kamu sudah diterima kerja? Kamu enggak lagi halu ‘kan? Awas saja kalau bohong!” ucapnya. “Enggak bohong! Aku beneran diterima, Bik.” “Ya sudah aku senang mendengarnya,” ketusnya sambil kembali k
Sebuah harapan akan tercapai dengan adanya semangat yang tak pernah pudar. Dengan keyakinan dan sebuah kesabaran pasti akan berbuah indah saat waktunya tiba. (Fathiyah) *** Fathiyah sudah meletakkan lamaran kerja di beberapa toko, kafe dan restoran. Namun, hingga kini ia belum dapat panggilan. Dirinya sadar kalau hanya lulusan SMA, bahkan ia belum punya pengalaman kerja. Hanya berbekal ijazah SMA dan keahlian memasak yang diajarkan oleh sang ibu dulu semasa hidup, ia pun melamar pekerjaan ke kafe dan restoran sebagai koki. Kebetulan sang ibu dulu adalah seorang koki di rumah makan mewah. Dua tahun sudah Kedua orang tuanya meninggal dunia. Saat itu juga sang bibi dan sang paman memutuskan tinggal di rumah Fathiyah, karena rumah yang disewa mereka sudah habis masa kontraknya. Rika, sang bibi selalu memperlakukan Fathiyah seperti pembantu di rumahnya sendiri, semua pekerjaan rumah di kerjakan gadis itu. Bahkan tak jarang Fathiyah harus rela kelaparan karena sang bibi tidak memberi
Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.”“Enggak semudah itu, Dek.”“Kenapa emangnya?”“Luna belum mau berhijab, menurut pandangannya, orang berhijab itu ribet. Apalagi kalau ada yang berhijab panjang dan lebar, pasti dia enggak suka.”“Astaghfirullahal Adziim ... terus Abang kok bisa suka perempuan yang berpikiran sempit seperti itu sih?” ucap Azril tidak suka. Padahal tadi diri
Putra sulung Arni dan almarhum Azzam bernama Arza sudah menjadi seorang perwira polisi. Abdi negara seperti apa yang diamanahkan oleh Azzam. Afnan sudah memberi peluang itu pada putra sambungnya. Ia mengarahkan semua tanpa harus memaksa, meskipun itu adalah sebuah amanah. Sebagai ayah sambung, Afnan tidak hanya menyayangi dan mengayomi Arza dan Azril. Ia sudah berperan lebih dari seorang ayah sambung. Afnan bahagia bila Arza berhasil memenuhi amanah almarhum Azzam menjadi seorang polisi yang jujur dan tetap mengedepankan norma agama *** Setelah pulang dari tempatnya bekerja siang ini, Arza pamit pada Hambali dan Yulia untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan Arza izin pada komandannya untuk tidak mengikuti apel besok pagi. Setelah berkendara cukup jauh Arza pun sampai di pesantren milik sang abi. Ia segera masuk ke ndalem mencari keberadaan kedua orang tuanya. Arza segera menemui sang bunda dan sang abi yang berada di kebun belakang. Arni dan Afnan sering menghabiskan wak
Dengan senang hati Azril melakukan tugasnya, setiap harinya ia lewati dengan senyuman. Bahkan dirinya bisa istiqomah menjalankan sholat berjamaah, yang paling dirinya banggakan ia bisa mengerjakan sholat malam bersama Kiyai Bisri dengan khusyuk. Kiyai Bisri selalu membangunkannya sebelum sahur tiba. Ia juga ikut berbuka dan sahur bersama Kiyai Bisri dan Ummi Roudhoh. Awalnya dirinya menolak dengan lembut. Namun, Ummi Roudhoh dan Kiyai Bisri sedikit memaksa. Ummi Roudhoh juga sudah sedikit akrab dengan pemuda tampan itu, beliau sering menceritakan cucu-cucunya pada AzrilKecerdasan yang dimiliki Azril membuat pemuda tampan itu dengan mudah menyerap ilmu yang dirinya peroleh. Bahkan di luar batas kemampuannya.Pernah Kiyai Bisri mencoba mengetes ilmu pemuda tampan itu dengan menanyakan beberapa hadits yang dirinya ajarkan pada Azril di perpustakaan pribadinya dan Azril dengan mudah menjawab, bahkan dengan cepat beserta penjabarannya dan penjelasannya. Kiyai Bisri sampai geleng kepala.P
Kang Abduh mulai mencurigai Kang Fajar dan Kang Khaidir setelah ada gelagat berbeda yang ditunjukkan keduanya. Ia harus bisa memecahkan masalah ini dan mencari bukti supaya nama baik Neng Arsyi dan juga Gus Azril tidak jelek di mata santri lain, meskipun mereka berdua ada perasaan, tapi tidak begini caranya. Apalagi mereka calon pewaris pesantren.“Gus Azril bisa membuktikan kalau ini benar-benar fitnah?” tanya Kang Abduh.“Insya Allah aku bisa membuktikannya. Aku tau mereka tidak menyukaiku. Itu tidak masalah buatku, tapi ini tidak menyangkut diriku saja karena Neng Arsyi diikut campurkan dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Azril yakin. Meskipun Arsya kecewa pada keduanya, tapi melihat kesungguhan Azril yang membela sang adik membuat dirinya tersenyum tipis.“Halah, paling memang ini disengaja. Azril saja yang memang tidak bisa menahan diri dan tidak bisa menjaga kehormatan pesantren dengan mengajak ketemuan Neng Arsyi, dasar biang kerok. Sejak dia datang kan selalu ada saja tingkah
Azril mengantar kepulangan keluarganya di pintu aula. Setelah beberapa wejangan diberikan oleh Abi, Bunda dan Neneknya.Azril ingin di sisa waktunya di pesantren ini bisa lebih dekat dengan Kiyai Bisri. Menyerap ilmu beliau lebih sempurna, dan mungkin dengan melakukan beberapa kesalahan akan membuatnya di takzir dan di serahkan langsung pada Abah Yai, itu pemikirannya.Azril kembali ke kamarnya dan membawa beberapa bingkisan yang dibawakan sang bunda tadi. Ia langsung membagikan beberapa makanan untuk santri lain termasuk Arsya.“Sesuai janjiku padamu dulu, Sya. Aku habis disambang keluargaku. Ini, aku kasih bolu kelapa kesukaanku khusus buat kamu, semoga kita satu selera dan kamu juga menyukainya,” ujarnya.Arsya sangat senang dan langsung menerima bolu kelapa dan ayam geprek kesukaan Azril.“Makasih banyak ya, Ril. Aku juga pasti menyukainya. Makanan ini pasti juga enak banget,” ujarnya.Azril tersenyum menanggapinya. Memang bagi Azril masakan sang bunda paling enak, tiada tandingan
Hubungan Arsya dan Azril sedikit merenggang, tidak lagi seperti dulu. Azril lebih menghindari Arsya. Meskipun Arsya ingin selalu dekat dengan Azril seperti yang dulu. Namun, Azril membatasinya. Sungguh suasana seperti ini Arsya tidak menyukainya.Sudah 17 hari Azril berada di pesantren itu. Banyak pelajaran yang ia dapatkan, mulai dari persahabatan yang ia dapatkan dari Arsya dan beberapa teman yang lainnya, desir aneh yang ia rasakan pada Arsyi, saudara kembar Arsya. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan oleh Kang Khaidir dan Kang Fajar yang semakin membencinya, serta kajian kitab kuning dan penjelasan dari Abah Yai yang selalu membekas di hatinya. Bahkan dirinya sangat mrn8kmsti takziran yang diberikan oleh pengurus yang mengajarkan padanya sebuah tanggung jawab. Ada alasan lain yang membuat Azril bertindak semaunya sendiri. Alasan yang cukup aneh yaitu mengabdi secara langsung pada Abah Yai dan dengan melakukan kesalahan terus menerus dirinya yakin setelah ini hukumannya akan diam