"Ibu Nayla?" tanya driver ojek.
"Iya pak !" jawab Nayla.Dari tempat kerja ke rumah Nayla memakan waktu kurang lebih 20 menit.Setelah sampai depan rumah, tidak lupa Nayla membayar ongkos ojek. Kemudian masuk ke dalam rumah."Assalamualaikum.”"Waalaikumsalam.” Sahut dari dalam"Ayah sudah makan?" tanya Naylasetelah cium tangan ayah, dan langsung duduk di samping ayah nya.
"tumben Kaka pulang terlambat ?" Tanya ayah. Tapi tidak ada jawaban dari Nayla. Saat ayah menoleh ke samping ia melihat anak melamun."nak.." panggil ayah sambil menepuk pelan bahu anaknya. Seketika Nayla langsung tersadar."Hah ! eh iya ayah, ayah bicara apa tadi ?""Kamu memikirkan apa nak ? Kaka ada masalah ? dari tadi ayah perhatikan sedang memikirkan sesuatu." Tanya ayah."Maaf kan ayah nak ! ayah telah banyak membebankan kamu nak ! ayah merasa telah gagal jadi orang tua " Ucap ayah merasa bersalah.Sekitar 1tahun kepergian ibunya. Ayahnya dinyatakan positif mengidap penyakit kangker limfoma, limfoma adalah penyakit yang menyerang organ tubuh seperti paru-paru atau usus. Harus segera di operasi, karena sudah menyerang paru parunya. Setelah operasi, setiap bulannya harus melakukan kemoterapi. Bahkan Nayla sering memberitahu ayah nya untuk berhenti menjadi sopir angkot, karena tidak tega melihat ayahnya. Tapi ayahnya tidak mau, karena menurut nya berdiam saja dirumah akan membuat dirinya tambah sakit."Ayah jangan bicara seperti itu ! ayah adalah, ayah terbaik untuk kakak. Ayah tidak pernah gagal jadi orang tua." Ujar Nayla sambil memeluk lengan ayahnya."Ayah jangan bicara seperti itu lagi ya !! ayah adalah tanggung jawab Kaka. Nayla tidak pernah merasa terbebani !" Ucap Nayla menahan air matanya.
"Tadi, waktu Kaka bersiap siap hendak pulang dipanggil pak doni, Kaka disuruh buatin kopi untuk bos Nayla, Soalnya asisten nya ijin pulang cepat !! kebetulan juga Kaka masih disana." Ujar Nayla menjelaskan kepada ayahnya, agar ayahnya tidak salah paham kepadanya."Iya ! maaf kan ayah ya nak..""Ayah ! ayah tidak boleh minta maaf lagi, dilarang keras ! hehe." Ujar Nayla sambil cengengesan."Kaka mau mandi dulu ya ! bau keringat." Ujar Nayla melepaskan kan pelukan di lengan ayah nya."Iya nak." Sahut ayah. Kemudian ia berdiri menuju ke arah kamar.Setelah sampai depan pintu kamar."Assalamualaikum." terdengar seseorang mengucapkan salam dari luar rumah."Waalaikumsalam." Sahut Nayla dan ayah nya bersamaan."Baru pulang de ? tumben pulang cepat dek ?""Iya kak ! hari ini Cafe nya tutup cepat kak. Kata nya ada urusan mendadak, maka dari itu semua karyawan di suruh pulang cepat semua." Jawab Ikbal sambil mencium tangan kepada ayahnya."Oh !" Ucap Nayla.Nayla meletakkan tas nya di meja. Ia mengambil ponsel nya dari dalam tas, ingin melihat apakah ada pesan masuk."Astaga, baterai nya hampir habis ! ada pesan kak Doni masuk " gumam Nayla.Saat ingin membuka pesan nya, tiba-tiba pons nya mati."Ya ampun ! kenapa aku bisa lupa membawa charger ponsel ku. Sebaiknya aku mandi saja dulu sambil menunggu baterai nya terisi." Ujar Nayla berbicara sendiri.Kemudian Nayla bergegas menuju kamar mandi. Hanya butuh dua puluh menit untuk mandi. Seperti biasa rutinitas Nayla memasak makan malam untuk mereka bertiga, semenjak ibu nya meninggal ia lah yang menggantikan untuk mengurus rumah."Dek ! sebelum berangkat kuliah, makan dulu Kaka sudah masak !!" Ujar Nayla di depan pintu kamar yang masih tertutup."Iya kak ! baru selesai Shalat magrib kak, ini lagi siap-siap." Sahut Indra dari dalam kamar.Nayla kembali ke kamar untuk melakukan Shalat magrib, sebelum nya ia sudah mengambil air wudhu.Setelah selesai melakukan ibadah Shalat magrib, ia mengambil ponsel nya untuk membaca pesan dari Doni.(isi pesan)"Nayla apakah kamu sudah sampai rumah ??""Tadi anak nya pak bos atau si CEO baru bertanya tentang kamu.""Apakah kalian pernah saling kenal sebelum nya ?""Iya kak ! alhamdulillah saya sampai dengan selamat. Saya belum pernah kenal sebelumnya pak !"Setelah membalas pesan, Nayla keluar untuk makan malam."Ayah sudah makan ?" Tanya Nayla melihat ayahnya sudah duduk di kursi."Belum nak ! ayah baru saja duduk !!adikmu baru saja pamit berangkat kuliah." Jawab ayahnya.Nayla nasi, lauk dan sayuran untuk ayahnya dan dirinya.
Tidak ada obrolan di meja makan hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling bersahutan.Ayahnya tidak membiasakan anak anaknya untuk berbicara saat makan.Setelah selesai makan dan memastikan ayahnya minum obat. Nayla kembali ke kamar dan begitu pun ayahnya."Selamat malam ayah !"" Selamat Malam juga nak.."Setelah menjalankan ibadah Shalat isya, Nayla naik ke tempat tidur, Nayla merebahkan tubuh nya hari ini cukup melelahkan bagi Nayla.Nayla perlahan lahan memejamkan matanya mulai masuk ke dunia mimpi.Dalam mimpi nya, ia melihat ada ular besar sedang melilit kursi di teras rumah, saat itu ia baru tiba di depan rumah. Ia berteriak keras ketakutan melihat ular itu. Ia berlari masuk ke dalam rumahnya untuk memanggil ayahnya."Ay--.." belum sempat memanggil ayahnya ia menabrak kaki meja.bruuaaakia terjatuh dengan posisi tengkurap."Arrghhhh ! aduh sakit." gumam Nayla. Ia bangun, ternyata Nayla terjatuh dari tempat tidur."Astagfirullah ! pertanda apa ini ? semoga saja pertanda baik !” Ucap Nayla sedikit khawatir. Ia melihat kearah jam sudah menunjukkan pukul lima."Kenapa jam nya cepat sekali berputar ?" gumam Nayla.Nayla berdiri dari tempat duduknya. Seperti biasa rutinitas Nayla setiap hari sama seperti hari-hari sebelumnya.Di pagi hari memasak sekaligus untuk makan siang ayahnya dan juga untuk bekal makan siangnya. Nayla jarang membeli makanan di luar."Assalamualaikum ayah" pamit untuk pergi bekerja. Nayla mencium punggung tangan ayahnya."Ayah hati-hati dirumah. Ayah tidak boleh bekerja hari ini, ayah istirahat yang cukup saja dirumah. Ayah baru saja pulih, ayah tidak boleh terlalu cape."Ucap Nayla dengan lembut."Waalaikumsalam ! Iya nak, Kaka juga hati-hati dijalan." Sahut ayahnya.
Nayla mengangguk." Iya ayah.." Ucap nya dengan nada lembut. Nayla bergegas keluar seperti biasa, abang ojol sudah menunggunya.
setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya Nayla tiba di depan tempat dimana ia bekerja."Terima kasih bang." Ucap Nayla kepada ojol.Nayla tidak menyadari ada yang melihat nya tidak suka berbicara dengan ojol.Nayla melihat jam yang melingkar ditangan nya."Astaga ! ternyata aku sudah terlambat. Sebaiknya aku lewat lift yang ada di lantai dasar saja, agar lebih cepat." Gumam Nayla bergegas kearah lift.Biasanya ia lewat melalui lantai satu.berhubung terlambat jadi terpaksa Nayla melalui lift di lantai dasar.Akibat terlalu terburu buru Nayla tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya.Tinngg...suara pintu lift terbuka.Belum sempat melangkah masuk, ada yang menarik pergelangan tangan nya dan membawa nya menuju ke mobil."hei, siapa kamu ? lepaskan ! berani sekali kamu !" bentak Nayla, sambil berusaha melepaskan tangannya."lepaskan ! aku akan berteriak sekencang mungkin, agar satpam datang untuk menghajar mu." Ancam Nayla geram.Bukan nya takut dengan ancaman Nayla, ia malah mengeratkan cengkera
"hhmm.." deham Indra ia malas mendengar Nayla menyebut namanya."Astaga !” Nayla menepuk jidat nya sendiri."Jadi, dia bilang ke kamu kalau aku ini tunangannya ?” tanya Nayla serius menatap Indra. Indra mengangguk."Lalu kamu percaya ?" Indra menggelengkan kepalanya."Lalu ?” lontar Nayla "Aku hanya ingin mendengarnya langsung darimu." Ujar Indra."Kalau pun itu benar aku sudah bertunangan, kenapa memangnya ? kamu tidak berhak melarang ku ! kita juga tidak ada hubungan apa-apa." seru Nayla"Apa katamu ? tidak ada hubungan, aku tidak pernah kata-kata mu dulu, sampai sekarang masih aku pegang. Tega kamu Nayla bicara seperti itu." Ucap Indra prustasi mengacak rambutnya sendiri."Aku disana belajar siang dan malam. menyelesaikan kuliah ku, aku juga sekaligus bekerja bersama paman untuk mempelajari semuanya. Agar aku bisa cepat kembali bertemu dengan mu. Tapi, kamu bilang kita tidak punya hubunga
Hiks..hiks..hiks..!! "Maaf kan aku ! hiks hiks hiks.." disela sela tangisannya.Indra tidak tega melihat pujaan hatinya menangis. Indra bangkit dari duduk nya dan berjalan ke tempat duduk Nayla. Ia duduk di samping Nayla.Indra mengambil tangan Nayla kemudian menariknya ke dalam pelukannya ia sangat ingin memeluk nya sedari tadi, tapi egonya terlalu besar ditambah mendengar Nayla sudah bertunangan.Tapi sekarang ia lega setelah mendengar penjelasan Nayla. "Maaf kan aku ! aku sudah tidak percaya kepadamu ! ucap Indra. Nayla mengangguk, tanpa sadar ia mencium pucuk kepala Nayla. "Aku juga minta maaf." ucap Nayla ..Tapi ia baru menyadari sesuatu. Bahwa ia sekarang ada di pelukan Indra.Nayla langsung melepaskan pelukan nya dan menggeser kan tubuhnya. Indra bingung melihat tingkah Nayla, tadi Nayla nyaman diperlukannya sekarang tiba-tiba terlihat panik. "Ada apa Nay ? tanya Indra bingung. "Kenapa aku t
"Iya terima kasih Malika! perkenalkan ini putra tunggal saya, dia yang akan menggantikan saya mulai hari ini, jadi kalau kamu mau minta tanda tangan langsung kepada anak saya saja." Ujar papanya"Salam kenal pak, dan selamat bergabung pak! Ucap Malika sambil mengulurkan tangannya."Iya terima kasih Bu Malika!" Ucap Indra membalas jabat tangan asisten nya."Saya permisi pak! Kalau pak Indra butuh bantuan saya, bisa langsung panggil saya ! saya siap membantu." Pamit Malika setelah mengambil berkas yang sudah tanda tangani oleh pak Wibowo.Cukup lama Indra mempelajari berkas-berkas bersama ayahnya di ruangan, sampai mereka tidak menyadari jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, Beruntung ibunya mengirim bekal makanan siang untuk mereka.tok..tok..tok. Terdengar suara ketokan pintu dari luar ruangan."Masuk!" sahut Indra, Ternyata asisten nya yang mengetok."Maaf pak, mengganggu! saya ijin pulang cepat pak, saya baru saja mendapat kabar bahwa ana
Indra tersenyum melihat pemikiran Nayla begitu dewasa dan juga sabar. "Nayla, aku berjanji !! untuk ke depannya aku akan membahagiakanmu, ayah dan juga Ikbal. Tidak ada lagi kesedihan ! boleh menangis kecuali menangis untuk kebahagiaan.” Ucap Indra. sambil menggenggam erat tangan Nayla, lalu mengusap pipi Nayla yang sedikit berisi, Nayla tersenyum simpul mendengar ucapan Indra lalu mengangguk pelan. “Terima kasih !” Ucap Nayla lagi dengan senyum manisnya. Sehingga membuat Indra begitu terpesona melihat senyuman Nayla, ingin sekali dirinya mencium bibir ranum Nayla namun di urungkan nya. "Sebentar Nay!" Ucap Indra melepaskan tangan Nayla dari genggaman nya dan hendak beranjak dari tempat duduknya. "Mau ke mana?" Tanya Nayla melihat Indra melepaskan tangannya. "Mau ke kamar mandi! apa kamu mau ikut bersamaku?" Tanya Indra sambil mengedipkan sebelah matanya, ingin menggoda Nayla. Dengan cepat Nayla menggelengkan kepalany
"Terserah kamu!! aku sedang tidak ingin berdebat lagi dengan mu." Celetuk Nayla, lalu memalingkan wajah nya melihat ke luar, sebab dirinya sudah malas berdebat lagi."Tikungan depan, belok sebelah kiri!” Ucap Nayla tanpa menoleh, ia sedikit kecewa kepada Indra karena tidak mempercayainya lagi. Indra baru menyadari perkataan nya tadi sehingga membuat Nayla sedih, Indra mengambil tangan Nayla dan menyatukan tangan mereka sambil menyetir dengan satu tangannya."Nayla, apa kamu sedang marah??" Tanya Indra, Nayla hanya diam ia sudah malas menjawab pertanyaan Indra, pasti ujung-ujung nya berdebat pikirnya."Maaf!! Sayang maafkan aku seharusnya aku tidak bicara seperti itu kepadamu!! entah mengapa kalau mendengar kamu menyebut namanya aku langsung emosi..!! Nayla percaya lah, aku tidak mau lagi kehilangan kamu lagi!" Ucap Indra ia merasa bersalah.“Nayla!! apakah kamu masih marah?" tanya Indra lagi, ia melihat Nayla hanya diam.
"Silahkan!” Ucap pak Toni dan beberapa karyawan lainnya."Ini pak Indra!" Ujar pak Toni lalu menyerahkan berkas kontrak kerja sama.“Silahkan dibaca dulu pak!” Ucap Toni lagi."Baik! saya akan baca dulu." sahut Indra"Berapa persen keuntungan yang saya dapat jika bergabung dengan perusahaan bapak?" Tanya Indra, setelah selesai membaca berkas yang di berikan oleh pak Toni tadi."Tiga puluh persen pak! karena perusahaan bapak punya pengaruh besar untuk perusahaan kami!" Ucap pak Toni."Baik! saya setuju!" Ucap Indra sambil mengambil pulpen dan tanda tangan.“Terima kasih banyak pak Indra! Sudah mau bekerja sama dengan perusahaan saya!” Ucap pak Toni, dengan senyum yang mengambang.“Sama-sama pak! Senang bisa bekerja sama dengan bapak!” Sahut Indra."Baik meeting hari ini sampai disini! terima kasih!" Ucap Indra, Semua orang berdiri dan memberi selamat kepada pak Toni Wijaya karena
“Siapa?” Tanya Indra penasaran, ia mengerutkan kening nya melihat wajah Andrew yang menahan amarahnya."Dia adalah Aldo!" geram Andrew, menyebut namanya."Apaa!!!" Teriak Indra persis ditelinga sahabatnya itu, ia begitu terkejut mendengar nama yang Andrew sebut, Refleks Andrew sedikit menjauh."Santai bro! jangan teriak di kuping gue juga kali!" Celetuk Andrew, sambil menutup sebelah telinga dengan tangannya."Sory! gue sengaja hahaha! Kenapa bisa dengan dia, gue merasa ada yang tidak beres!” Ucap Indra merasa curiga."Gue merasakan hal yang sama seperti lu!" Ucap Andrew.“Pasti ada yang tidak beres! Lu berhati hati mulai sekarang!" Ucap Indra mengingatkan sahabatnya, lalu mereka keluar lift dan memasuki mobil lalu melaju sambil mencari tempat makan."Kita mau Makan dimana sih? dari tadi perasaan muter-muter!" Tanya Andrew, ia bingung melihat Indra celingukan seperti sedang mencari sesuatu."
Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra
Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua
Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka
Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I
Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba
Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra
Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere
“Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup
Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.