“Kabar duka apa pah..?” Tanya istrinya sambil membantu melepaskan jasnya.
“Calon besan kita, atau ayahnya kekasih anak kita meninggal waktu dalam perjalanan pulang kampung.” Ucap papahnya.
“Kasihan sekali mereka pah, anak kita sekarang berada di mana pah.? Apa mama boleh ke sana besok pah, sekaligus bertemu dengan calon menantu kita.” Tanya istrinya.
“Boleh, tapi mama harus berhati hati. Kita sekarang masih bersandiwara untuk mengungkap kebusukan mereka.” Sahut suami, lalu mencium pipi istrinya dan langsung masuk ke kamar.
“Dasar papah, sudah tua masih seperti anak muda saja.!” Gumam istrinya sambil tersenyum simpul. Lalu ia keluar kamar menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Lain halnya dengan Bella, ia menerima pesan dari ponselnya untuk segera menemui nya di kamar hotel tempat biasa. Bella sangat mengenal pesan tersebut, tidak lama panggilan masuk di ponselnya. Sebelum diri
Lalu ia juga tidur di samping Bella dengan memeluk Bella, mereka tidur sambil berpelukan satu sama lain sebelum itu Tono mengecup kening Bella lalu kembali menutup matanya mereka tidur pulas akibat kelelahan akibat pertempuran panas mereka. Sementara di rumah pak Wibowo ia tersenyum puas melihat anak buahnya melaporkan bahwa Bella sekarang berada di salah satu hotel sedang bersama pria dan dirinya juga sudah mengetahui siapa pria tersebut.“Ada apa pah..? kenapa tersenyum sendiri...?” Tanya istrinya yang baru saja masuk ke kamar sambil membawa air putih dan juga teh hijau untuk suaminya. Ia melihat suaminya duduk di kasur sambil tersenyum melihat ponselnya.“Terima kasih mah.!” Ucap suaminya menerima teh hijau buatan istrinya.“Aku mendapatkan kabar baik mah.” Ucap nya setelah meminum sedikit teh hijau buatan istrinya, lalu ia meletakkan nya di meja samping kasur. Ia menarik istrinya untuk duduk di pangkuannya lalu istrinya me
Bella membuka matanya perlahan, ia melihat dirinya tidur tanpa memakai sehelai kain hanya selimut tebal yang menutup tubuhnya. Ia melihat ke samping dirinya tidur sambil memeluk pak Toni. Ia melirik jam dinding menunjukkan jam tiga dini hari. Karena merasa ada pergerakan Toni membuka kelopak mata.“Kamu mau ke mana..?” Tanya pak Toni melihat Bella duduk.“Aku mau pulang..! ibu ku pasti menungguku..!” Sahut Bella.“Ini sudah jam 3 pagi, nanti saja pulang aku akan mengantarmu pulang. Aku mau melanjutkannya lagi.” Ucap Toni kembali merebahkan tubuh Nayla, kali ini dia yang bermain. Bella ingin menolak karena tubuhnya sangat lelah, namun pak Toni terlebih dahulu menutup mulut Bella dengan bibirnya. Hingga membuat Bella ikut terhanyut dengan permainan pak Toni, kini mereka kembali melakukannya hingga dua jam. Bella kembali tertidur, dirinya terbangun ketika sudah jam tujuh pagi. Bella melihat sekelilingnya ia tidak menemukan pak To
Mendengar ocehan adiknya ia hanya tersenyum. Setelah selesai sarapan Nayla mendengar ponselnya berdering di kamar, ia bergegas ke kamar ingin melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini. Ia melihat panggilan video masuk tertera nama Indra di layar ponselnya.“Halo selamat pagi sayang.” Ucap Indra di layar ponselnya.“Pagi juga kamu lagi dimana..? apakah sudah berangkat ke Bandung.?” Tanya Nayla.“Aku tidak jadi pergi ke Bandung, aku akan bekerja disini dan aku juga sudah mendapat kontrakan nanti sore aku akan pindah ke sana..!” Ucap Indra.“Bekerja disini..? bukan nya kamu akan bekerja di Bandung..!” Ucap Nayla penasaran.“Iya sayang, aku sudah menemukan pekerjaan disini. Dan tidak jadi pergi ke sana karena aku tidak sanggup berpisah jauh darimu.” Gombal Indra.“Iya baiklah, apakah di tempat baru mu tinggal sudah mempunyai peralatan dapur lain dan sebagainya..?” Tanya N
“Iya Tante, terima kasih banyak Tante sudah berkenan datang ke rumah saya.” Ucap Nayla. Saat ini Nayla di Landa kebingungan, mamanya Indra seperti sudah mengetahui banyak tentang dirinya. “jangan panggil saya Tante nak, lebih bagus kalau kamu panggil mama saja sama seperti Indra.” Ucapnya mengambil teh nya dan meminumnya kembali. “Iya ma_ah.” Ucap Nayla canggung. “mulai sekarang kamu adalah anak saya juga. Apakah Indra sudah menghubungimu.?” Tanya mamanya Indra, Nayla mengangguk. “Apa mama mau berbicara dengannya ?” Ucapnya ia tahu hubungan Indra dan orang tuanya sedang tidak baik-baik saja, Nayla melihat mata sang ibu yang sangat merindukan anaknya. “Tidak nak..! Indra pasti sekarang masih sangat marah sama Mama dan Papa. Mama tidak bisa menceritakannya kepadamu, tapi yang jelas Mama dan Papa tidak pernah melupakannya apalagi tidak menganggapnya anak. Semua itu ada alasannya nak, suatu saat nanti mama akan memberitahu mu tapi tidak untuk seka
“Malika..! saya ada urusan sebentar, kalau pak Wibowo menanyakan saya kamu bilang saya keluar sebentar.” Ucapnya kepada asistennya. Malika mengangguk mengerti.“Baik Bu, pak Wibowo sedang ada pertemuan sekaligus makan siang bersama kliennya di restoran xx Bu.” Ucap Malika.“Oke baiklah aku akan pergi sebentar.” Pamit Bella langsung pergi menuju lift.“Kenapa dia tidak mengajakku, apa pak tua Bangka ini sengaja atau jangan jangan dia sudah mengetahui rencana ku, aku harus segera bertindak.” Batin Bella lalu menekan tombol lift. Melihat kepergian Bella, Malika langsung mengirim pesan kepada pak Wibowo melaporkan bahwa Bella keluar, Pak Wibowo langsung memerintahkan anak buahnya agar mengikuti Bella, tanpa sepengetahuan Bella.Bella berjalan menuju parkiran mobilnya, belum sempat masuk ke mobil seseorang membunyikan klakson mobil. Ia melihat kearah mobil tersebut dan melihat pak Toni di dalam yang telah menurun
“Kenapa pintu nya tidak bisa di buka?” Gumam Bella, lalu berbalik badan melihat pak Toni.“Kenapa terburu buru ? mari kita bersenang senang dulu.” Ucap pak Toni.“Aku bilang aku akan kembali ke kantor, kalau masih saja memaksaku aku akan...!” bernada tinggi, dengan ucapan nya menggantung.“Akan apa..?” Tanya pak Toni penasaran.“Aku akan berteriak..!” Ancam Bella.“Silahkan kamu berteriak sekeras mungkin. Asal kamu tahu kamar ini kedap suara, hahaha..!” Ucap pak Toni tertawa puas memenuhi kamar. Bella menatap nya dengan sinis.“Kenapa kau menatap ku seperti itu, berteriak saja aku mau mendengar mu berteriak.” Ucap pak Toni lagi. Ia berdiri menarik paksa tangan Bella dan mendorong nya ke atas kasur.“Kamu lupa perjanjian kita..? jangan berani menolak ku, atau kamu akan menerima akibatnya.” Ancam pak Toni yang mulai geram dengan sikap Bella.
“Aww... ! sakit !.” Ucap Nayla mendorong Pelan tubuh Indra, karena Indra memakai sepatu sebab itu tidak merasakan kalau sedang menginjak kaki Nayla.“Kenapa..?” Tanya Indra melihat Nayla mendorong tubuhnya dan melihat Nayla seperti sedang menahan sakit.“Kamu sengaja ya ? menginjak kakiku..” Celetuk Nayla melihat wajah Indra seperti tidak bersalah, Mendengar perkataan Nayla Indra langsung melihat kaki Nayla terlihat memerah dan sedikit kotor.“Maaf ! Aku tidak sengaja, aku benar tidak melihat kakimu..! Apakah ini terasa sakit..?” Ucap Indra khawatir dan merasa bersalah ia berjongkok untuk mengusap kaki Nayla sedikit memerah. Melihat Indra berjongkok di depannya ia menjadi tidak nyaman.“Indra cepat berdiri jangan seperti ini, aku baik baik saja.” Ucap Nayla. Ia mengambil tangan Indra untuk berdiri, laku Indra menutup bagasinya dan mereka masuk ke dalam mobil.“Apakah masih terasa sak
“Iya aku bersedia, tapi aku ingin kita menikah dengan sederhana saja.” Ucap Nayla. Indra mendengar Nayla bersedia menikah dengan nya ia tersenyum lalu hendak mencium kening Nayla namun Nayla menghindar.“Jangan seperti ini, nanti ada yang melihat pintu rumah terbuka lebar. Nanti saja kamu boleh sepuas nya menciumku kalau kita sudah halal.” Ucap Nayla dengan malu-malu. Mendengar perkataan Nayla, Indra mengacak rambut Nayla dengan tersenyum bangga kepada calon istrinya.“Baik lah sayang.” Ucap Indra, ia kembali membenarkan posisi duduknya.“Aku boleh minta tolong sama kamu yang.” Ucap Indra, tanpa melihat Nayla.“Tolong apa..?” Tanya Nayla penasaran.“Aku minta tolong kamu berhenti bekerja di perusahaan papa, disana ada wanita ular itu. Aku tidak mau terjadi apa apa padamu.” Ucap Indra enggan menyebut namanya.“Wanita ular..?” Ucap Nayla bingung. Ia belum menge
Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra
Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua
Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka
Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I
Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba
Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra
Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere
“Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup
Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.