"Apa? Kamu ingin aku berhenti, sementara cucumu menghilang."
Baba Kun hanya mengangguk lemah kemudian berusaha mengusap puncak kepala Syilla, tetapi Syilla melengos kemudian menatap Ayah Jem dan Bunda Vanya bergantian lalu menatap Dr. Matthew dan Ezha dengan tatapan kecewa.
"Dimana putraku? Katakan jika kalian membenci semua kenyataan ini, tapi tidak dengan membenci anakku, dia tidak bersalah. Aku lah yang bersalah disini, dan sekarang-- dimana anakku? Dimana anakku, Tuan? Tunjukkan dimana anakku.." Teriak Syilla mengema sambil memegang lengan Ayah Jem dengan tatapan kesakitan.
"Selama ini aku membiarkan kalian dekat dengan Darrell, karena aku ingin anakku merasakan kasih sayang kalian seperti yang kalian berikan padaku. Tapi-"
"Xiao fu-- tenangkan dirimu, nak. Berdoalah semoga Darrell baik-baik saja, Baba yakin Darrell adalah anak yang cerdik.""
"Apa anda bilang? Baik-baik saja? Cerdik? Apakah kamu mengatakan jika putraku sudah tumbuh dewasa,
Perbedaan zona waktu antara Moscow dengan Los Angeles membuat siapapun akan berpikiran aneh, baiklah inilah perbedaan yang mencolok itu. Jika di Moscow sudah menjelang petang, bahkan bisa dikatakan malam hari sementara di Los Angeles masih pukul setengah sembilan pagi, perbedaan waktu cukup jauh karena perputaran waktu di Moscow lebih cepat dibanding Carnifornia. Kini Darren dan Leon tengah menjejakkan kaki jenjangnya ditanah Negeri Paman Sam, Amerika serikat. Dimana sebagaian dari kekuasaannya berada disana, tak lupa topeng berlapis perak menutupi wajah tampannya, sementara Leon memakai topeng berlapis emas berdiri sebagai pemimpin jalan Tuannya. Tak hanya itu, konsep penukaran status Bos dan anak buah ini sudah berlaku semenjak berdirinya kelompok gangster terdahulu. Seperti beberapa tahun lalu, Darren enggan menunjukkan dirinya sebagai King Frederich yang sebenarnya, alhasil Leon lah yang harus berjalan menemui para partnernya. Leon melirik Bosnya sejenak untuk me
"Mr. Luciano saat ini tidak berada di kandangnya, tetapi dia bersembunyi untuk menyelamatkan nyawanya sendiri." Suara ledakan begitu nyaring menggelegar seluruh Markas Los Zetaz, ketiga ketua kelompok gangstere itu menatap lelaki bertopeng emas di depannya tak percaya, berbeda dengan Mr. Watanake yang hanya tetap tenang seolah semua ini adalah sambutan hangat dari saudara bestie nya. Sementara yang ditatap malah melirik lelaki bertopeng perak yang samar-samar menyeringai licik di sampingnya. 'Sejak kapan si Bos menyiapkan semua ini tanpa ku ketahui, astaga mungkin si curut Tiger itu yang menyiapkannya. Kenapa aku sekarang jadi bodoh sekali, astaga!!' Leon masih melirik pria beranak satu di sampingnya itu dengan tatapan aneh, bagaimapun juga selama beberapa hari ini ia sibuk dengan pekerjaannya dan membiarkan Bos licinnnya itu menjalani kehidupan keluarga kecilnya yang baru dimulai. "King, apa yang kau lakukan?" hardik Louwis deng
"Huh! Apa yang akan anda lakukan Mr. Watanake?" Itu bukan Louwis dan Samuel yang bertanya karena kedua pria itu sudah menunjukkan wajah ketakutan, namun Wen Xia yang sedari diam langsung bertanya ketika merasakan lidahnya tengah gatal sambil terus was-was takut Mr. Frederich dan Mr. Watanake membabat habis daerah kekuasaannya juga. "Tiga menit lagi." "What? Mr. Watanake, tolong ampuni kami. Tolong jangan berantas daerah kekuasaan kami, apa daya kelompok kecil seperti kami yang hanya bisa meminta belas kasihmu juga Mr. Frederich, kami mohon.. tolong, beri kami kesempatan satu kali saja." Teriak Samuel dan Louwis bak anjing jalanan dengan nada ketakutan juga terlihat cucuran keringat dingin membasahi dahi keduanya. Yoshi hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah kekanakan kedua kurcacinya itu, walaupun keduanya tampak lebih tua darinya. Tidak menutup kemungkinan jika kedua pria tua itu tidak takut mati, melainkan takut hartanya habis dalam sekeja
Syilla baru saja terbangun dari tidur laknatnya, wanita itu merenggang otot karena tubuhnya terasa kaku semenjak perdebatannya semalam dengan Kakak laki-lakinya, Faihung, karena sikap keras kepalanya berniat nekad akan menyusul suami dan anaknya ke Los Angeles. Tetapi, malah dibuat tertidur oleh King Lion itu, yang entah bagaimana caranya yang jelas tanpa obat tidur atau apapun. Alhasil, Syilla terlelap di ranjang kamar milik Darren semalaman. "Huff, sial!! Kenapa aku bisa tertidur di ranjang laknat ini sih? Faihung Gege? Kenapa tiba-tiba dia datang kesini seolah menutupi keberadaan Darren? Apakah selama ini-- hm, tidak mungkin? Padahal sekitar tiga bulan yang lalu, Faihung Gege melakukan misi rahasia di Russia. Apa dia sengaja kembali ke Jawa?" Guman perempuan mungil itu bingung sendiri. Selama menikah dengan Izzuddin dan ia sudah membulatkan tekad melupakan masa lalunya dengan Darren, Ayah biologis Darrell-putranya. Syilla tidak mau lagi mengunju
Lelaki itu sedari tadi menahan emosinya ketika Syilla membentak juga menuduhnya yang tidak-tidak, apa lagi ini masalah perebutan hak asuh anak mereka yaitu si kecil Darrell. Duo Orang tua biologis bayi laki-laki yang bernama Darrell Frederich 'or' Bilal Elbarak itu tengah asyik berdebat merebutkan sesuatu yang bisa dilakukan secara kepala dingin, tetapi Syilla malah terlihat ngegas terus sedari tadi. "Aku tidak peduli, kau memang harus pertanggung jawab atas hidup dan mati Darrell, karena dia adalah darah dan dagingmu." "Memangnya kau pikir selama ini aku tidak cukup bertanggung jawab?" Tanya Darren dengan nada santai. Sementara Leon yang masih setia berdiri disamping Tuannya malah menatap Bos freezernya itu jengah, pasalnya saat di Los Angeles semalam Darren tampak acuh tak acuh seolah enggan berbicara sama sekali dan pagi ini malah bersikap aneh saat berdebat dengan wanitanya pula. Leon sempat berpikir, apakah pria yang sedang duduk begitu tenang it
Lelaki berhati kejam bak iblis berwajah malaikat itu beranjak dari duduknya, melangkahkan kaki jenjangnya mendekati Syilla dengan tatapan tak teralihkan menatap wajah damai itu. "Minggir." "Jangan sakiti istrimu lagi, Bos." Kata Leon parau, bagaimanapun juga Leon begitu menyayangi Syilla seperti adiknya sendiri. "Hm." Darren langsung membopong tubuh mungil wanitanya ala bridal style, membawanya keluar paviliun dan mendudukkannya dikursi penumpang sebelah kursi kemudi. Darren menatap kagum wajah cantik itu dengan senyuman manis yang hampir tak pernah ia tunjukkan, tangan besarnya mengusap lembut pipi cubby jejak air mata kemarin sore, karena ulah kelompok Mara Salvatrucha yang mengambil putra mereka secara paksa. "Cantik, aku tidak menyangka bisa membuat wanita tak berdosa ini mengikuti jejak kekejamanku. Bahkan karena ketakutan ku mengenai takdirnya, aku harus memaksanya melakukan dosa besar di usia dini hingga terlahirnya putra kesayanganku.
Itu bukan Leon tapi pemuda berparas tampan khas negeri Paman Sam, tangan kiri King Frederich yang bertugas mengawasi pergerakan para musuh yang berpenghianat atau berani bermain didalam kawasan kekuasaan King Frederich. Tiger Leecov. "Shutt!!" Umpatnya kesal, dengan lembut lelaki itu mengecup kepala Syilla dan langsung melirik sinis bayangan dibalik kaca mobilnya. Cepat-cepat Darren mengusap bekas air matanya dan langsung keluar dari mobil sport mewah yang didesign serba mewah. Jangan lupa mobil itu adalah kendaraan kesayangan King Frederich yang dirancang khusus anti peluru dan serba hitam bahkan mobil jenis itu hanya ada satu di dunia. "Bos--" Darren hanya menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya; 'Ada apa?' Seakan mengerti apa yang enggan di ucapkan Bos sensitifnya itu, pemuda itu langsung menjawab tanpa pertanyaan. "Maaf, Bos. Mrs. Elbarak terus memaksa Mr. Huang Fu untuk memberitahu keberadaan Miss Syilla saat ini." Darre
Keempat orang dewasa itu hanya mengangguk tanpa bantahan, keempatnya langsung bergerak melangkahkan kaki memasuki paviliun mewah dengan tenang tanpa menaruh rasa curiga apapun. Karena, pada dasarnya paviliun milik King Frederich tak menunjukkan jika tempat itu area pertumpahan darah seperti kompleks perumahan Jln. Elizabeth. 'Hm, Darren benar-benar pria misterius, dia anak kandungku tapi sikapnya berbanding balik denganku. Mungkinkah karena selama dua puluh tahun hidup ditengah-tengah Keluarga Elbarak sehingga dia menjadi pribadi yang unik.' Kun berguman kecil dan sedikit melirik takjub isi Paviliun putranya. Aroma khas mawar dan cengkeh menjadi hal pertama tercium ketika memasuki ruang tamu. Bahkan, bisa Kun prediksi jika aroma itu masih baru ada pemiliknya tak lama sebelum mereka berempat sampai. Sesuai dengan tebakannya, Kun merasa sebelum ia datang sepertinya Darren baru saja duduk disofa kulit harimau ketenangan. "Awas, ada pecahan kaca dilantai.
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d