"Eh mana tuh cewe, ko belum masuk kelas?" ucap Agus.
Reyhan dan Agus menoleh ke pojokan di mana Keyren duduk di sana. Reyhan tersenyum melihat tempat duduk Keyren ada yang menempati, itu adalah si pemilik yang kemarin tak masuk kuliah sehingga Keyren bisa duduk di tempatnya."Guys, sepertinya tuhan mempermudah usahaku," ucap Reyhan.
Reyhan dan temannya pun duduk di tempat masing-masing, tak berapa lama Keyren pun masuk kedalam kelas, meski sudah ada yang menempati kursi yang ia duduki sebelumnya, Keyren tetap melangkah menuju ke sana tanpa melirik sedikitpun pada Reyhan.
"Maaf bisakah kamu pindah dari tempat duduku," ucap Keyren."Hmmm, kamu mahasiswi baru ya?" tanya Sasa. Dia cewe pemilik kursi tersebut.
"Iya."
"Duduklah di kursi kosong itu, ini adalah tempatku sebelum kamu datang. Anggap saja kemarin aku meminjamkannya untukmu sehari."
Keyren menoleh kearah kursi kosong yang kemarin ia lewati, dan tepat saat ia menoleh Reyhan pun tengah tersenyum kearahnya. Keyren menghela nafasnya dan kembali bertanya pada sang pemilik kursi, "Bisakah kita tukar tempat duduk, aku tidak mau duduk dekatnya."
Sasa menoleh kearah Reyhan yang tengah menatap mereka, iapun tau arti tatapan Reyhan. "Siapa namamu?" tanyanya.
"Keyren."
"Key, aku mau saja tukar tempat duduk, tapi kayaknya Reyhan tidak akan mengizinkanku duduk di sebelahnya. Jika aku memenuhi perintahmu itu sama saja aku yang akan dapat masalah.
Jadi pergilah dan duduk di kursi kosong itu," jelas Sasa.Keyren tidak punya pilihan dan dengan berat hati iapun harus duduk dengan Reyhan.
"Sepertinya Tuhan mentakdirkan kamu agar bisa lebih dekat denganku, kamu harus bersyukur Key," ucap Reyhan.
"Untuk apa aku harus bersyukur dengan musibah," jawab Keyren tanpa menoleh kearah Reyhan.
"Musibah...? kamu tau Key, banyak cewe yang mau duduk di tempatmu itu, mereka menginginkan tempat istimewa ini tapi aku menolaknya, tapi aku suka rela mengizinkakmu berada di dekatku. Apa kamu tidak mengerti itu adalah sebuah keberuntungan."
Keyren memutar bola matanya dan menoleh kearah Reyhan. "Apa kamu tau, aku akan merasa sangat beruntung jika bisa duduk jauh dari pria penggoda sepertimu, dan..."
"No, no, no, bukan pria penggoda tapi... Pria menggoda," kilah Reyhan.
"Heh! itu menurutmu."
"Dengarkan aku, aku tidak pernah menggoda siapapun tapi merekalah yang tergila-gila padaku Key, jadi jangan pernah menyebutku sebagai pria penggoda. Ok!"
"Aku tidak peduli."
Keyren membuka bukunya dan berusaha tak meladeni Reyhan, sementara Agus dan Ali menahan tawa mereka.
Tak lama kemudian dosen pun masuk ke dalam kelas.****
Tok tok tok
Dion mengetuk pintu direktur. Iapun segera masuk setelah mendapat jawaban dari dalam."Ooh Dion, masih di sini rupanya?" ucap Bram.
"Aku masih memiliki pekerjaan yang harus aku selesaikan di sini bukan?"
"Aku hampir lupa untuk memecatmu, maafkan aku. Tapi aku sudah menyiapkannya, ini ambillah," ucap Bram kembali.
Dion tau ini adalah sebuah ejekan baginya, namun ia sadar sekarang pemimpin perusahaan ini sepenuhnya sah menjadi milik kakak iparnya, dengan berat hati ia menerima amplop yang diulurkan padanya.
"Aku tidak pernah berharap lebih tentang perusahaan ini, hanya saja aku benar-benar merasa kecewa..., kenapa bisa Reyhan tak memiliki hak sedikitpun tentang perusahaan ini, tapi justru dia hanya di beri perusahaan yang baru dua tahun didirikan. Padahal Reyhan adalah cucu dari pemilik perusahaan ini.""Ckckck Dion, Dion. Apa kamu tidak bisa bersyukur juga," ucap Bram mengitari meja kerjanya menghampiri Dion.
"Kalian masih beruntung kakek masih ingat dan memberikan warisannya pada kalian. Dan ingat satu hal Dion, kamu ada di sini hanya karena kebetulan jadi jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan kekayaan dengan mudah. Sekarang pergilah ke perusahaan barumu itu."Dion menyipitkan matanya, hatinya kini benar-benar terbakar api amarah dan tangannya pun sudah mengepal ingin meninju orang yang ada di sebelahnya, tapi ia terpaksa harus menahannya.
"Bram Setyo Atmaja, anda benar-benar orang yang hebat. Tapi ada yang anda lupakan tuan, perusahaan ini menjadi besar pun tak luput dari ikut campur tanganku. Jadi berhati-hatilah anda dalam bicara. Saat ini anda bisa tertawa akan apa yang anda lakukan tanpa ingat jika roda akan terus berputar, maka nikmatilah selagi anda bisa," ucap Dion yang langsung melangkah keluar.
Langkah Dion terhenti saat melihat Dimas berdiri dekat pintu, ia yakin anak dari kakak iparnya sudah mendengar pembicaraan mereka.
"Uncle?" sapa Dimas.
Dion hanya menghela nafasnya dan melanjutkan langkahnya. Dimas masuk kedalam ruangan tanpa lupa menutup kembali pintunya, ia menghampiri ayahnya yang tengah menghisap cerutu.
"Dady apa semuanya belum cukup? apa dady belum puas juga?" tanya Dimas.
Bram menatap kearah anaknya. "Dimas dady melakukan semuanya ini demi kamu, untuk kamu."
"Tapi ini nggak adil buat Rey dad, dia juga cucu opah dan berhak mendapatkan apa yang kita dapat."
Bram bangun dari duduknya dan menghampiri anaknya.
"Dengar Dimas, apa kamu pikir Dady akan rela membagi semua ini dengan anak haram itu?""Tapi dad...,"
"Diam! aku tidak suka dengan anak pembantah," bentak Bram.
Dimas pun hanya diam dan melangkah pergi meninggalkan ayahnya.
***
"Baiklah semuanya, kita ketemu lagi di jam berikutnya," ucap seorang dosen yang menandakan kelas berakhir dan waktunya mereka istirahat.
Keyren langsung keluar kelas dan menuju ke suatu tempat, Reyhan pun buru-buru menyusulnya.
"Key Tunggu," ucap Reyhan menarik tangan Keyren.
Keyren menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Reyhan. "Lepaskan tanganku," ucap Keyren melihat tangannya yang di genggam Reyhan.
"Uuuppssss. Maaf tidak sengaja," ucap Reyhan yang langsung mengangkat kedua tangannya.
Agus dan Ali menghampiri mereka.
"Hai Key?" sapa Ali dan Agus.
"Hai juga."
"Key, bisa kita ngobrol sebentar," tawar Reyhan.
"Maaf aku tidak ada waktu ngobrol sama penggoda sepertimu," jawab Keyren. Ia membalikkan badannya dan melangkah pergi.
"Pppffftttttt, di tolak. Hahahaha," celetuk Agus dengan tawanya.
"Jujur aku jadi makin penasaran sama tuh cewek," ucap Reyhan yang masih menatap punggung Keyren.
"Kalian ini benar-benar serigala tanpa menyia-nyiakan mangsa," ucap Ali. Ucapannya membuat kedua sahabatnya menatap dirinya dengan tajam.
"Emm, aku mau ke kantin dulu, laper nih," ucap Ali menghindari tatapan kedua sahabatnya. Ia pun langsung berlalu.
"Huhh dasar kadal, ayo Rey kita susul dia," ucap Agus.
Mereka pun menyusul Ali ke kantin untuk makan siang.
"Rey, ntar malam kamu ada acara kemana?"
"Nggak ada Gus,"
"Kelapangan basket yuk, lama nih nggak kesana?"
"Boleh juga."
Agus menepuk pundak Ali yang tengah memesan makanan. "Hei kadal, pesenin kita sekalian ya," ucap Agus yang langsung pergi tanpa menunggu persetujuan Ali. Ali pun hanya menggelengkan kepalanya. Reyhan tersenyum melihat Keyren yang tengah duduk sendiri. "Gus kita duduk di sana saja," ucap Reyhan sembari menunjuk ke arah Keyren.
"Mau usaha lagi nih?" ledek Agus.
"Aku harus ngobatin rasa penasaran ini sampai aku bisa dapetin tuh cewe."
"Pantang menyerah niye," ucap Ali, "nih bantuin bawa," imbuhnya sambil menyodorkan makanan dalam nampan.
"Thanks Al!" ucap Agus.
"Sama-sama. Ngomong-ngomong kita mau duduk di mana nih?" tanya Ali.
"Tuh! Reyhan ngajak kita duduk bareng sama Keyren."
"Ya udah ayo, kenapa masih berdiri di sini? Aku sudah laper," ucap Ali sembari jalan mendahului temannya. "Al Tunggu..., Kamu sama Agus duduk lain tempat lain, biar cukup aku yang duduk bareng dia," ucap Reyhan. Agus dan Ali saling menatap."Tega amat kamu Rey, belum juga jadi apa-apanya tapi udah nggak mau bagi-bagi," celetuk Agus. "Kamu yang ngajakin taruhan, jadi biar aku berusaha." "Haais, terserah kalian deh. Cacing di perutku keburu perang," ucap Ali yang langsung ambil duduk di lain kursi. Reyhan melangkah ke meja dimana Keyren tengah berada di sana.Baru saja Reyhan mau sampai, langkahnya terhenti karena sudah ada yang mendahuluinya. "Sial...! ngapain si Sasa pake acara duduk di sana segala huuh," gumam Reyhan. Iapun melanjutkan langkahnya hingga sampai di meja yang di tempati Keyren. "Hai Key!" ucap Reyhan. Ia berdiri di samping Keyren, sayang sekali meja tersebut hanya tersedia dua kursi. Keyren hanya me
Reyhan menahan langkahnya, Dimaspun berdiri dari duduknya dan menghampiri Reyhan."Rey, siapapun paman Dion dan bagaimanapun perlakuannya padamu, percayalah dia sangat peduli pada kamu." Reyhan tidak mengatakan apapun, ia melangkah pergi meninggalkan Dimas setelah mendengar ucapannya. Sedangkan Dimas menatap punggung lebar sepupunya yang berangsur menjauh darinya. Reyhan masuk kedalam mobilnya dengan perasaan kacau. Ia tau sepupunya menginginkan dirinya bangkit dan melawan. Namun Reyhan lebih takut sebuah kenyataan tentang keluarganya, kenyataan yang selalu menghantuinya dan masih ia ragukan. Reyhan mengendarai mobilnya, dengan perasaan yang masih tak menentu ia menyusul menemui kedua sahabatnya di lapangan basket. "Gus tuh si Reyhan sudah datang." Agus menoleh ke arah orang yang di tunjuk Ali. "Hmmmm, kayaknya hatinya lagi nggak bersahabat Al, liat deh mukanya kaya pantat gajah gitu." "Pppffffttt,
"Aaaaahhhhhkkkkk!" Teriak Reyhan di dalam mobilnya. Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke suatu hotel. Iapun masuk kedalam hotel dan memesan sebuah kamar. Setelah ia mendapatkan kamar yang ia inginkan Reyhan pun mengambil ponsel di saku celananya, ia melihat waktu yang menunjukkan sudah jam delapan malam.Reyhan pun segera menghubungi seseorang. "Temui aku di hotel Permata, aku butuh kamu sekarang," ucapnya pada seseorang yang ia kenal. Reyhan menunggu orang yang ia panggil untuk datang menemuinya di kamar hotel sambil menikmati sebotol bir. Hinggabeberapa saat kemudian orang yang ia tunggu pun akhirnya datang juga, dan ia segera membukakan pintu. "Rey kamu lagi ada masalah?" Tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut Reyhan langsung menarik tangan wanita yang tengah berdiri di ambang pintu kamar hotel. CUP Reyhan
Apa sebenarnya maumu? Kenapa kamu menggangguku?" "Mauku...? ini," ucap Reyhan sambil menunjukkan pipinya kearah Keyren, "ayo, satu kecupan maka akan aku berikan kembali saputanganmu ini." Keyren membuang mukanya mendengar ucapan Reyhan. "Ya sudah. Kalo begitu aku akan menyimpannya sampai kamu memberikan apa yang aku mau, bagaimana?" ucap Reyhan sambil membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi. "Kenapa kamu dengan mudah mengambil barang orang lain dan meminta sesuatu yang tak pantas kamu dapatkan?" ucap Keyren, "apa orang tuamu tidak pernah mengajarkanmu sopan santun dan cara menghargai orang lain?" imbuhnya membuat Reyhan kembali menghadapnya. Reyhan menatap Keyren dengan diam, ia kembali mendekati Keyren, tanpa sepatah katapun Reyhan menggapai tangan Keyren dan mengembalikan apa yang telah dia ambil. Namun Keyren bisa melihat raut muka Reyhan yang tak bisa di artikan, mar
Reyhan mengendarai mobilnya secara perlahan, ia menikmati pemandangan kota yang semakin sepi, ia menghentikan mobilnya tidak jauh dari restoran milik ibunya yang baru saja tutup, entah apa yang tengah ia pikirkan saat memandangi restoran yang sudah gelap itu.Reyhan kembali melanjukan mobilnya secara perlahan, namun matanya tertuju pada sebuah gang yang sepi, dan nampak ada beberapa orang di sana.***"Hai cantik kenapa malam-malam begini sendirian sih, kan dingin," ucap seorang preman."Mending sama kita biar bisa di angetin, hahahaha!" ucap kembali rekannya di barengi tawa."Tolong menyingkirlah dari jalan saya," ucap seorang gadis yang tak lain adalah Keyren.Saat ini dia tengah di kepung dua preman, namun tak terlihat rasa takut sedikitpun di wajahnya."Ckckck jangan galak-galak cantik, nanti abang cubit loh," ledek preman tersebut.Keyren berusaha menghindari tangan sal
Dion menatap pintu kamar yang sudah tertutup dan bergumam dalam hatinya, "Rey suatu saat kamu akan tau kebenarannya." Dion melangkah menuju kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat istrinya berdiri di ambang pintu kamar. "Apa yang terjadi pada Reyhan?" tanya Andini. "Apa kamu pikir anak kesayanganmu itu akan mengatakan padaku apa yang terjadi padanya," jawab Dion datar. "Dion maafkan Reyhan, semua itu karena dia tidak tau kebenarannya." "Kebenaran bahwa aku bukan ayahnya," ucap Dion ketus membuat Andini terdiam mendengar ucapannya. Dion melangkah masuk ke kamarnya melewati Andini yang berdiri di pintu. "Apa lebih baik kita memberi tau Reyhan kebenarannya?" ucap Andini menghentikan langkah Dion. Dion menoleh ke arah istrinya yang tengah menutup pintu kamar."Memberi taunya agar dia lebih membenciku dan membuat kakakmu tertawa akan kemenangannya?" "Lalu apa yang harus aku lakukan agar kalian berdua bisa akur?"
Agus dan Ali menghampiri Reyhan yang tengah menuju kelas.Dari belakang Agus langsung merangkul pundak Reyhan. "Sstttt sstttt, kayaknya ada yang hampir berhasil deketin cewe baru nih," ucap Agus pada Reyhan. Reyhan hanya menyeringai mendengar ucapan Agus. Ali dari samping Reyhan mengulurkan sesuatu pada Reyhan, "Rey ambillah ini dan ajak Keyren. Anggap saja aku memberi dukungan agar kamu bisa bersamanya," ucap Ali. Reyhan mengambil dua tiket bioskop dari tangan Ali. "Film horor?" ucap Reyhan lirih sambil menatap Ali.Ali hanya mengacungkan kedua jempolnya tanpa berkata apapun. "Eh Al, kok kamu malah bantu dia, entar kalo dia berhasil menang jadi nggak afdol dong," komplain Agus. "Aku nggak ngebantu Reyhan, aku cuma ngasih tiket film adikku yang nggak jadi nonton daripada mubasir tau." "Kenapa film horor kamu kasih ke aku buat ngajak Keyren nonton bareng? kenapa bukan film yang mengandung adegan romantis atau hot," ucap Reyhan. "F
"Aku yakin Andini masih mencintainya, bisa saja dia akan kembali pada Kevin. Ingat Dion Kevin adalah pewaris tunggal keluarga Mahesa sedangkan kamu hanya seorang gelandang yang mendapat keberuntungan, jadi siapkan dirimu sebelum kehilangan segalanya," imbuhnya. Ia pergi keluar dari ruang kerja Bram meninggalkan Dion yang masih terdiam, sedangkan Dion tidak perduli dengan Bram yang sudah hilang dari ruangannya. Pikiran Dion tengah terisi penuh dengan ucapan Bram, ia tau setiap ucapan Bram banyak benarnya, Andini masih mencintai Kevin, sedangkan dia bukanlah siapa-siapa. Tapi bukan kehilangan harta dan kembali ke kehidupannya yang dulu sebelum menikahi Andini yang ia takutkan, namu ia terlalu takut kehilangan keluarga yang ia miliki sekarang. *** Keyren dan Reyhan pun akhirnya pergi menonton sesuai perbincangan mereka tadi siang di kelas, Reyhan pikir semua akan berjalan seperti yang Ali katakan, tapi kenyataannya genre horor sama
"Al apa kamu sudah mendapat jawaban siapa yang mencelakakan orangtuaku?" "Aku sudah memaksanya untuk bicara, tapi dia malah memilih untuk menghabisi nyawanya." "Hmmmm aku rasa mulai sekarang kita harus lebih hati-hati, ada musuh yang tak kita ketahui ada di dekat kita sekarang." Reyhan yakin ada orang yang mengharapkan orangtuanya celaka, namun ia belum tau siapa dan untuk apa tujuannya. Hari pertama kerja untuk Keyren, dan juga hari pertama setelah dua tahun Reyhan tak bertemu dengannya. Keyren benar-benar tidak tau siapa sebenarnya direktur perusahaan tempat dia bekerja, yang ia tau pemiliknya bernama Gavelin Atmaja. "Hai, karyawan baru ya?" sapa seorang perempuan padanya. Keyren mengangguk untuk menjawab pertanyaan pria tersebut. "Kenalkan aku Mila," ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Keyren. "Aku Keyren." Keyren menatap keruangan direktur. "Apa bos kita selalu telat masuk kerja? aku belum melihatnya datang." "Di
Reyhan datang ke kontrakan Keyren mencoba menemuinya ia berharap Keyren mau mendengarkan penjelasannya dan memberikan kesempatan Reyhan untuk memperbaiki kesalahannya. Keyren mendengar ketokan pintu beberapa kali, namun ia hanya mengintip dari balik korden yang menutupinya jendela kontrakannya, ia melihat Reyhan yang berdiri di depan pintu, namun Keyren justru berbaring di atas ranjangnya sambil menutup telinganya dengan bantal. "Key keluarlah, aku tau kamu ada di dalam. Aku hanya ingin minta maaf dan ingin menjelaskan semuanya padamu," ucap Reyhan mencoba memanggil Keyren, namun tetap saja tidak ada Jawaban dari dalam. Reyhan pun akhirnya kembali pulang dengan rasa kecewa pada dirinya sendiri. *** "Key!" panggil Reyhan saat melihat Keyren yang berada tak jauh darinya. Semenjak pemakaman Agus, Keyren selalu menghindar dari Reyhan, bahkan di hari terakhir mereka di kampus hari ini, Keyren masih sangat acuh.
Reyhan menyeka ujung matanya lalu membasuh mukanya.Bukan karena cengeng tapi kali ini dia benar-benar merasa rapuh, ia harus melihat sahabatnya terbaring tak berdaya di saat bersamaan dengan suasana hatinya yang memilukan karena masalah keluarga dan hubungannya dengan Keyren. Jika kalian memiliki seorang sahabat yang selalu ada dalam keadaan susah senang pasti kalian bisa merasakan apa yang saat ini Reyhan rasakan.Setelah hatinya merasa sedikit tenang ia pun keluar dari kamar mandi, bersamaan saat dia membuka pintu orang tua Agus pun masuk ke ruangan tersebut. "Rey kamu masih di sini nak?" tanya ibu Agus.Reyhan tersenyum dan menjawab ibu Agus, "Iya Tante, lagian Reyhan juga nggak ada hal lain yang harus di lakukan."Ayah Agus menghampiri Reyhan dan memegang pundaknya, "Terimakasih banyak untuk semuanya ya nak Reyhan," ucapnya, "kami sudah ada di sini menemani Agus, pulang dan istirahatlah kamu juga harus menjaga kesehatanmu," imbuhnya."Baik om, R
Reyhan dan Ali melangkah perlahan mendekati seorang wanita yang tengah menangis di pelukan suaminya. "Tante bagaimana keadaan Agus?" tanya Reyhan. Wanita itu menatap teman baik anaknya, "Dia kritis karena penyakit komplikasi yang di deritanya Rey," jawabnya. "Tapi bukankah Agus hanya demam biasa," tanya Ali. Ibu Agus menggelengkan kepalanya dan membenamkan kembali wajahnya pad dada suaminya, Reyhan dan Ali menatap ke arah ayah Agus yang terlihat jelas tengah menahan buliran bening di ujung matanya. "Apa kalian tidak tau penyakit yang di deritanya?" tanya ayah Agus. "Agus tidak pernah cerita om, dia hanya bilang demam biasa kemarin," jawab Reyhan. "Itu karena dia takut kalian menjauhinya." Reyhan dan Ali saling menatap, "maksud om bagaimana?" tanya Reyhan penuh rasa kebingungan. "Agus menderita serangan jantung dan terinfeksi HIV, penyakit itu sudah lama di deritanya tapi tadi pagi dia tiba-tiba pingsan dan kami
Reyhan melihat mobil ibunya yang sudah terparkir di garasi. Ini hal yang tak biasa bagi Reyhan jam segini melihat ibunya ada di rumah. Ia masuk ke dalam dan mendapati ibunya yang duduk di sofa ruang tamu bersama mbok Darmi. "Kamu sudah pulang Rey?" ucap Andini. "Seperti yang ibu lihat," jawab Reyhan datar. Mbok Darmi langsung berpamitan dan berjalan ke arah dapur, "saya akan menyiapkan makan malam dulu ndoro, permisi," ucapnya. "Rey, mamah ingin bicara sama kamu," Reyhan melangkahkan kakinya dengan rasa malas ke arah ruang tamu, lalu duduk di sofa yang menghadap ke ibunya. "Katakanlah apa yang ingin mamah bicarakan!" "Rey, mamah ingin kamu mendengar penjelasan mamah tentang papah kamu," ucap Andini, "Dion memang bukan ayah kandungmu, tapi percayalah jika dia menyayangimu." "Jadi mamah hanya akan membicarakan masalah ini?" tanya Reyhan yang langsung di jawab anggukan oleh ibunya, "Mah..., Reyhan nggak peduli lagi, Reyhan sud
"Aku tau kamu ayah kandungku, tapi apa kamu tau jika saat ini aku sudah tidak memperdulikannya? aku tidak butuh seorang ayah yang sudah meninggalkan tanggung jawabnya," ucap Reyhan yang langsung membalikkan badannya dan melangkah ke arah mobilnya. "Tapi apa kamu juga tidak peduli dengan alasan kenapa aku melakukannya Rey, jika saja aku tetap menikahi ibumu mungkin saat ini aku tidak bisa melihat kembali orang yang aku cintai, dan tak bisa melihatmu tumbuh dewasa seperti ini," ucap Kevin mencoba membujuk Reyhan. "Simpan saja alasan konyolmu itu!"Reyhan membuka pintu mobilnya, ia masuk kedalam mobil dan langsung menyalakan mesin mobil meninggalkan Kevin, sementara Kevin hanya menghela nafasnya. Reyhan mengendarai mobilnya penuh dengan rasa gundah. Marah, benci, dan sakit terasa berkumpul semua menjadi satu dalam hatinya. Chiitttt! Suara rem yang terinjak secara dadakan, detak jantung Reyhan berdetak
"Selamat datang Dion, aku tidak menyangka kamu akhirnya mau menemuiku!" "Kamu benar-benar brengsek Kevin!" ucap Dion ketus. Kevin orang yang tak lain adalah sahabat lamanya dulu, dan kini menjadi orang yang sangat ia benci. Dia adalah pemilik perusahaan besar tersebut sekaligus ayah kandung dari anak yang ia besarkan dari kecil. "Kamu benar Dion, aku adalah pria brengsek yang melempar semua tanggung jawabku padamu, dan sekarang aku akui kesalahanku, aku akan mengambil tanggung jawabku kembali," ucap Kevin. Dion tersenyum sinis mendengar ucapan Kevin, "Sayangnya aku datang kemari untuk mengatakan padamu jika aku tidak akan membiarkan Andini dan Reyhan kembali pada manusia picik sepertimu," ucapnya. "Dengarkan aku Dion, aku akan memberikan tawaran yang bagus untukmu jika kamu melepaskan Andini. Aku akan memberikan kehidupan mewah untukmu, kamu bisa menikmati masa tuamu di Belanda sambil menjalankan bisnis yang akan aku percayakan padamu di sana, a
Reyhan menyeruput kopi yang di berikan Bram, lalu ia meletakkan cangkir kopi yang masih terlihat uap panasnya di meja."Om, jadi benar jika papah Dion bukan ayah kandungku?" tanya Reyhan dengan tatapan penuh tanda tanya. Bram menghela nafasnya lalu menatap Reyhan, "Jadi kamu sudah mengetahuinya? Dion memang bukan ayah kandungmu Rey. Seperti yang aku bilang dia hanya menikah dengan ibumu karena mengincar harta kakekmu," ucap Bram. Ia melangkah ke dekat jendela dan menatap keluar, "Dion terlalu pandai untuk berpura-pura di depan papah, sampai papah mempercayakan perusahaan padanya daripada anaknya sendiri.Tapi kamu lihat sendiri sekarang, tuhan tidak pernah tidur dan kebusukan Dion perlahan terungkap. Bahkan menjelang ajal papah tuhan akhirnya membuka mata papah agar melihat siapa sebenarnya Dion, itulah alasannya kakekmu akhirnya memberikan kepercayaannya kembali padaku," jelas Bram. "Aku tidak boleh membiarkan dia menikmati harta
"Mungkin itu lebih baik daripada memiliki orang tua yang entah mereka menganggap keberadaanmu atau tidak," ucap Reyhan. Membuat mereka kembali terdiam. "Mobilku tidak bisa masuk ke dalam gang," ucap Reyhan menghentikan mobil. " Tidak apa-apa, kontrakanku tidak jauh dari sini. Rey terimakasih sudah mengajakku menonton." "Ya. Terimakasih juga sudah mengajakku bermain. Hati-hati ya Key," ucap Reyhan. Keyren tersenyum pada Reyhan, iapun segera turun dari mobil.Reyhan terus menatap kepergian Keyren hingga bayangannya hilang di balik gang kecil.Reyhan pun kembali menyalakan mesin mobilnya, melewati jalanan yang mulai sepi perlahan iapun akhirnya sampai di rumahnya. **** "Dion kenapa kamu diam sedari tadi, apa sedang ada masalah?" tanya Andini. "Apa kamu masih mencintainya?" "Mencintainya..., siapa yang kamu maksud?" jawab Andini bingung. Dion menatap Andini dengan tajam, dari raut wajahnya yang memerah Andini