Share

BAB 79 Tak Berdaya

Penulis: Nurmelyaa_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 20:14:20

“Hai, tante apa kabar.” Gilang dengan ramahnya masuk ke warung kecil di desa tersebut.

Wanita yang disebut tante oleh Gilang itu sigap berdiri, ia melongo setelah melihat anak kecil yang dulunya sering bermain di sekitar rumahnya datang padanya.

Ia memperbaiki daster selututnya lalu berjalan mendekati Gilang. “Gilang?” tunjuknya memastikan kalau tebakannya benar.

Gilang tersenyum dan mengangguk. “Iya, tante benar. Aku Gilang.”

“Bagaimana kabar tante sekarang?” tanya Gilang lagi, ia juga melihat-lihat apa yang sedang di jula oleh wanita tua yang sudah ia anggap seperti keluarga itu.

“Baik nak, ku dengar kau sudah jadi dokter ya sekarang, kau hebat nak.” Wanita tersebut melihat Gilang begitu bangga.

Setelah lulus kuliah Gilang sudah tak pernah datang di desa ini, wajar jika wanita itu baru saja melihat Gilang lagi selama beberapa tahun.

“Aku mau beli mie, telur dan juga –“ Gilang berjalan-jalan melihat isi warung ibu tersebut. “Dan juga, susu putih ini.”

Dengan sigap wanita itu langsung
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 80 Sesuatu Yang Besar

    Hujan belum juga turun-turun, hanya suara petir sesekali yang dapat membuat jantung berdetak sedikit lebih cepat.Nicha paling takut yang namanya petir, seperti perasaan was-was, khawatir dan ketakutan. itu semua perasaan yang tak karuan.Padahal hanya lewat jendela, Nicha bisa melihat gelapnya di luar rumah. Ia masih duduk sendirian di sana dengan kucingnya yang masih tertidur dengan pulas di lantai.Nicha memeluk tubuhnya sendiri, merasa kesepian padahal ia memiliki Gilang di rumah. Semuanya percuma saja, ketika laki-laki tersebut malah mengurung dirinya di kamar tanpa memberi penjelasan yang pasti.“Aku menyukainya Tuhan. Tapi jika melihatnya terluka begini, aku tidak bisa.”Nicha berdiri dan melangkah pelan kembali ke depan kamar Gilang, ia ingin mengetuk pintu itu namun tangannya sangat berat.Gilang tak sengaja melihat jari-jari kaki Nicha yang terlihat di bawah kolom pintunya, pria yang sedang duduk di kasurnya itu hanya bisa tersenyum pahit. Ia jadi penasaran, apa yang akan pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 81 Aku Muak Dicintai Oleh Adikmu!

    Nicha dan Rangga membuka pintu persidangan. Di hari yang sangat lelah itu mereka mempertaruhkan perasaan dan juga pikiran menghadapi ahli yang menangani kasus mereka. Nicha tentu berkata sangat jujur selama persidangan, beda dengan Rangga yang hanya membalikkan fakta.Tujuan persidangan pertama tersebut adalah untuk mencari jalan keluar untuk keduanya, mencari upaya perdamaian yang mungkin bisa membuat mereka bisa kembali bersama.Tapi bagi Nicha, sudah tak ada jalan lagi. Ia hanya berpikir untuk segera mengakhiri semuanya, Nicha bersyukur meski ia takut untuk berbicara namun ada kekuatan yang mendorongannya untuk tak kalah dan tak termakan omongan Rangga.“Berjuanglah untuk kebebasanmu, aku akan selalu mendukungmu. Sedikit lagi, Nicha.”Itulah ucapan terakhir Gilang saat sebelum Nicha masuk di dalam persidangan. Pintu kemudian tertutup lagi setelah pasangan berikutnya segera masukMasih di tempat yang sama, Nicha dan Rangga saling melirik, seperti ada kebencian di mata keduanya.“Kau

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 82 Tampan

    “Dia sudah pulang.” Begitulah ucapan pertama kali Nicha saat melihat Gilang di depan rumahnya.Wanita tersebut memutuskan menunggu pria itu di depan pintu, ia tersenyum lebar saat mata mereka bertemu.“Aku tidak sabar untuk menyelesaikan semua ini lalu menikah dengannya,” batin wanita dengan penjepit rambut merah di bagian atas kepalanya membuatnya terlihat begitu manis seperti anak remaja.Pria itu hanya memakai kemeja putih tulang, setelah keluar dari rumah sakit, Gilang memutuskan untuk segera melepas jas putih kebanggaannya.Hatinya merasa gagal, padahal dia sendiri yang memilih jalan tersebut.“Kau sampai jam berapa tadi?” tanya Gilang lembut sembari mengelus kepala Nicha, itu sudah menjadi kebiasaan yang tidak boleh dilupakan oleh Gilang.“Masih agak siang, mungkin sekitaran jam tigaan,” jawab Nicha apa adanya.“Ada apa di rumah sakit, apa ada masalah?” tanyanya kemudian.Gilang menggeleng. “Tidak ada sama sekali, tadi ada rapat,” dustanya. Mau tidak mau. Gilang harus membohongi

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 83 Ikhlas Jalan Terbaik

    “Ya, ayo kita hadapi semuanya lalu menikah.”Kau tahu apa yang membuat kita sangat bahagia saat mendengar satu ucapan dari orang yang kita cintai. Yup, itu adalah menikah. Semua wanita akan sangat bahagia jika pria yang dicintainya mengajaknya untuk membinah rumah tangga yang sah.Beberapa wanita akan membayangkan hari-hari yang akan datang itu, di mana mereka membangunkan suaminya, memasak untuknya, bercanda dan melakukan hal romantis. Itu adalah hal pertama yang terlintas dibenak Nicha, wanita yang baru saja mendengar ucapan itu.Namun ia lupa, hal itu akan sangat sulit bagi mereka. Banyak rintangan yang ada di depan sana, seperti sebuah tembok yang harus mereka hancurkan.Matanya berbinar, ada satu tetes yang berada di ujung matanya. Dia tidak sedang bersedih namun ia menangis bahagia.Rasa terharu itu ada, suara lembut pria di depannya masih terngiang, betapa indahnya ajakan menikah itu.Tapi anehnya dia tak pernah merasakannya pada Rangga. Meski ia mencoba ingat perasaan itu namu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 84 Rencana Jahat

    “Dok, sudah hampir semingguan kita tidak punya pasien, apa semua baik-baik saja?”“Kita harusnya bersyukur, berarti pengobatan kita berhasil.”Pria tersebut cuma mengangguk meski masih banyak sesuatu yang janggal akhir-akhir ini. Dari kejauhan, matanya memicing, ia seperti mengenali seseorang yang berjalan menuju ke klinik.“Dok, dia datang lagi,” katanya agak memelankan suaranya.Pria yang terus dipanggil dokter itu langsung mengerti maksud asistennya. “Biarkan saja,” ucapnya.Benar saja, wanita dengan dress hitam dan juga sepatu hak tinggi itu kini sudah berada di depan mereka berdua, Fadly langsung pergi untuk keluar setelah melihat mata tajam wanita itu.Gilang kini berpura-pura sibuk seperti biasa, ia membolak-balikkan les pasien yang ada di atas mejanya.“Kau tampak sangat sibuk?”“Ya, sama seperti hari-hari lain.”Gadis itu tersenyum miring. “Aku tahu semuanya, bahkan soal kau dan kakakku yang bertengkar di rumah sakit.”Seharusnya Gilang tak usah berpura-pura bekerja itu kelih

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 85 Seseorang Yang Kuberi Nama Rumah

    “Saat kita tua nanti, aku ingin pensiun dari pekerjaanku dan mulai berkebun di belakang rumah, lalu –“ kata lelaki yang kini sedang menatap langit di waktu fajar itu. Tangannya ia jadikan sandaran untuk kepalanya, di bawah pohon besar tersebut mereka menikmati suasana alam yang tenang.“Lalu kita memelihara banyak kucing dan anak kita akan mengunjungi kita setiap hari raya,” lanjut seorang wanita di sampingnya. Rambut panjangnya yang dikuncir terbawa oleh angin, belum lagi dengan cahaya dari sela-sela dedaunan yang menyinari wajahnya. Begitu cantik.“Rumah kita akan ramai, lalu cucu-cucu kita berlari dihalaman rumah ini. Kemudian kau akan marah karena mereka menjatuhkan tanaman kesukaanmu.” Wanita itu kini melirik laki-laki yang kini sudah duduk nyaman.Keduanya saling bertatapan penuh cinta, lalu tersenyum seakan pikiran mereka sama. “Aku bukan tipe pemarah, tahu.” ucap Gilang sedikit memanyumkan bibirnya yang malah terlihat menggemaskan itu.“Tapi kalau kau sudah tua pasti akan jadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 86 Melewati Sekolah

    “Dia Kenapa bisa ada di sini?” Ucap pria yang masih berdiri di tempatnya.Ia masih mencerna semua kejadian tersebut dan masih bingung mengapa perempuan itu bisa tahu rumahnya.“Dia sudah pernah datang ke sini beberapa waktu lalu.”Gilang kaget ia segera mendekati Nicha lalu mengatakan. “Kau serius, kenapa kau tidak memberitahuku, apa yang dia katakan?”Nicha terdiam, ia sebenarnya ingin melupakan ucapan pedas wanita tersebut namun –“Dia menyuruhku pergi.”“Benarkah, tapi setelah itu kau –“ Gilang tiba-tiba tidak melanjutkan ucapannya, ia jadi ingat hari di mana sikap Nicha berbeda. “Apa hari itu saat kau selalu diam?”“Maaf karena tak memberitahumu, aku hanya ingin berpikir dan juga mengambil langkah yang mungkin bisa menjadi jalan terbaik, tapi aku memang payah.”Gilang terdiam, ia menarik tubuh Nicha dan memelukya di bawah pohon itu. “Tak apa, jangan dengar ucapan orang lain.” Nicha membalas pelukan pria itu juga. “Ya, mulai sekarang aku tak akan mendengar siapapun lagi, hanya kau.”

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 87 Hari Di mana Kejadian Itu

    Gadis itu terdiam dengan mulut menganga ketika apa yang tidak pernah terpikirkan olehnya terjadi di depan matanya.Baru beberapa menit yang lalu, Adnan laki-laki berusia 14 tahun dengan seragam sekolah lengkap menyatakan perasaan padanya sepulang sekolah, tangannya berkeringat dingin, otaknya masih memproses apa yang sebenarnya telah terjadi.Illeana Hanicha, gadis yang seusia dengan Adnan itu tak mau mempercayai jika laki-laki itu telah meninggal beberapa detik yang lalu karena sebuah kecelakaan. Ah bukan, namun karena kesengajaan. Dia memang menolak Adnan secara kasar dan mentah-mentah karena dia memang tak mempunyai perasaan apapun terhadap laki-laki itu.Tapi dia hanya tak menyangka saja dengan apa yang di lakukan laki-laki itu di luar kewarasan, apa dia bodoh? Siapa yang harus di salahkan atas ini semua?yang hanya ada di pikirannya adalah bukan dia orang yang menyebabkan kematian laki-laki muda itu.Cinta memang indah, namun cinta juga dapat membuat luka ketika cinta itu tak ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14

Bab terbaru

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 100 Terima Kasih

    “Dahlia, mungkin itu bunga yang bisa melambangkan kisah tentang kita…kau tahu apa maknanya? Dia lambang ikatan dan komitmen, dia adalah anugerah dan juga perubahan hidup yang positif. Jika ada kata yang lebih dari terima kasih, aku akan mengucapkannya…”~Ileanna Hanicha ****Pada matahari yang memancarkan sinarnya, ia ingin berterima kasih. Ia membulatkan tekadnya untuk keluar dari kegelapan yang menyelimuti kalbunya, melangkah demi melangkah hingga mendapat titik terang dari hidupnya.Semua perubahan itu terbayar sudah, di sini dia sekarang. Nicha, memasang raut wajah tersenyum melihat dua orang yang telah menjadi kekuatannya selama ini.“Papa, susunannya tidak seperti itu!”Mainan lego itu yang awal mulanya berbentuk sebuah robot seketika hancur, Nicha akui suaminya tidak pandai untuk merangkai atau menyusun lego seperti di petunjuk gambar, keributan terus terjadi hingga anak laki-laki yang berumur delapan tahun itu berdiri.“Aku tak mau main sama papa lagi, aku mau main sama Cinta

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 99 Seseorang Yang Menyatukan

    Mata besar wanita itu hanya memandang satu orang dari banyaknya orang disekitar sana, ibarat dari semua kegelapan malam, hanya ada satu objek yang bersinar. Matanya tak bisa berpaling, punggungnya yang tadinya bersandar di tembok kini berdiri tegap. Sedangkan laki-laki itu masih berjalan ke arahnya, membelah lautan manusia, seperti dialah pemeran utamanya.Malam ini, dia memang adalah pemeran utama, bisa dilihat dari tampilannya yang sangat berbeda dari orang-orang. Wanita itu tak pernah melihatnya memakai setelan jas hitam dengan dasi berwarna merah.“Tampan,” gumamnya tanpa sadar.Entah sejak kapan lelaki itu sudah ada di depannya, memberinya segelas minuman.“Kau menunggu siapa?” tanya pria itu.“Orang tuaku, katanya mereka akan datang. Lalu kau, kenapa bisa ada di sini?” tanya wanita itu balik.Pria itu tersenyum. “Aku ada urusan dengan seseorang,” jawabnya.Wanita itu mengangguk. Matanya kembali melihat-lihat orang-orang yang sedang berpesta. “Kata ibu, ini pesta teman ayah, tapi

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 98 Restu Orang Tua

    Waktu demi waktu terus berjalan, Gilang mungkin sudah duduk tiga jam di café tersebut, ia melirik jam dinding besar yang terletak di atas jendela besar menghadap jalan itu, rupanya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak. Tapi hampir jam sepuluh itu artinya café akan tutup dua jam lagi.Tak ada satupun pikiran bahwa ayah Nicha tidak akan datang atau lupa, tapi Gilang malah berpikir bahwa ayah Nicha sedang mempermainkannya atau mencoba melihat keseriusannya, sampai kapan ia akan bertahan ditengah orang-orang yang mulai meninggalkan tempat itu.Dengan coat berwarna cokelat yang ia kenakan, Gilang menghela napas mencoba sabar untuk menunggu, jika benar ayah Nicha Cuma mempermainkannya, tak apa. Ia akan coba dilain hari.Gilang mengaduk kopi panas yang sudah dingin dan setengah dari gelasnya itu. Sungguh bosan hingga ia rasanya ingin memejamkan mata.Suara rintik hujan terdengar di atasnya, mencoba menyadarkan dirinya kalau janji ayah Nicha hanyalah kebohongan belaka. Mana ada orang

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 97 Aku Hanya Mau Dengannya

    Wanita dengan baju tidur bermotif kotak-kotak hijau itu menutup segera jendelanya, matanya masih menatap sosok laki-laki yang baru saja pergi setelah diberi nasihat oleh ibunya.Matanya memancarkan kesedihan, ada rasa khawatir yang juga tersinggap dipikirannya, bagaimana kelanjutan hubungan mereka saat ini.Ia menghela napas berat lalu menutup gordennya, dengan lesuh Nicha segera berbaring di kasurnya berusaha memejamkan matanya ditengah lampu yang bersinar terang, pantaslah ia tak bisa tidur, meski ia mencoba memutup mata namun cahaya lampu itu seakan bisa menembus kelopak matanya.Samar – samar, ia dapat melihat hari-hari lama yang telah ia lalui namun ini lebih ke suasana rumah kediaman orang tua Gilang, betapa indahnya hari itu. Apalagi setelah ia menyadari jika perasaannya mulai tumpuh positif menjadi cinta yang sekarang telah menjadi luar biasa.‘Apa aku harus berbicara dengan ayah, besok?’‘Jika aku terus seperti ini maka, aku tidak akan bisa menikah dengan Gilang!’Demikianlah

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 96 Kamar

    “Jika ibu perhatikan, kau belakangan ini sudah mulai memasak di dapur dan masakanmu enak menurut ibu,” puji ibu Hesti.Nicha yang sedang memotong kentang itu tersenyum. “Benarkah bu, itu Gilang yang ajar.”Ibunya mengangguk. “Gilang bisa memasak juga? dia pria hebat.” Nicha mengangkat alisnya lalu kembali tersenyum.“Ya, bu. Dia memang pria serba bisa, dia bisa memasak, bisa melukis, bisa berbicara depan umum, bisa –“ ucapannya terhenti setelah ayahnya lewat dan meliriknya tajam.“Ah.. ya begitulah bu,” lanjutnya kaku dan kembali melanjutkan kegiatannya.Waktu terus berjalan tapi ayahnya masih tidak suka jika nama Gilang disebut di rumah itu, Nicha memanyumkan bibirnya, lagian Gilang tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa ayahnya begitu sensitif pada pria tersebut.Harusnya ayahnya berterima kasih, tapi Nicha sangat mengenal ayahnya. Pria tua itu memang angkuh, jika sekali ada orang lain yang dia tidak suka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk mengambil hati ayahnya lagi.

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 95 Cinta Yang Tak Bisa Diungkap

    “Kenapa kau sampai melakukan hal sejauh itu, Rangga?”Rangga mengacak rambutnya frustasi. “Aku tidak berniat untuk menembak Zia, percayalah padaku, aku hanya ingin membunuh Gilang!” jujurnya.“Dengan entengnya kau bilang hanya membunuh Gilang?”“Jika tidak ada dia dari awal mungkin semuanya akan berjalan baik.”“Berjalan baik? kau itu sungguh jahat, Rangga!”“Semuanya berawal dari kau, bukan?”Nicha mengangguk pelan, ia masih menatap Rangga dengan kekecewaan. Polisi masih mengawal mereka berdua di belakang sana. Hari ini, Nicha menjenguk Rangga hanya ingin memastikan semuanya.“Sejujurnya target sebenarnya adalah kau namun ditengah jalan rencana tersebut, aku menyadari ada yang tidak beres dengan hatiku, aku dendam namun terus memikirkanmu, aku terlambat menyadarinya kalau perasaanku tumbuh terhadapmu. Sungguh.”Rangga menatap seduh wajah wanita yang ada di depannya tersebut.Nicha membuang mukanya, tak sudi mendengar ucapan menjijikkan dari Rangga.“Kita sudah berakhir,” ketusnya.Ra

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 94 Tetesan Air Mata

    “Maaf, aku tidak melihat teleponmu,” ujar Gilang sembari menangis.Ditatapnya Zia yang begitu kasihan, matanya yang mulai gelas, suhu tubuhnya yang juga mulai dingin belum lagi darah masih jatuh bercucuran di dadanya.Zia menggeleng. “Tak apa, yang penting kau selamat, aku bersyukur,” ujar Zia.Wanita itu bersyukur melihat Gilang masih hidup dan tidak terluka sedikit pun, itu mungkin adalah tujuan akhirnya.Ia tidak menyesal sama sekali telah berkorban dengan nyawanya untuk pria yang dicintainya, meski cintainya tak akan pernah terbalaskan namun ia legah kalau pria itu bersama wanita yang dipercayakannya.Meski dulu Zia membenci Nicha, tapi ia sadar jika hanya Nicha tempat bahagia untuk Gilang. Zia percaya kedepannya bahwa hanya Nicha lah yang dapat membuat hidup Gilang bahagia, nyaman dan damai.Zia rela jika Nicha menjadi wanita sandaran Gilang disaat pria tersebut lelah, Zia rela jika Nicha menjadi tempat ternyaman untuk Gilang pulang, dan Zia rela jika Nicha suatu hari melahirkan

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 93 Tubuh Dingin Zia

    BAB 93“Aku ingin meresmikan hari ini.”Nicha mengedipkan kedua matanya lalu natap Gilang dalam. “Hah, apa maksudmu?” tanyanya tak paham.otaknya belum bisa mencerna apa perkataan lelaki itu. “Bisakah kau tinggal sebentar saja di sini, nanti aku akan mengantarmu pulang jam sepuluh?” tanyanya balik.Nicha mengangguk. “Ya, tentu. Tapi apa maksudmu meresmikan?”Gilang tersenyum. Ia perlahan memegang tangan Nicha dengan lembut. “Menurutku selama ini hubungan kita tak pernah resmi, aku tidak bisa mengatakan kau milikku jika Rangga masih berstatus sebagai suamimu, namun mulai hari ini juga, kau akhirnya menjadi seorang wanita yang sendiri lagi, aku legah dan tentunya bahagia. Jadi –“Nicha memperhatikan bicara Gilang dengan seksama. “Jadi?” katanya.“Jadi, emmm.” Gilang melepas kedua tangannya lalu merogoh saku celana hitamnya.Dengan jantung yang berdebar kencang, Nicha menunggu Gilang mengambil sesuatu tersebut.Matanya membulat sempurna ketika ia melihat kotak berbentuk hati berwarna mer

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 92 Gelapnya Malam Itu

    Perceraian itu hal yang paling dibenci oleh Tuhan.Ada seseorang yang singgah hanya menjadi ujian bagi kita, tapi ada juga seseorang yang benar-benar ingin menetap dihati kita, itulah yang namanya jodoh.Seberapa jauhnya dan lamanya waktu itu, kita akan tetap bertemu dengannya kembali jika memang ia adalah jodoh terbaik untuk kita.Itulah yang Nicha pahami.Bahwa ia kini sedang dihadapkan dua pilihan. Antara bertahan dengan yang lama tapi menderita atau akhiri semuanya dan menjalani hidup baru bersama orang baru yang selama ini telah ada selalu bersamanya.Tentu semuanya pasti tahu jawabannya, ‘kan?Hari itu tepat selesainya sidang perceraian Nicha dan Rangga. Tak ada persidangan lagi, karena ini telah berakhir. Rangga kalah.Pak Faris hari itu tidak datang ke persidangan, laki-laki tua tersebut memilih tidak bertemu dengan Rangga, bahkan ia telah menyiapkan kejutan dihari Rangga akan kembali bekerja.Ya. Itu adalah surat pemecatannya.Rangga sungguh geram, marah dan merasa dipermaink

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status