Sementara, dalam perjalanan pulang, Mita mencoba berulang kali untuk menghidupkan motornya namun tidak berhasil.
“Kenapa kamu mogok sekarang? Mana jalanan sepi lagi,” gumam Mita melihat tidak ada kendaraan yang melintas.
“Mana ponsel gue mati lagi! Bengkel masih jauh,” Ucap Mita pasrah terduduk di tanah, sudah pasrah melihat motornya tidak bisa menyala sejak tadi.
Mita menepikan motor nya, dan mulai berjalan pulang menuju rumah.“Baik-baik Lo disini yah!” Melambaikan tangan nya kepada motor kesayangannya. Kalau ada orang melihat, mungkin Mita di anggap kurang waras karena berbicara dengan motornya.
Mita berjalan tanpa menengok kanan dan kiri, karena jalan menuju rumah nya memang sepi. Dari kejauhan terlihat lampu sorot mobil yang menerangi nya lalu membunyikan klakson namun dirinya tidak menghiraukan dan terus saja berjalan.Tin.. Tin.. Tin. Mita hanya berdecap kesal, karena dirinya sudah berjalan di tepi jala
Andrew menatap wajah Cindy merasa kasihan, ia duduk di samping Cindy terbaring. Cindy mulai membuka perlahan kelopak matanya.“Aku dimana?” lirih Cindy.“Kamu ada di rumah sakit! Aku menemukan mu tergeletak di lantai,” sahut Andrew.“Bayiku... dimana bayiku?” Cindy panik sambil meraba perut nya yang rata.“Tenang dulu..!” Andrew langsung memeluk Cindy.“Kamu harus tenang dulu,” Ucap Andrew mengelus kepala Cindy.“Bayi mu tidak bisa di selamat kan, dan terpaksa Dokter harus mengeluarkan nya,” ucap Andrew. Mendengar bayi nya meninggal, Cindy menangis histeris sehingga beberapa perawat berlari masuk ke dalam menenangkan nya, hingga menyuntikkan nya dengan obat tidur.“Bapak mohon tunggu di luar dulu, biarkan kami menangani istri anda,” Ucap salah satu perawat.“Ta—tapi..!” perawat membawa Andrew keluar lalu menutup pintu rua
Setelah menunggu antrean akhirnya tiba giliran ibu nya Mita di panggil.“Nak, kamu diluar aja, biar ibu yang masuk,” ucap ibu nya dan berlalu pergi.“Iya mah,” Sahut Mita lalu duduk kembali.“Siapa wanita itu? Baru saja semalam dia mengatakan perasaannya, dan sekarang sudah menggandeng wanita lain,” batin Mita kesal. Ia melihat Andrew yang menggandeng wanita tersebut dengan mesra.“Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi dimana?”“Apakah wanita ini yang berada di restoran bersama nya waktu itu, kalau benar mereka pasangan kekasih, kenapa kak Andrew...!” ucapan Mita menggantung.“Ah sudah lah, kenapa aku harus memikirkan dia? Tapi....,kenapa hati ku sakit melihat mereka?” batin Mita. Mita masih terhanyut dalam pikirannya, hingga tidak melihat ibu nya sudah keluar ruangan pemeriksaan sejak tadi dan memperhatikan dirinya yang sedang melamun.&ldquo
“Apa kamu mengenali wanita itu?” tambah Nayla. Mita kembali menggelengkan kepalanya.“Tapi sepertinya wanita yang sama dengan wanita yang pernah gue lihat di restoran waktu itu,” Sahut Mita.“Belum tentu itu kekasih nya Andrew, bisa saja rekan kerja.”“Saran gue, kejar cinta lu sebelum jatuh ke pelukan orang lain, tapi...,”“Tapi apa?” tanya Mita penasaran.“Tapi kalau lu gak punya perasaan, ya sudah gak apa-apa abaikan saja.” Mendengar perkataan Nayla, hati nya seperti tertusuk duri.“Lu kenapa? Kenapa wajah mu terlihat murung?” tanya Nayla. Mita hanya menggelengkan kepalanya.“Lu cemburu?”“Gue gak cemburu!”“Masa..!”“Kenapa wajah mu begitu kesal melihat Andrew bersama wanita lain bergandengan tangan?”“It—itu..,” Mita terlihat gugup
Nayla sudah pandai membalas ciuman suaminya, hingga tangan Indra masuk ke dalam baju nya lalu meremas benda kenyal tersebut secara bergantian. Nayla merasakan benda pusaka milik suaminya telah bangkit, Nayla berusaha melepaskan bibir mereka yang menyatu.“Sayang, nanti kita lanjut di rumah lagi yah,” bujuk Nayla. Indra mengangguk sambil menetralkan hingga nafasnya naik turun.“Aku akan habisi kamu nanti malam tanpa ampun,” bisik Indra. Nayla hanya tersenyum mendengar ancaman suaminya, lalu berdiri kembali membuka lemari nya dan mengambil beberapa foto yang tertinggal di laci nya.“Ayo mas!”Indra beranjak mengikuti belakang Nayla keluar dari kamar.“Kak aku sudah selesai.”“Mas aku mau berpamitan dulu sama tetangga?”Indra hanya mengangguk tanda setuju, Indra merasakan getar ponsel dari dalam saku nya.Ia mengerutkan kan kening nya melihat pesan tersebut, sebuah
“Akhirnya pengantin baru keluar kamar juga,” goda pak Wibowo.Mendengar hal itu Nayla tersenyum malu, lalu duduk bersama di meja makan.“Siapa yang masak ini semua? Terlihat sangat enak!”“Ini semua yang masak menantu mama!” puji Bu Anita.“Ayo kita makan, Papa sudah tidak sabar kelihatannya semua makanan sangat enak,” antusias pak Wibowo.Nayla mengambil satu persatu lauk untuk suaminya dan begitu Bu Anita, hanya Ikbal yang terlebih dahulu makan karena akan berangkat kuliah.***Sementara Mita masih berguling di kasur setelah melakukan Shalat magrib. Dirinya masih memikirkan perkataan Nayla siang tadi.“Apa iya aku memang jatuh cinta padanya?”“Tapi kenapa dia tidak menghiraukan ku di rumah sakit tadi?”“Arrghhh...,” teriak Mita sambil mengacak rambutnya.Tok..tok suara ketukan pintu kamar.“Nak
Di perjalanan pulang, Indra melihat mobil yang mengikuti nya.“Kang, apa ini mobil yang sama, yang mengikuti kalian tadi siang?”Sang sopir memperhatikan plat mobil tersebut.“Sepertinya bukan tuan!”“Siapa mereka? Apakah ini ada hubungan nya dengan Bella?”“Kita harus lebih waspada!!”“Iya tuan.”Indra kembali memperhatikan mobil yang terus mengikuti mereka.Berbeda dengan Andrew yang masih cemas, Mita tidak membalas pesan nya.Ia kembali melaju mobilnya, namun di tengah perjalanan ia melihat mobil Indra melintas berlawanan arah.“Indra!! siapa mobil di belakang itu? Kenapa mengikuti mobilnya?” pikir Andrew. Ia memutar balik mobilnya dan mengejar mobil Indra, Andrew terus menerus membunyikan klakson hingga mobil yang mengikuti Indra melajukan mobilnya mendahului Indra.“Andrew, tolong hentikan mobil nya sebentar!”
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun Mita masih belum bisa memejamkan matanya.Ada rasa bersalah dalam dirinya kepada Andrew, apalagi Andrew terus saja menghubungi nya dan mengirim pesan kepada nya ia membaca ulang pesan tersebut. Dalam pesan tersebut, Andrew menjelaskan semua kepada hubungan nya dengan Cindy, tanpa sadar air matanya menetes karena merasa bersalah dan ponsel nya kembali berdering.“Halo..., Mita!”“Halo, halo!” panggil Andrew berulang kali namun tidak ada suara Mita menjawab.“Baiklah, kalau kamu tidak mau bicara! Aku akan menutup teleponnya,” ucap Indra.“Maaf,” lirih Mita.“Huh, syukur lah kamu masih bersuara!” Andrew menarik nafas lega.“Maafkan aku, seharusnya aku tidak berlebihan! Dan aku sadar bahwa aku bukan siapa- siapa kamu!” ucap Mita dengan mata yang mulai berkaca-kaca.“Mita, dengarkan aku baik-baik!”
Mita mengerutkan keningnya, mencerna ucapan Andrew. Mita mengulum senyumnya mendengar candaan Andrew.“Oh ya, aku ada meeting pagi ini! Kamu ikut aku ke kantor ku, setelah selesai meeting kita akan pergi.”“Hah? Tidak mau! Biarkan aku bekerja kak hari ini, please!!” ucap Mita memohon dengan menangkap kedua tangannya.Melihat Mita memohon, sehingga membuat Andrew tidak tega, ada sedikit gurat kekecewaan dari wajah Andrew dan menarik nafas lalu membuangnya kasar.“Sudah tiba, silahkan turun!! Kamu mau kerjakan?” Mita melongo mendengar perkataan Andrew yang berbicara tanpa melihat dirinya.“Kakak marah?”“Tidak!” singkat Andrew.“Aku sudah terlambat, kamu mau bekerja atau ikut aku?”“Aku janji, setelah pulang bekerja aku akan menemui kakak!” antusias Mita.Andrew hanya mengangguk tanpa melihat Mita, Mita keluar dan berlalu pergi. Begitu pu
Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra
Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua
Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka
Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I
Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba
Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra
Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere
“Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup
Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.