"hhmm.." deham Indra ia malas mendengar Nayla menyebut namanya.
"Astaga !” Nayla menepuk jidat nya sendiri.
"Jadi, dia bilang ke kamu kalau aku ini tunangannya ?” tanya Nayla serius menatap Indra. Indra mengangguk.
"Lalu kamu percaya ?" Indra menggelengkan kepalanya.
"Lalu ?” lontar Nayla
"Aku hanya ingin mendengarnya langsung darimu." Ujar Indra.
"Kalau pun itu benar aku sudah bertunangan, kenapa memangnya ? kamu tidak berhak melarang ku ! kita juga tidak ada hubungan apa-apa." seru Nayla
"Apa katamu ? tidak ada hubungan, aku tidak pernah kata-kata mu dulu, sampai sekarang masih aku pegang. Tega kamu Nayla bicara seperti itu." Ucap Indra prustasi mengacak rambutnya sendiri.
"Aku disana belajar siang dan malam. menyelesaikan kuliah ku, aku juga sekaligus bekerja bersama paman untuk mempelajari semuanya. Agar aku bisa cepat kembali bertemu dengan mu. Tapi, kamu bilang kita tidak punya hubungan." Ucap Indra. Ia tidak mau menatap Nayla. Terlalu sakit mendengar kata-kata Nayla.
hening sejenak, tidak ada yang berbicara baik Nayla maupun Indra. mereka bergelut dengan pikiran Mereka masing-masing.
Bibi yang dari tadi ingin keluar mengantar minuman. Tapi tidak berani setelah mendengar perdebatan mereka. Saat bibi tidak mendengar perdebatan ia memberanikan diri untuk mengantar minuman, ia belum pernah melihat anak majikan nya marah seperti itu.
Indra sendiri memilih tinggal di apartemen nya sendiri, karena orang tua sekarang tidak ada dirumah mereka berlibur untuk menikmati hari tua mereka. setiap hari bibi datang ke apartemen untuk membersihkannya.
"Lalu kenapa kamu tidak pernah menghubungiku ?” Tanya Nayla. memecahkan keheningan.
"Aku selalu menghubungi mu ! setiap aku ingin menghubungi mu selalu operator yang berbicara ! apakah kamu menggantikan nomor ponselmu ?" tanya Indra, yang sudah bisa mengontrol emosinya.
Indra lebih memilih diam untuk meredam kan emosinya, ia takut akan menyakiti Nayla kalau tidak mengontrolnya. Ia sangat merindukan perempuan di hadapan nya ingin memeluknya setelah beberapa tahun terpisah.
Tapi, ia malah mendapat kabar bahwa pujaan hatinya telah bertunangan."Apakah tunangan mu yang menyuruhmu menggantikan nomor telepon mu ?" Tanya Indra .Hiks..hiks..hiks..
Bukannya menjawab pertanyaan Indra. Nayla malah menangis ia tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia kesal kepada Indra yang selalu menuduhnya."Aku tidak pernah menggantikan nomor ku, aku juga pernah beberapa kali menghubungi mu. Tapi no mu juga selalu tidak aktif. Aku pikir kamu sudah melupakan aku, dan bertemu pengganti ku." ucap Nayla sudah mulai tenang.
hiks..hiks..hiks ! Nayla mulai menangis lagi. Indra mengambil sapu tangan disaku ya.
"Hapus air matamu, aku tidak mau orang lain melihat mu menangis. Orang berpikir aku telah berbuat jahat kepadamu." Ujar Indra sambil memberikan sapu tangan nya"Terima kasih !" ucap Nayla. Nayla menarik nafas dalam-dalam, dirasa ia merasa lega ia mulai menjelaskan lagi.
"Aku juga tidak pernah bertunangan dengan siapa pun. kak Doni memang menyukaiku, dia pernah beberapa kali mengatakan perasaannya terhadapku tapi aku menolak nya." Ujar Nayla.
"Kenapa kamu menolaknya ?" Tanya Indra
"Itu karena aku masih menunggu seseorang. Dan masih punya janji "
"Oh ya, Siapa dia ?"
"Kamu !” ucap Nayla lirih.
" Bukan nya tadi kamu berpikir aku sudah dapat pengganti mu disana, terus kenapa kamu masih menunggu ku ?" Tanya Indra lagi, ia ingin mendengar jawaban Nayla apakah benar-benar menunggunya.
"Aku tidak tahu ! aku belum bisa membuka hatiku untuk orang lain ! kamu puas.." jerit Nayla kembali menangis. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya.
Hiks..hiks..hiks..!! "Maaf kan aku ! hiks hiks hiks.." disela sela tangisannya.Indra tidak tega melihat pujaan hatinya menangis. Indra bangkit dari duduk nya dan berjalan ke tempat duduk Nayla. Ia duduk di samping Nayla.Indra mengambil tangan Nayla kemudian menariknya ke dalam pelukannya ia sangat ingin memeluk nya sedari tadi, tapi egonya terlalu besar ditambah mendengar Nayla sudah bertunangan.Tapi sekarang ia lega setelah mendengar penjelasan Nayla. "Maaf kan aku ! aku sudah tidak percaya kepadamu ! ucap Indra. Nayla mengangguk, tanpa sadar ia mencium pucuk kepala Nayla. "Aku juga minta maaf." ucap Nayla ..Tapi ia baru menyadari sesuatu. Bahwa ia sekarang ada di pelukan Indra.Nayla langsung melepaskan pelukan nya dan menggeser kan tubuhnya. Indra bingung melihat tingkah Nayla, tadi Nayla nyaman diperlukannya sekarang tiba-tiba terlihat panik. "Ada apa Nay ? tanya Indra bingung. "Kenapa aku t
"Iya terima kasih Malika! perkenalkan ini putra tunggal saya, dia yang akan menggantikan saya mulai hari ini, jadi kalau kamu mau minta tanda tangan langsung kepada anak saya saja." Ujar papanya"Salam kenal pak, dan selamat bergabung pak! Ucap Malika sambil mengulurkan tangannya."Iya terima kasih Bu Malika!" Ucap Indra membalas jabat tangan asisten nya."Saya permisi pak! Kalau pak Indra butuh bantuan saya, bisa langsung panggil saya ! saya siap membantu." Pamit Malika setelah mengambil berkas yang sudah tanda tangani oleh pak Wibowo.Cukup lama Indra mempelajari berkas-berkas bersama ayahnya di ruangan, sampai mereka tidak menyadari jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, Beruntung ibunya mengirim bekal makanan siang untuk mereka.tok..tok..tok. Terdengar suara ketokan pintu dari luar ruangan."Masuk!" sahut Indra, Ternyata asisten nya yang mengetok."Maaf pak, mengganggu! saya ijin pulang cepat pak, saya baru saja mendapat kabar bahwa ana
Indra tersenyum melihat pemikiran Nayla begitu dewasa dan juga sabar. "Nayla, aku berjanji !! untuk ke depannya aku akan membahagiakanmu, ayah dan juga Ikbal. Tidak ada lagi kesedihan ! boleh menangis kecuali menangis untuk kebahagiaan.” Ucap Indra. sambil menggenggam erat tangan Nayla, lalu mengusap pipi Nayla yang sedikit berisi, Nayla tersenyum simpul mendengar ucapan Indra lalu mengangguk pelan. “Terima kasih !” Ucap Nayla lagi dengan senyum manisnya. Sehingga membuat Indra begitu terpesona melihat senyuman Nayla, ingin sekali dirinya mencium bibir ranum Nayla namun di urungkan nya. "Sebentar Nay!" Ucap Indra melepaskan tangan Nayla dari genggaman nya dan hendak beranjak dari tempat duduknya. "Mau ke mana?" Tanya Nayla melihat Indra melepaskan tangannya. "Mau ke kamar mandi! apa kamu mau ikut bersamaku?" Tanya Indra sambil mengedipkan sebelah matanya, ingin menggoda Nayla. Dengan cepat Nayla menggelengkan kepalany
"Terserah kamu!! aku sedang tidak ingin berdebat lagi dengan mu." Celetuk Nayla, lalu memalingkan wajah nya melihat ke luar, sebab dirinya sudah malas berdebat lagi."Tikungan depan, belok sebelah kiri!” Ucap Nayla tanpa menoleh, ia sedikit kecewa kepada Indra karena tidak mempercayainya lagi. Indra baru menyadari perkataan nya tadi sehingga membuat Nayla sedih, Indra mengambil tangan Nayla dan menyatukan tangan mereka sambil menyetir dengan satu tangannya."Nayla, apa kamu sedang marah??" Tanya Indra, Nayla hanya diam ia sudah malas menjawab pertanyaan Indra, pasti ujung-ujung nya berdebat pikirnya."Maaf!! Sayang maafkan aku seharusnya aku tidak bicara seperti itu kepadamu!! entah mengapa kalau mendengar kamu menyebut namanya aku langsung emosi..!! Nayla percaya lah, aku tidak mau lagi kehilangan kamu lagi!" Ucap Indra ia merasa bersalah.“Nayla!! apakah kamu masih marah?" tanya Indra lagi, ia melihat Nayla hanya diam.
"Silahkan!” Ucap pak Toni dan beberapa karyawan lainnya."Ini pak Indra!" Ujar pak Toni lalu menyerahkan berkas kontrak kerja sama.“Silahkan dibaca dulu pak!” Ucap Toni lagi."Baik! saya akan baca dulu." sahut Indra"Berapa persen keuntungan yang saya dapat jika bergabung dengan perusahaan bapak?" Tanya Indra, setelah selesai membaca berkas yang di berikan oleh pak Toni tadi."Tiga puluh persen pak! karena perusahaan bapak punya pengaruh besar untuk perusahaan kami!" Ucap pak Toni."Baik! saya setuju!" Ucap Indra sambil mengambil pulpen dan tanda tangan.“Terima kasih banyak pak Indra! Sudah mau bekerja sama dengan perusahaan saya!” Ucap pak Toni, dengan senyum yang mengambang.“Sama-sama pak! Senang bisa bekerja sama dengan bapak!” Sahut Indra."Baik meeting hari ini sampai disini! terima kasih!" Ucap Indra, Semua orang berdiri dan memberi selamat kepada pak Toni Wijaya karena
“Siapa?” Tanya Indra penasaran, ia mengerutkan kening nya melihat wajah Andrew yang menahan amarahnya."Dia adalah Aldo!" geram Andrew, menyebut namanya."Apaa!!!" Teriak Indra persis ditelinga sahabatnya itu, ia begitu terkejut mendengar nama yang Andrew sebut, Refleks Andrew sedikit menjauh."Santai bro! jangan teriak di kuping gue juga kali!" Celetuk Andrew, sambil menutup sebelah telinga dengan tangannya."Sory! gue sengaja hahaha! Kenapa bisa dengan dia, gue merasa ada yang tidak beres!” Ucap Indra merasa curiga."Gue merasakan hal yang sama seperti lu!" Ucap Andrew.“Pasti ada yang tidak beres! Lu berhati hati mulai sekarang!" Ucap Indra mengingatkan sahabatnya, lalu mereka keluar lift dan memasuki mobil lalu melaju sambil mencari tempat makan."Kita mau Makan dimana sih? dari tadi perasaan muter-muter!" Tanya Andrew, ia bingung melihat Indra celingukan seperti sedang mencari sesuatu."
“Ayah dan anak sama licik nya!!” Geram Andrew.“Gue heran masih ada orang seperti mereka di jaman sekarang!! Mereka sengaja mencari lelaki yang kaya, karena perusahaan ayahnya sedang diambang kebangkrutan!! gue dengar dari mulut Cindy sendiri waktu dia tidak terima gue putus in, muak gue lihat kelakuan mereka.." Geram Andrew.Indra hanya jadi pendengar setia keluh kesah temannya saja, pasalnya dia hanya beberapa kali bertemu dengan Cindy, selebihnya hanya mendengar dari Andrew saja, Indra melajukan mobil nya menuju kearah kantor.“Tapi! Bagaimana kalau Cindy terbukti tidak ikut terlibat! Apakah kamu menerima nya kembali?” Tanya Indra.“Tidak mungkin!” Celetuk Andrew.“Jangan begitu bro! Lu gak bisa membohongi perasaan di hadapan gue!” Ucap Indra, dirinya tahu betul tentang Sahabatnya.“Serah lu deh!!” celetuk Andrew."Oh ya! mulai sekarang lu harus berhati hati, g
Doni mengusap darah yang mengalir di bibir nya, lalu berdiri dirinya belum sempat menghindar karena pukulan yang secara tiba-tiba.“Rasakan itu!!” Bentak Indra, Doni mulai membuka kancing baju lengan nya tanpa aba-aba Doni meninju wajah Indra.Bugh..!! Suara pukulan tepat di rahangnya.“Kurang ajar!!” Geram Indra, Indra mendorong tubuh Doni namun tidak sampai terjatuh. Lalu Indra meninju kembali namun kali ini tidak di wajah nya melainkan di perutnya Doni.Bugh..!! Bugh..!! Bugh.!!"Kamu berani menantang saya..?" Bentak Indra sambil menghajar Doni tanpa ampun, amarah sudah menguasai diri Indra saat ini."Saya sangat menghormati bapak, tapi saya juga ingin mengejar cinta saya yang selama ini saya pendam..!! Jadi mari kita bersaing secara sehat dan tidak mencampur adukkan masalah ini dengan pekerjaan." Tantang Doni, walau dalam keadaan tidak berdaya akibat pukulan Indra bertubi tubi.“CK!! Berani sekali
Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra
Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua
Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka
Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I
Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba
Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra
Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere
“Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup
Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.