Di tengah perjalanan, Indra mendengar ponselnya berbunyi. Ia melihat terpampang jelas nama di layar tersebut.
“Andrew..” Ucap Indra lirih. Ia kembali fokus mengendarai mobil dan meletakkan kembali ponselnya.
“Siapa..?” Tanya Nayla. Ia melihat Indra mengabaikan panggilan teleponnya.
“Si Andrew temanku..!” Ucap Indra singkat.
“Kenapa tidak diangkat..?” Tanya Nayla lagi.
“Nanti saja..! aku masih menyetir, kalau sudah di kampung mu aku akan meneleponnya kembali..!” Sahut Indra.
“Tolong kamu kirim pesan ke Andrew, aku akan meneleponnya kembali..” Ucap Indra.
“Tapi tidak mempunyai nomor teleponnya..” Sahut Nayla.
“Yang menyuruhmu pakai ponselmu siapa..? Aku kan minta tolong kirim pesan pakai ponselku, jelas kamu tidak punya no nya kamu kan tidak punya hubungan dengannya..!” celetuk Indra. Nayla mendengar perkataan Indra langsung cemb
“Bicaralah..” Ucap Nayla. Nayla mendekatkan ponsel nya ke telinga Indra.“Assalamualaikum nak..” ucap suara mamanya dari dalam telepon. Indra sangat merindukan mamanya namun kejadian kemarin membuat dia sedikit kecewa.“Waalaikumsalam..!” Jawab Indra pelan.“Nak, kamu apa kabar ? mama sangat merindukanmu nak! Apa kamu sudah makan..?” Tanya mamanya. Nayla mendengar suara mamanya Indra begitu sangat menghawatirkan anaknya. Indra masih fokus menyetir tanpa menjawab pertanyaan mamanya.“Ada apa mama telepon Indra, bukannya Indra bukan anak mama dan papa lagi. Mama dan papa sudah mempunyai anak yaitu Bella.” Ucap Indra pelan.“Nak, mama tahu kamu masih marah! Tapi percaya lah nak, suatu saat nanti kamu pasti akan tahu, Mama dan papa tidak bermaksud untuk..” Belum selesai mamanya berbicara, Indra mengambil ponselnya dan mematikan teleponnya.“Indra kenapa kam
“Rasakan.. siapa suruh bicara yang sembarangan..” geram Nayla.“Cantik tapi galak.. tapi aku tetap cinta..” goda Indra. Nayla kembali fokus ke layar ponselnya, tanpa memedulikan ucapan Indra. Tanpa terasa mereka sudah tiba di tempat penginapan, Nayla terlebih dahulu keluar sementara Indra memarkirkan mobilnya.“Kamu masih disini..?” Tanya Indra melihat Nayla belum masuk.“Aku menunggu mu..!” Ucap Nayla.“Oh begitu.. terima kasih sayang.” Ucap Indra langsung menggandeng tangan Nayla masuk dan mereka masuk ke kamar masing masing. Indra membuka pintu kamar dan mengucapkan salam, ia melihat ayahnya Nayla masih Melakukan Shalat dengan posisi sujud. Lalu Indra meletakkan makanannya yang ia bawa, kemudian ia masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setelah selesai Indra keluar kamar mandi dirinya melihat ayahnya Nayla masih dengan posisi yang sama. Indra merasa ada yang tidak beres, ia me
“Ayah..!” Ucap Indra lirih masih terdengar oleh Ikbal.“Apa yang terjadi dengan ayahku..? Bicara yang jelas..!” Bentak Ikbal, menurutnya Indra sejak tadi berbicara bertele tele.“Kami dalam perjalanan menuju ke rumah, ayah sudah meninggal dunia..” Ucap Indra Kembali.“Apa..! Kamu jangan bercanda, aku sekarang sedang tidak ingin bercanda..!” bentak Ikbal terdengar dengan suara yang mulai gemetar, masih tidak percaya dengan ucapan Indra.“Aku sedang tidak bercanda ! Nayla di dalam mobil ambulance bersama jenazah ayah..! persiapan kan semuanya sebentar lagi kami akan tiba..! kamu yang sabar..” Ucap Indra.“Aku akan menutup teleponnya, aku sedang menyetir mengikuti mobil ambulance.” Ucap Indra. Tidak ada sahutan oleh Ikbal. Di dalam ambulance, Nayla memandang ayahnya yang sudah tertutup kain dengan air mata yang tak henti hentinya mengalir.Sementara di rumah, Ikbal mendenga
Indra mengusap bahu Nayla untuk menenangkannya.“Ayah sudah tenang disana, kita berdoa agar amal ibadah beliau di terima disisinya.” Ucap Indra. Nayla mengangguk mendengar ucapan Indra, begitu pun dengan Ikbal.“Ayo kita pulang kak, kita harus menyiapkan untuk tahlilan nanti malam.” Ucap Ikbal. Kini dirinya mulai berdiri, Nayla mengangguk.“Ayah, ibu..! Kami pulang dulu ya, besok kami datang lagi untuk menjenguk ayah dan ibu.” Ucap Nayla sambil mengusap nisan ayahnya. Makam ayah dan ibu nya berdampingan. Saat Nayla berdiri tiba tiba melihat sekeliling gelap Nayla memegang kepalanya yang terasa pusing. Nayla hampir terjatuh ke tanah beruntung saat itu Indra berada di belakangnya dan sempat menangkap dirinya.“Nayla..Nayla..!” panggil Indra sambil menepuk pelan kedua pipinya. Mendengar Indra memanggil kakaknya, Ikbal menengok ke belakang. Ikbal berlari mendekati kakaknya.“Ada apa..?” Ta
Indra mengambil ponselnya, sejak Kemarin ia ingin menghubungi sahabat nya Andrew. Ia membuka layar ponselnya dan melihat banyak pesan masuk dari mamanya dan Andrew. Indra pergi ke teras untuk menelepon ia menekan nama Andrew.“Halo bro.” Ucap Andrew.“Halo, lu dari mana saja, dari kemarin gua tunggu in lu telepon.” Celetuk Andrew dari dalam ponselnya, ia menunggu Indra dari kemarin sore untuk menghubunginya, namun baru sekarang dia telepon.“maaf, calon mertua gua meninggal waktu perjalanan menuju ke rumah adiknya kemarin. Jadi baru sempat menghubungi lu.” Sahut Indra menjelaskan kepada sahabatnya.“What!! calon mertua..! Bukannya lu sudah membatalkan pernikahan kemarin ?” Tanya Andrew bingung.“Kita bertemu saja sekarang..! lu ada dimana sekarang.?” Tanya Indra, dirinya kurang puas jika berbicara di telepon.“Gua ada di apartemen gua..!” Sahut Andrew.“Baik
Indra menarik nafas nya, dan memulai menceritakan tentang dirinya di paksa menikah dengan pilihan papanya, dan juga rencananya agar tidak menikah dengan Bella. “Rencana gua berhasil dengan bantuan sahabatnya Nayla, tapi saat itu juga papa tidak menganggap gua anak lagi dan semua fasilitas papa ambil semua. Kecuali mobil, karena mobil itu gua beli dari hasil tabungan gua.” Ucap Indra. mendengar cerita Indra, Andrew terharu sekaligus kasihan melihat sahabatnya.“Kenapa lu gak mau menikah dengan Bella..?” Tanya Andrew penasaran.“Cinta itu tidak bisa dipaksakan bro, papa punya hutang balas budi kepada ayahnya Bella dulu, ia mengorbankan dirinya dari tembakan seseorang. Demi membalas Budi, papa mau menikahkan kami.” Sahut Indra.“Sebentar, sebentar..! Gua seperti pernah mendengar nama Bella.” Ucap Indra.“Jangan bilang kalau Bella itu mantan lu, dan mantan lu ada di mana mana ada!&rdquo
“Boleh dong..” Sahut indra, Andrew berpikir sejenak.“Tunggu gua kalau begitu, gua ganti baju dulu. Mumpung gua tidak ada pekerjaan, sekaligus mau berkenalan dengan pujaan hatimu..” Goda Andrew. Ia bergegas masuk ke kamar untuk mengganti bajunya, Indra menggeleng kepala melihat tingkah sahabatnya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Nayla.“Bro, gua kemarin bertemu cewek cantik..!” Ucap Andrew membuka obrolan mereka.“Dimana..? di pohon, hahaha.!” Sahut Indra tertawa puas.“Sialan lu, kuntilanak kalau di pohon..!” Celetuk Andrew.“Ya lu pakai acara ketemu cewek cantik, semua cewek cantik bro, kalau tampan itu pasti cowok.” Ucap Indra.“Ini serius, dia bekerja di perusahaan lu.”“Perusahaan mana maksud lu?” Celetuk Indra, ia malas mendengar tentang perusahaan. Karena dirinya masih teringat ucapan papah nya.&
“Kabar duka apa pah..?” Tanya istrinya sambil membantu melepaskan jasnya.“Calon besan kita, atau ayahnya kekasih anak kita meninggal waktu dalam perjalanan pulang kampung.” Ucap papahnya.“Kasihan sekali mereka pah, anak kita sekarang berada di mana pah.? Apa mama boleh ke sana besok pah, sekaligus bertemu dengan calon menantu kita.” Tanya istrinya.“Boleh, tapi mama harus berhati hati. Kita sekarang masih bersandiwara untuk mengungkap kebusukan mereka.” Sahut suami, lalu mencium pipi istrinya dan langsung masuk ke kamar.“Dasar papah, sudah tua masih seperti anak muda saja.!” Gumam istrinya sambil tersenyum simpul. Lalu ia keluar kamar menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam.Lain halnya dengan Bella, ia menerima pesan dari ponselnya untuk segera menemui nya di kamar hotel tempat biasa. Bella sangat mengenal pesan tersebut, tidak lama panggilan masuk di ponselnya. Sebelum diri
Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra
Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua
Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka
Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I
Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba
Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra
Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere
“Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup
Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.