Share

Sembunyi

Author: Winda
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa itu Mas?" tanyaku dengan hati gusar. Gegas kulepas tangan Mas Arkan dari genggaman.

"Gak tahu."Mas Arkan menggeleng cepat, "Sebentar ya, sayang!" lanjutnya menatapku, raut wajahnya tak kalah tegang dariku.

"Iya. Mas," jawabku cepat, seraya turun dari pangkuannya. Pandanganku mengedar, kepalaku menoleh kanan dan kiri untuk mencari tempat persembunyian, khawatir ada yang melihatku dengan keadaan acak-acakan seperti ini.

Aku tak mau reputasi Mas Arkan rusak di depan semua karyawan atau siapa pun, karena kejadian ini.

"Intan, kamu sembunyi di situ." Mas Arkan menggerakkan kepala, tatapan matanya mengarah ke kolong meja kerjanya.

"Iya." Aku merundukkan tubuh dan berjongkok lalu masuk ke bawah meja. Sem

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Keni Sihyanti
Hati hati Dengan hati
goodnovel comment avatar
Rita Marlini
maling hati wkwkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Yang Salah   Kamar Hotel

    Aku dan Mas Arkan keluar dari kamar tersebut, kamar pribadi Mas Arkan, jika ia beristirahat. Dan untuk melepas kerinduan kami, yang tak pernah padam. "Intan, kamu duluan keluarnya, ya! Tunggu Mas di depan, kita berangkatnya jangan barengan, takut ada yang curiga," ucap Mas Arkan begitu lembut, jemarinya menyusur keningku lalu menyelipkan anak rambut ke balik telinga. Aku mengangguk mengerti. "Baik Mas, aku tunggu di depan minimarket, samping kantor!" balasku seraya melepas tangannya perlahan, dari pinggangku. "Iya sayang." Aku dan Mas Arkan tak segan lagi, kami saling memanggil sayang, ini memang salah dan akan menyakiti hati banyak orang, tapi hubungan ini benar-benar membuatku bahagia, dan aku puas lahir batin. Aku berderap menuju pintu keluar ruanga

  • Cinta Yang Salah   Menanam Benih

    Sebelum Mas Arkan datang aku melepas handuk penutup tubuh, lalu mengenakan kimono putih yang sudah disediakan oleh pihak hotel. Pintu kamar mandi terbuka, Mas Arkan keluar mengenakan handuk putih di pinggang, dan berjalan menuju aku, yang masih duduk di tepian ranjang mengamati dia. "Kenapa sayang, kamu menatap Mas seperti itu?" tanya Mas Arkan, seraya menaikan alisnya. Aku yang merasa canggung mengalihkan pandangan ke arah hidangan yang tersaji di meja. "Gak, aku cuma." Aku bingung harus berkata apa, bahwa aku sangat mengagumi kakak iparku, selalu terbayang di benakku kala ia memperlakukan aku dengan serangannya yang kasar. Tapi, itu sangat luar biasa, dan membuatku puas. "Lagi, gak?" tanyanya sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku, dengan menumpu satu tangannya di

  • Cinta Yang Salah   Video call

    Dengan perasaan ragu dan jemari pun masih mengambang di atas layar ponsel. Panggilan Video call dari Mas Anton aku alihkan ke panggilan suara, seperti yang diperintahkan oleh Mas Arkan. Aku menempelkan ponsel di telinga, dengan perasaan yang tak karuan, lalu duduk di tepian ranjang, menjuntai kaki mencari ketenangan, kuraih selimut yang ada di ujung tempat tidur, untuk menutupi tubuh yang masih polos dan tanpa penutup sama sekali. Sementara Mas Arkan langsung beranjak ke kamar mandi, sebelum panggilan teleponku terhubung. "Halo Mas," ucapku pelan, meski gugup dan gusar namun aku harus tetap tenang. "Halo Sayang, kok panggilan Mas di alihkan sih, emang kenapa? Padahal Mas kangen loh, pengen memandang wajah kamu!" ucap Mas Anton. Aku menggigit jari telunjuk, seraya berpikir untuk mencari alas

  • Cinta Yang Salah   Andai Bisa Memilikimu

    "Nah, gitu dong tersenyum. Mas bahagia melihat kamu tersenyum kembali," ujarnya, seraya mengacak rambutku pelan, kutatap wajah tampannya yang tak lepas dari senyuman, terpancar jelas kebahagiaan dari raut wajah Mas Arkan. Selama ini aku belum pernah melihat wajahnya seceria sekarang, aku pun sama merasa bahagia bisa melewati waktu bersama dia. Cinta terlarang ini sungguh membawa kenikmatan dan kebahagiaan yang tak pernah kurasakan bahkan tak pernah kubayangkan sebelumnya. "Sayang, andaikan Mas bisa menghentikan waktu. Mas ingin kita di sini selamanya, memadu kasih tanpa ada yang mengganggu." Mas Arkan menaikan satu kakinya dan melipatnya di sisi tubuhku. Kemudian ia memelukku dengan erat dari belakang. "Iya, Mas, aku pun sama denganmu," ja

  • Cinta Yang Salah   Malam Pengantin

    "Mas," panggilku seraya mengguncang bahunya pelan, kulihat ponsel miliknya yang ada di atas nakas bergetar, mungkin dari kak Novi. Aku bangkit dan mencondongkan tubuh melintasi Mas Arkan, tanganku menggapai benda pipih tersebut yang tak berhenti bunyi. "Benar, dari kak Novi. Untuk apa dia nelpon lagi? Ganggu aja! Bukannya dia sudah mengabari Mas Arkan, dia gak bisa pulang sekarang," gerutuku. Kemudian membuka laci dan kumasukkan benda itu ke dalam. Agar tak mengganggu tidur Mas Arkan, yang terlihat begitu lelah kehabisan tenaga, setelah menghabiskan waktu beberapa jam bersamaku, memuaskan aku hingga terkapar. "Mas, andaikan saja kita ini suami istri, takkan pernah ada rasa bersalah di hati ini, karena telah melakukan dosa besar, pada pasangan kita," ucapku sambil berbaring menghadapnya satu tangan dilipat di bawa

  • Cinta Yang Salah   Benalu

    Ku tarik nafas lalu memilin bibir seraya menundukkan wajah, lalu memejamkan mata, enggan rasanya untuk mengungkapkan semuanya pada Mas Arkan tentang masa laluku. "Kenapa?" Mas Arkan merangkul pundakku, sambil menatapku dalam. Aku hanya menggeleng, "Ya sudah, kalau kamu gak mau cerita, Mas gak akan tanya, dan juga gak akan maksa!" lanjut Mas Arkan mengusap rambutku lembut. "Iya," jawabku dengan suara rendah, bukannya aku tak ingin menceritakan kehidupanku dahulu, tapi, Mas Arkan juga sedikit tahu tentang sikap Mama Sofia terhadapku. Apalagi jika ada Mas Arkan, di antara kami, Mama selalu ingin menunjukkan ketidaksukaannya kepadaku di depan semua orang, bahkan memojokkan aku. Entah kenapa sebabnya, aku pun tak tahu. Masih ingat dulu, sewaktu Kak Novi baru resmi m

  • Cinta Yang Salah   Parasit

    Berbeda dengan kak Novi, yang terus saja berada di dalam kamar, bersolek diri untuk calon suaminya. Malam Minggu di rumahku katanya ada acara makan malam dengan keluarga rekan bisnis papa dan akan mempertemukan kak Novi dengan seorang pria, bernama Arkan. Malamnya aku sudah siap untuk pergi bersama teman-teman, tak ingin ikut campur dalam acara keluarga, perjodohan kak Novi. Yang nantinya akan memicu masalah karena kehadiranku. Aku lebih memilih pergi ke acara party ulang tahun sahabatku Kania, dan akan dijemput oleh Diandra. Aku sudah berpakaian rapi dengan mini dress warna putih, rambutku yang panjang dan agak sedikit pirang, kubiarkan terurai hanya jepitan rambut warna silver kusematkan. Aku berdiri di depan cermin menatap pantulan wajahku yang memang cantik dari

  • Cinta Yang Salah   Ingatan Masa Lalu

    "Maafkan aku kak, aku sudah mengkhianatimu. Berselingkuh dengan suamimu, tapi, sungguh aku mencintai dia. Seumur hidupku, baru kali ini merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan," ucapku seraya menyeka air mata. Aku masih berbaring di tempat tidur, kamar hotel, menunggu Mas Arkan yang sedang membersihkan badannya. Jika bukan karena kak Novi, entah bagaimana dengan diriku. Ingatan itu membuat luka lama yang membekas, kembali terasa perih. Sedari kecil aku selalu dibedakan dengan kak Novi oleh semua orang di keluarga Bramantyo. Pernah di suatu pagi saat semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan dan hendak memulai acara sarapan pagi. "Sayang, makan yang banyak ya!" ucap Mama Sofia, seraya menyendok nasi beserta lauk pauk ke piring kak Novi, lalu Mama menyodorkannya ke hadapan kak Novi, diiringi

Latest chapter

  • Cinta Yang Salah   End

    Dengan tubuh yang terasa berat, aku berusaha untuk bangkit, mencoba berdiri dan melangkah, kaki ini seakan terkunci di tempat sulit untukku gerakan. Melangkah dengan gontai menuju ruangan dimana Intan berada, tubuhku terseok-seok saat berjalan memasuki ruangan tersebut. Aku hanya berdiri mematung di ambang pintu menatap adikku yang sudah terbujur kaku, tak kuasa lagi kaki ini untuk melanjutkan langkah. Melihat seluruh tubuh Intan tertutup oleh kain putih, hanya wajahnya saja yang nampak. Wajah dan bibirnya begitu pucat, matanya tertutup rapat. "Intan," lirihku menatap nanar pada tubuh Intan yang sudah tak bergerak. Yang kulihat di depan mata, hanya tinggal raga tak bernyawa, dadaku kian sesak melihat adikku, dan kenyataan pahit ini. Mulai hari ini dan seterusnya, aku takkan pernah melihat lagi senyuman yang terbit dari bibir Intan. Takkan ada lagi yang bisa aku marahi dikala ia sudah berbuat salah, kini jasadnya sudah terpisah dari ruh-Nya.

  • Cinta Yang Salah   Selamat Jalan Adikku

    POV Novi. Hatiku kian cemas memikirkan Intan di rumah, aku meninggalkan dia dalam keadaan sakit. Entah kenapa? Sejak beberapa hari ini dia begitu lemas, seperti tak punya tenaga, makan pun ia tidak seperti biasanya tidak berselera. "Mbak Novi, Intan tadi izin gak bisa masuk, emang dia sakit apa?" tanya Kania saat kami baru tiba di butik, menata baju-baju dan merapikan seisi ruangan itu. "Aku gak tahu, Kan, sepertinya Intan, masuk angin, dari gejalanya, yang timbul," jawabku sambil memasang hanger di baju yang akan di pajang. "Sudah dibawa berobat, belum?" "Belum, Kan. Tau sendiri, Intan susah diajak ke dokter! Dia selalu menolak jika diajak untuk berobat," Kania menoleh ke arahku seraya mengangguk, "Dia, orangnya memang keras kepala! Kalau bilang tidak mau, yaudah gak bisa diganggu, lagi," "Iya, Kan. Tapi, aku khawatir loh. Dia benar-benar pucat," "Mbak, coba telpon Intan! Apakah keadaannya

  • Cinta Yang Salah   Obat Aborsi

    "Ini, sisa bayaranmu," ucapku pada Rani, sambil menyodorkan sejumlah uang yang terbungkus rapi di dalam amplop, kami bertemu di sebuah cafe sambil makan siang.Semenjak aku tinggal dengan kak Novi lagi, aku tak bisa keluar malam dan pergi ke klub kembali. Kak Novi selalu mengawasiku, dan menasehati, dia tak mau aku tersesat lagi dalam kehidupan yang penuh noda dan dosa."Ok, terima kasih." Rani mengambil dan memasukkan amplop coklat, ke dalam tas kecil miliknya."Sama-sama. Ran, ceritakan apa yang terjadi semalam?""Hm, aku membuat lelaki tampan itu bangun, dan kami saling menyatu. Dia terus meracau memanggil namamu, Intan. Aksinya begitu kuat, dan aku benar-benar terkagum. Pantas saja kamu tergila-gila padanya, ku akui ya, baru kali ini aku menemukan lelaki seperti dia, tanpa bayaran pun aku mau melayani dia setiap malam, bahkan setiap hari,""Hah, kamu, gak usah bicarakan soal itu! Aku yang lebih tahu, dan lebih banyak menghabiskan waktu be

  • Cinta Yang Salah   Wanita Bayaran

    "Baiklah, Intan. Aku akan datang sekarang, mungkin sebentar lagi, ini masih dalam perjalanan. Ok," jawabnya dari seberang telepon.Aku menyetujui ucapannya sambil menunggu dia datang. Duduk di tepi ranjang setelah memakai pakaian kembali dengan lengkap, Korean dress super seksi warna pink pastel, kutatap dan kuperhatikan wajah tampan Mas Arkan yang kini sedang terlelap karena pengaruh obat tidur yang dicampur dalam minumannya."Mas, maaf ya, jika perbuatanku ini sudah keterlaluan, tapi, kamu lebih keterlaluan lagi, dari aku." Ku usap pipi Mas Arkan, yang di tumbuhi bulu jambang dengan punggung ruas jemariku, "Setelah kamu bosan denganku, dan puas dengan tubuhku, kau campakkan aku, kau hianati aku, dan kau buat aku terluka, bukan hanya batinku yang tersiksa, tapi, aku nyaris gila karenamu," ucapku membungkukkan badan kemudian mencium bibirnya dengan lembut."Aku rela berbuat seperti ini, menjadi jalang untukmu, melayani dirimu di atas ranjang hingga kau ter

  • Cinta Yang Salah   Rela Berbuat Kotor

    "Intan, Mas sangat rindu," ucapnya, saat aku masuk ke kamar hotel. Sepertinya dia sudah menungguku sejak beberapa saat yang lalu, Mas Arkan menyambut kedatanganku dengan senyuman yang merekah. "Aku juga rindu sama kamu, Mas," balasku sambil mendekat ke arahnya. Mas Arkan merangkulku dengan beringas dan menciumi bibir serta wajahku penuh nafsu. "Sabar, Mas!" ucapku menahan tubuhnya yang begitu rapat, seakan sudah tak sabar ingin menyatu dengan tubuhku. "Mas menunggumu dari setengah jam yang lalu, sayang. Rasanya waktu begitu lama, tiga puluh menit menunggu kedatanganmu, seperti tiga tahun lamanya," ucapnya lagi seraya menempelkan bibirnya di daun telingaku. "Oh, Mas. Maafkan aku, tadi sedikit ada kendala, taksi yang aku tumpangi mogok," balasku berbohong, aku sengaja mengulur waktu untuk menguji dia, apakah Mas Arkan bersedia menungguku, menunggu permainanku. Mas Arkan semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Kakiku berjinjit, satu tanganku

  • Cinta Yang Salah   Janji Palsu

    Sepulang dari restoran, setelah makan siang bersama kak Novi, Kania juga mamanya. Aku merebahkan tubuh melintang di atas kasur kamarku, berbaring menghadap dinding, sambil menatap bingkai foto pernikahanku dengan Mas Anton, yang terletak di atas headboard ranjang, usia pernikahan kami baru seumur jagung. Namun, sudah kandas karena dusta dan pengkhianatan yang aku lakukan.Ada rasa penyesalan menelusup ke dalam relung hatiku, karena telah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintaiku dengan setulus hati. Tapi, aku malah mengkhianatinya habis-habisan."Mas, aku baru menyadarinya, bahwa kamu lah lelaki yang terbaik dalam hidupku, yang pernah aku kenal, bukan Mas Arkan, lelaki yang tak bisa puas dengan satu wanita," gumamku, merenungi nasib yang sekarang ini, hidup menjanda dengan cara tidak terhormat. Ditalak karena perbuatanku, yang sudah menghancurkan rumah tanggaku sendiri, hanya karena ego dan nafsu."Jika ada kesempatan kedua, aku ingin kembali padamu, da

  • Cinta Yang Salah   Tunggu Pembalasanku

    POV Intan.Hidupku kini merasa lebih baik, hubunganku dengan kak Novi juga sudah kembali seperti semula, tapi, aku merasa hampa. Sekarang Mas Arkan sudah menikah dengan orang lain, orang yang selama ini ku percaya dan sangat aku cintai, dia tega mencampakkanku begitu saja.Seperti janjiku pada Kania dan kak Novi, aku harus melupakan Mas Arkan, dan bangkit, memulai hidup yang baru, tapi aku ingin membalaskan rasa sakit hatiku pada Mas Arkan, entah bagaimana caranya? Nanti aku pikirkan, aku benar-benar merasa sakit hati dan tak terima dengan keputusan lelaki itu yang meninggalkan aku tanpa perasaan."Tan, kok melamun?" tanya kak Novi saat kami sedang makan siang di restoran, bersama Kania juga mamanya."Iya, Tan, dari tadi kami perhatikan kamu bengong, ada apa sih?" timpal Tante Rika mamanya Kania. Sekarang sikapnya lebih ramah padaku tak seperti waktu itu, mungkin karena kak Novi menanamkan modal di usahanya, dan dia mer

  • Cinta Yang Salah   Pemulihan Intan

    "Arkan, apa-apaan sih, kamu? Bisa-bisanya kau berbuat kasar, pada Novi!" hardik pak Broto seraya melepaskan cengkraman tangan Mas Arkan dari leherku. Aku terbatuk-batuk sambil mengusap leher yang terasa nyeri bekas cengkraman tangan mantan suamiku. "Yah, Novi benar-benar membuatku kesal! Dia menyalahkan aku, atas semua yang terjadi dalam hidupnya juga Intan," ucap Mas Arkan membela diri. Aku hanya terdiam di dekat tembok kamar Mas Arkan, seraya mengatur nafas yang masih terasa sesak. "Arkan, sadar! Apa yang sudah Novi katakan tentang kamu itu memang iya. Kelakukan kamu semakin kesini semakin tidak benar. Apa kamu sudah lupa dengan semua kesalahanmu? dulu kamu menggauli Intan di saat Novi sedang bertugas ke luar kota bersama Anton, kamu rusak rumah tangga adik iparmu, kamu runtuhkan rumah tanggamu sendiri. Dan sekarang kau buat jiwa Intan terguncang!" ucap pak Broto lugas, ia memang sangat tidak suka dengan kelakuan anak sulungnya.

  • Cinta Yang Salah   Bertemu Mantan

    "Jangan serakah, Arkan! Milik orang lain, ya, harus dikembalikan kepada yang berhak!" ucap pak Broto seraya bangkit dan berdiri di hadapan putranya."Ayah, selama ini aku yang kerja keras. Seenaknya saja kita harus memberikan setengah saham kepada Novi, berikut dengan laba. Yah, sudah cukup banyak, harta gono-gini yang aku berikan pada Novi juga," protes Mas Arkan tak terima dengan keputusan ayahnya, yang tak bisa di bantah."Terserah kamu, yang penting ayah kembalikan semua milik pak Bram, karena kamu sudah bukan suami Novi lagi. Jadi, kita hanya mengelola yang kita miliki saja," terang pak Broto tegas, kemudian ia kembali duduk. Mas Arkan mendengus kesal lalu ia pun duduk di sofa dengan gerakan kasar, tak jauh dari ibunya. Bu Aini hanya menggeleng melihat sikap Mas Arkan yang kekanak-kanakan."Tapi, Yah. Aku yang capek, aku juga yang kerja, kenapa harus Novi yang menikmati hasilnya?" sergah Mas Arkan bersikeras menunjuk jarinya ke arah dada.

DMCA.com Protection Status