“Aww... ! sakit !.” Ucap Nayla mendorong Pelan tubuh Indra, karena Indra memakai sepatu sebab itu tidak merasakan kalau sedang menginjak kaki Nayla.
“Kenapa..?” Tanya Indra melihat Nayla mendorong tubuhnya dan melihat Nayla seperti sedang menahan sakit.
“Kamu sengaja ya ? menginjak kakiku..” Celetuk Nayla melihat wajah Indra seperti tidak bersalah, Mendengar perkataan Nayla Indra langsung melihat kaki Nayla terlihat memerah dan sedikit kotor.
“Maaf ! Aku tidak sengaja, aku benar tidak melihat kakimu..! Apakah ini terasa sakit..?” Ucap Indra khawatir dan merasa bersalah ia berjongkok untuk mengusap kaki Nayla sedikit memerah. Melihat Indra berjongkok di depannya ia menjadi tidak nyaman.
“Indra cepat berdiri jangan seperti ini, aku baik baik saja.” Ucap Nayla. Ia mengambil tangan Indra untuk berdiri, laku Indra menutup bagasinya dan mereka masuk ke dalam mobil.
“Apakah masih terasa sak
“Iya aku bersedia, tapi aku ingin kita menikah dengan sederhana saja.” Ucap Nayla. Indra mendengar Nayla bersedia menikah dengan nya ia tersenyum lalu hendak mencium kening Nayla namun Nayla menghindar.“Jangan seperti ini, nanti ada yang melihat pintu rumah terbuka lebar. Nanti saja kamu boleh sepuas nya menciumku kalau kita sudah halal.” Ucap Nayla dengan malu-malu. Mendengar perkataan Nayla, Indra mengacak rambut Nayla dengan tersenyum bangga kepada calon istrinya.“Baik lah sayang.” Ucap Indra, ia kembali membenarkan posisi duduknya.“Aku boleh minta tolong sama kamu yang.” Ucap Indra, tanpa melihat Nayla.“Tolong apa..?” Tanya Nayla penasaran.“Aku minta tolong kamu berhenti bekerja di perusahaan papa, disana ada wanita ular itu. Aku tidak mau terjadi apa apa padamu.” Ucap Indra enggan menyebut namanya.“Wanita ular..?” Ucap Nayla bingung. Ia belum menge
Sebelum ia melangkah keluar, ia melihat dekat kasur ada helm berwarna hitam.“helm siapa..?” Tanya Nayla bingung, sebab dirinya dan Indra tidak membawa helm waktu pindah rumah.“Itu punya ku !” sahut Indra, ia mengambil helm tersebut dan membawanya keluar kamar. Ia terburu buru masuk ke kamar saat mendengar Nayla menangis di dalam kamar hingga membuat dirinya lupa melepaskan helm di kepalanya. Nayla mengikuti belakang Indra ke luar kamar.“Kamu menjual mobilmu..?” tanya Nayla penasaran.“Iya, aku menjual mobilku dan aku membeli motor bekas.” Sahut indra meletakkan helm di damping kursi. Nayla mengangguk mengerti semua itu keputusan Indra.“Apa kamu mau melihat motornya..?” Tanya Indra.“Nanti saja ! aku mau mencuci muka ku terlebih dahulu.!” Sahut Nayla, ia berbalik menuju kamar mandi. Indra duduk di kursi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Jadi kapan lu akan membuka usaha..?” Tanya Andrew.“Nanti setelah gua nikah dengan Nayla, sekarang gua fokus mengurus surat pernikahan dulu, karena cukup lama untuk mengurus surat tersebut.” Ucap Indra.“Memang nya lu mau nikah dimana ? apa mau gue sewakan gedung untuk lu sebagai hadiah dari gue.” Ucap Andrew menawarkan ia tahu saat ini keuangan sahabat nya itu walaupun Indra tidak memberitahunya.“Gue nikah di kua saja, dan mengadakan syukuran di rumah Nayla. Lu jangan lupa datang, nanti gue kasih tahu tanggalnya. Terima kasih banyak tawaran lu bro.” Ucap Indra.“Beres itu, baiklah ! kalau lu butuh bantuan lu kasih tahu gua jangan sungkan, lu sudah gua anggap seperti saudara gue sendiri walaupun kadang menyebalkan .” Ucap Andrew menggandeng bahu Indra.“Sialan lu.. ! tapi terima kasih banyak bro, kalau gua butuh bantuan pasti gua hubungi lu.” Sahut Indra.“Oh iya
“lalu kamu mau aku memanggil mu apa..?” Tanya Nayla.“Terserah kamu ! senyaman nya kamu panggil apa.!” Sahut Indra.“Baiklah, nanti aku pikirkan.” Ucap Nayla sambil tersenyum simpul.“Baru mau berpikir..?” Celetuk Indra.“Iya...Iya sayang..” Sahut Nayla tersenyum malu.“Nah begitu kan manis.” Goda Indra, melihat Nayla dari kaca spionnya.“Tadi kamu mau tanya apa..?” Tanya Indra.“Tidak jadi..!” sahut Nayla.“Kenapa..? jangan ada yang kamu sembunyikan, sebentar lagi kita menikah ! Aku tidak mau masih ada rahasia di antara kita.” Ucap Indra.“Tidak ada yang aku sembunyikan ! tadi aku hanya ingin bertanya, kamu nanti mau buka usaha apa.?” Tanya Nayla.“Belum tahu ! rencana mau buka warung mie ayam, tapi aku masih memikirkannya, untuk sekarang aku hanya fokus bekerja di tempat Andre
“Kamu hati hati di jalan !.” Ucap Nayla. “Iya kak, nanti Ikbal main ke rumah kakak.” Ucap Ikbal. “Baiklah ! Kalian hati hati di rumah.” Indra beranjak lalu memakai helmnya, Nayla dan Ikbal melihat kepergian Indra. Setelah Indra tak terlihat mereka berdua masuk, Nayla langsung menuju kamar mandi ingin membersihkan badannya.Sementara di kantor, Setelah pak Toni tak terlihat, Bella langsung membuang berkas yang pak Toni berikan kepadanya. “Kamu pikir aku tidak tahu otak licikmu tua Bangka..!” Ucap Bella dengan tersenyum licik setelah merobek dan membuang berkas tersebut , ia berjalan menuju lift hendak menuju ke ruangan nya. “Ibu Bella, di tunggu pak Wibowo di ruangan nya.” Ucap Malika, ia melihat baru datang menuju ruangannya. Bella mengangguk lalu menuju ruangan pak Wibowo. Tok..tok..tok. Bella mengetuk ruangan pak Wibowo, lalu membuka nya. “Siang om..! kata Malika om mencari saya..?” Tanya Bella. Bella langsung masuk dan
Bella mengikuti dari belakang lalu berhenti dari kejauhan setelah melihat Indra berbelok ke dalam gang yang sempit. Dirinya masih di dalam mobil tidak lama terlihat motor Indra keluar dari gang tersebut namun hanya dirinya sendiri tanpa membonceng Nayla.“Jadi disini rumah perempuan itu.” Gumam Bella, ia melihat Indra sudah tidak terlihat lagi lalu membuka pintu mobil nya dan berjalan menuju rumah Nayla. Namun di saat di depan rumah Nayla tampak Bella seperti kebingungan.“Yang mana rumah perempuan itu?” Gumam Bella, seperti kebingungan namun ia berjalan ke salah satu rumah paling ujung lalu mengetuk pintu tersebut.Tok..tok.. tak lama pintu tersebut terbuka tampak pria setengah baya keluar.“Iya, cari siapa yah?” Tanya pria tersebut.“Saya mau mencari Nayla!” Sahut Bella, dirinya mengetahui nama Nayla dari pak Doni.“Oh, rumah Nayla yang ini Bu!” Sahut pria tersebut menunjuk rumah
“Apa dia tidak salah kirim alamat.?” Gumam Bella berdecap kesal, melihat sekeliling, ia keluar dari mobil dan menghubungi seseorang.Tut..Tut..tut.“Halo ! aku sudah tiba di alamat yang kamu kirim, aku hanya menemukan bekas gudang yang sudah tidak terawat dan sangat sepi tidak ada seorang pun daerah sini.” Ucap Bella.“Kamu sudah di alamat yang benar ! tunggu saja anak buahku akan menjemputmu.” Sahutnya, lalu menutup teleponnya. Bella kembali masuk ke dalam mobil, tak lama ada seorang yang mengetok kaca mobilnya. Bella menurunkan sedikit kaca mobilnya.“Saya anak buahnya bos Burhan, saya di tugaskan menjemput anda.” Ucap nya, Bella mengangguk lalu mengambil tasnya. Ia mengikuti pria tersebut ia masuk melalui samping gedung yang sudah terawat tersebut, disana ada sebuah pintu untuk masuk ke dalam gedung. Bella merinding dan memegang tekuk lehernya, di tambah Suasana di malam hari hingga membuat Bella semakin me
Kini Bella sudah tiba di gudang kosong lalu mengikat Bu Anita di kursi bersama satu teman pria yang membantu nya.“Beres!” Ucap Bella membersih kan telapak tangan sambil tersenyum licik.“Itu lah akibat Kamu berani bermain dengan ku perempuan Tua!!” Geram Bella dengan tawa yang memenuhi gudang tersebut.“Siapa dia ?” Tanya seorang pria yang membantu nya membawa Bu Anita masuk ke dalam gudang.“Tak perlu banyak bertanya! Kau awasi saja dia.” Sahut Bella dengan angkuh, pria tersebut hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Bella.Bella mengambil ponsel nya, lalu memotret Bu Anita dalam keadaan terikat dan terkulai lemas tidak sadarkan diri. Lalu mengirim nya ke seseorang, dengan tersenyum licik nya.“Hahaha!! Sekali tepuk tiga sekaligus nyamuk mati!!” Ucap Bella tertawa puas.Sementara Indra baru saja menyelesaikan makan malamnya, lalu membuka ponsel nya melihat pesan mama
Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra
Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua
Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka
Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I
Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba
Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra
Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere
“Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup
Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.