Home / Romansa / Cinta Untuk Sang Pendosa / BAB 6 Pertemuan Tak Disangka

Share

BAB 6 Pertemuan Tak Disangka

Author: Nurmelyaa_
last update Last Updated: 2023-01-25 15:48:43

12 Tahun kemudian.

Seorang wanita masih terduduk di bangku dengan kepala yang sengaja ia sandarkan di meja. Matanya terus memerhatikan kalender yang tergantung di dinding, pikirannya berfokus pada tahun di kalender tersebut.

“2021 tidak terasa begitu cepatnya ya.”

Di bulan Oktober nanti, umurnya akan bertambah lagi. Namun, pencapaian di hidupnya belum ada sama sekali.

Sudah 4 tahun ia menganggur karena takut bertemu dengan banyak orang di luaran sana.

Suara ketukan pintu tiba-tiba saja mengagetkannya. Ia dengan cepat berlari ke kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut sebelum ibunya membuka pintu dengan seenaknya.

“Nicha?” panggil wanita tua itu setelah membuka pintu.

Ibunya memerhatikan Nicha di balik selimut tersebut. “Kau tidur lagi ya?”

“Bagaimana caranya kau punya masa depan jika tidur terus Nicha! Bahkan ayah ragu menikahkanmu kalau sikapmu seperti itu,” ketus ayahnya yang ternyata ikut masuk kedalam kamar Nicha.

Akhirnya setelah merantau, keluarga itu pulang ke kota asal mereka yaitu Yogyakarta. Masih banyak barang yang perlu dibereskan termasuk kamar Nicha yang sungguh berantakan.

“Bangunkan anak itu dan suruh bereskan kamarnya,” suruh ayahnya sebelum keluar dari kamar pengap itu.

“Sayang, kau jangan terlalu keras padanya, bagaimana anak kita bisa sembuh jika kau terus menekannya,” kata ibu Nicha yang tidak dihiraukan.

Wanita tua tersebut hanya bisa mengelus dada melihat kerasnya suaminya. 

Sedangkan Nicha terus berpura-pura untuk tidur. Selama kasus kematian Adnan, Nicha berubah secara drastis.

Setelah mereka pindah ke Bandung, Nicha tidak bergaul dengan siapapun lagi, Nicha menjadi anak yang pendiam dan tertutup bahkan sampai kuliah pun Nicha tetap mengurung dirinya.

Tahun ini resmi 4 tahun ia lulus kuliah dan wanita itu tidak kerja sama sekali.  Ia hanya tinggal di rumah dan sering sekali mengurung diri di kamarnya.

Sepertinya penyakitnya makin parah saja setelah ia dewasa. Siapa sangka Nicha harus terus ke psikiater setelah kematian Adnan.

Nicha mengalami gangguan kecemasan yang sangat parah. Wanita itu sering sekali cemas, merasa takut, khawatir dan juga cepat sekali emosi jika dia bertemu dengan orang lain.

Bahkan Nicha juga tidak percaya diri seperti dulu lagi dan juga tidak pernah membully seperti hari itu. Mungkin ini cara Tuhan untuk menyadarkan Nicha.

Setelah memastikan ibunya sudah pergi. Nicha membuka kembali selimut yang menutup tubuh rampingnya.

“Menikah! Aku saja sudah yakin kalau tidak akan ada yang mau menikahi pembunuh seperti diriku ini,” gerutu Nicha.

Nicha memerhatikan kamarnya lalu ia bergerak membersihkannya sendiri. Selama membersihkan itu ia terus saja mengoceh dan berbicara sendiri seperti orang gila. Ia mulai lelah dengan semua ini.

***

“Pokoknya aku tidak ingin ke psikiater lagi, aku lelah bu!” kesal Nicha setelah mendengar ibunya ternyata baru saja menelepon seorang psikiater yang ada di Kota Yogyakarta ini.

“Aku lelah minum obat! Aku lelah dikira gila!” teriak Nicha hingga menggema di ruang tamu tersebut.

“Ibu tidak pernah menganggapmu gila. Ibu hanya ingin kau sembuh dan bisa seperti gadis-gadis di luar sana. Ibu ingin kau normal Nicha!” Ibunya juga tak ingin kalah.

“Normal?” Nicha menatap ibunya tidak habis pikir.

“Kau tahu Nicha, apa yang membuatmu tidak sembuh? Itu semua karena niatmu untuk sembuh tidak ada! Kau hanya meminum obat tapi kau tidak pernah mencoba untuk bangkit dalam keterpurukanmu!” 

Nicha terdiam. Selama bertahun-tahun ia hanya sendiri dan bergantung pada orang tuanya. Ia terlalu takut pada orang lain kecuali psikiaternya yang dulu di Bandung. Sekarang ia harus bertemu dengan psikiater baru di Yogyakarta dan itu membuatnya sangat terbebani dan cemas.

“Pokoknya aku tidak ingin lagi ke psikiater!” katanya penuh tekanan setelah perkelahiannya dengan ibunya. Nicha ingin kembali masuk kamar, namun perkataan ayahnya membuatnya berhenti.

“Ayah akan menikahkanmu jika kau tidak mau ke psikiater.”

Nicha mengepalkan tangannya. Ia muak dengan ancaman ayahnya. “Memangnya siapa yang mau dengan orang sepertiku?” tanyanya.

Pria tua itu menyimpan sepatunya lalu memberikan tas kepada istrinya. Ia baru saja pulang dari kantor tapi sudah mendapati istri dan anaknya bertengkar seperti ini. Ia tertawa miring. “Kau itu anak ayah. Banyak sekali yang mengantri untuk mendapatkanmu,” jawabnya penuh percaya diri.

“Jika menikahiku untuk harta ayah, tentu banyak sekali yang mau. Namun, saat mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau, pasti mereka akan pergi jauh dengan harta itu. Ayah mau itu semua terjadi?” tanya Nicha yang kini berani menatap ayahnya.

Ayahnya terdiam. “Mana mungkin, ada yang mau menerima keadaanku,” lanjut Nicha.

“Kau tidak kekurangan anggota badan apapun Nicha, kenapa kau sering mengatakan hal seperti itu?” Wanita tua itu tampak frustasi ketika anaknya terus saja mengatakan hal seperti itu.

“Pokoknya aku tidak ingin menikah dan juga tidak ingin ke psikiater lagi. TITIK!” Nicha berlari dan menutup pintu kamarnya dengan cukup keras membuat kedua orang tuanya hanya bisa geleng-geleng kepala.

Ayah Nicha mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

***

Gilang menutup telepon. Ia segera berdiri dan mengambil jas putihnya, bergegas menuju rumah seseorang yang tadi menelepon dirinya.

Seorang wanita berambut ikal panjang masih memperhatikan dirinya. “Kak Gilang sepertinya buru-buru, mau ke mana?” tanyanya lembut.

“Ada urusan pekerjaan,” jawab Gilang seadanya.

Wanita bernama lengkap Freezia itu hanya menghela napasnya panjang. Setiap ia ke rumah pria itu pasti Gilang selalu saja menghilang dengan alasan ada urusan pekerjaan. Ternyata mengejar laki-laki sedingin es sangat tidak mudah dan sungguh melelahkan.

“Kenapa diam saja? Kau ingin tinggal di sini?” tanya Gilang.

Zia terpaksa berdiri dan mengambil tasnya. “Tapi antar aku pulang ya?” Wanita cantik itu pun berjalan dan menggandeng tangan Gilang.

Gilang mengerutkan alisnya setelah apa yang dilakukan Zia padanya. Pria itu mencoba menjauhkan tangannya kembali dari Zia. “Baiklah.” Gilang pikir mungkin tidak apa mengantar wanita itu ke rumahnya. Toh, rumah Zia dan rumah kliennya satu arah. Ia pun berjalan mendahului Zia.

Sedangkan Zia, memutar bola matanya karena lagi-lagi gagal hanya untuk menyentuh tangan pria kutub utara itu.

***

Nicha kembali menyendiri di kamarnya setelah pertengkaran dengan kedua orang tuanya. Malam ini ia tidak ingin bertemu dengan siapapun, termasuk kedua orang tuanya yang menyebalkan itu.

Ia bingung harus bagaimana. Disisi lain ia sangat ingin kerja dan di sisi lain ia sangat takut. Tidak ada orang yang mengerti keadaannya, bahkan beberapa keluarganya menganggap dirinya berlebihan.

Tidak akan ada orang yang paham sebelum orang tersebut juga ada di posisi Nicha sekarang. Semua orang hanya meremehkan dirinya.

Bahkan ia tidak punya satupun teman di dunia ini. Tidak seperti hari itu, saat semua masih baik-baik saja.

“Nicha keluarlah!” Suara besar ayahnya terdengar kembali entah sudah beberapa kali.

“Kalau kau tidak ingin keluar! Ayah dobrak pintu ini!” 

“Nicha! Ada yang ingin bertemu denganmu, cepat keluar!”

Nicha spontan menutup telinganya setelah pintu kamarnya didobrak oleh ayahnya. Gadis itu melihat pintu tersebut rusak bersamaan dengan itu ayah dan ibunya masuk ke dalam kamarnya.

Nicha takut. Ia segera menutup dirinya dengan selimut.

“Ada baiknya Anda tidak usah terlalu keras padanya pak.” Mendengar suara asing itu, Nicha jadi tahu jika ayahnya atau ibunya ingin mempertemukan dirinya dengan calon suami atau mungkin psikiater baru untuknya.

“Kalau tidak begitu, dia tidak akan buka pintu,” jawab ayahnya.

Nicha menutup matanya setelah menyadari selimutnya akan dibuka. Tapi sepertinya hari ini tidak berpihak kepadanya ketika selimut tersebut berhasil dibuka.

“Sekarang sudah tidak apa-apa, ayo buka matamu.”

Hanya satu orang mungkin tidak apa-apa. Tapi Nicha sebenarnya malu karena perlakuan ayahnya.

“Aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji.”

Setelah mendengar hal itu Nicha membuka mata. Di depannya berdiri pria berjas putih dan Nicha tahu siapa pria itu. Tapi mengapa dia ada di sini? Apakah dia calon suaminya ataukah dia seorang psikiater.

“Gilang?”

Related chapters

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 7 Aku Yang Menyedihkan

    “Gilang.” Mata gadis itu berbinar. Sepertinya doanya 12 tahun lalu telah dikabulkan hari ini, dia tidak menyangka akan bertemu dengan Gilang lagi. “Nicha. Jadi itu benar kau?” Suara itu agak beda dari beberapa tahun lalu. Itu karena Gilang telah tumbuh dewasa, suaranya terdengar agak berat. Apakah benar, di depannya itu adalah Gilang teman SMP-nya dahulu.Secara perlahan, Nicha mencoba memastikan apakah ia tidak sedang mengkhayal. Dilihatnya lagi, iris mata laki-laki itu berwarna cokelat, rambutnya pendek hitam dan dahinya dibiarkan terlihat. Wajah laki-laki itu masih sama meski sekarang terlihat lebih dewasa.Sedangkan Gilang yang juga sebenarnya kaget mencoba untuk menutupi hal itu. Dia kaget bukan karena bertemu dengan Nicha secara tiba-tiba. Namun, itu semua karena ia tidak menyangka jika Nicha terlihat sangat menyedihkan. Rambut panjang yang berantakan, wajah pucat dan juga badan yang sangat kurus.Nicha jujur. Ini bukan waktu yang tepat bertemu dengan Gilang jika melihat keadaa

    Last Updated : 2023-03-16
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 8 Bagaimana Sebenarnya Aku

    “Apa yang membuat bapak ingin berubah?”Pria dengan rambut panjang yang diikat ke belakang tersebut sontak menatap Gilang. Bapak itu terdiam namun matanya berkaca-kaca, dengan wajah penuh penyesalan ia menjawab. “Keluarga. seperti yang dokter ketahui, aku adalah pria yang bodoh, aku sudah terlalu banyak menyusahkan istri dan anakku. Aku ingin bebas dari obat-obatan terlarang. Aku ingin taubat pada Tuhan.”Gilang tersenyum tipis. “Aku suka semangatmu pak.”“Terima kasih. Lalu bagaimana selanjutnya dok?” Gilang menyandarkan punggungnya di kursi andalannya. “Karena bapak sudah konsultasi, langkah selanjutnya adalah Detoksifikasi. Sebenarnya banyak langkah yang harus dilakukan jadi kita harus pelan dan melakukannya secara bertahap.” jelas Gilang dan diangguki oleh bapak tersebut.“Di sini pengguna harus 100% berhenti menggunakan obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit. Disamping itu bapak akan merasa tertek

    Last Updated : 2023-03-20
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 9 Cinta Gadis Yang Tergila-gila

    “Nicha ku pikir kau tahu bagaimana sebenarnya aku. Apakah aku harus mengulang perkataanku 12 tahun lalu?”Nicha terdiam lama setelah ucapan Gilang yang terasa mengintimidasinya. Memang mereka hanya bersama beberapa hari waktu itu. Namun, Nicha sudah menyimpulkan bahwa Gilang adalah seorang pria yang akan menyelesaikan semuanya meski menempuh jalan apapun. Ya, itulah Gilang menurut Nicha pribadi.Meski samar-samar. Namun, Nicha tetap bisa mendengarkan suara kecil Gilang yang mengatakan bahwa dia tidak akan melepaskan Nicha hingga masalah ini selesai. “Kenapa kau terdiam?” Suara dari telepon itu membuyarkan lamunannya.“Sudahlah Gilang. Seharusnya kau tak usah mencampuri urusanku lagi, aku pikir semuanya sudah selesai saat itu. Bukan?”“Ya. Aku juga menganggapnya begitu. Tapi, tampak setelah kita bertemu kemarin aku rasa masalah itu belum selesai,” ucap Gilang seperti menekankan sesuatu.“Apa maksudmu? Nyatanya itu semua sudah selesai Gilang!” Nicha agak membesarkan suaranya.“Nicha! S

    Last Updated : 2023-03-27
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 10 Tempat Ternyaman

    “Bisakah aku memilikimu?”Setangkai bunga Lilac tidak akan pernah dilirik oleh seorang pria yang menyukai bunga Daisy. Sebesar apapun Lilac yang tumbuh akan tetap kalah dengan bunga Daisy yang hanya tumbuh kecil seukuran rumput di padang.Bagaimana pun mencoloknya warna Lilac ungu itu, akan tetap tak terlihat di tengah hamparan Daisy yang menyebar seperti ombak.Sama seperti seorang wanita. Secantik apapun dirinya, dia akan tetap kalah dengan yang membuat pria itu jatuh cinta duluan.“Aku sangat mengenal Gilang, Zia! Dia itu orang yang sangat jujur dan serius, jika dia mengatakan sesuatu padamu. Dia tidak akan pernah mengubahnya lagi, kau harus tahu itu!Zia ingat sekali apa yang sahabat Gilang katakan padanya tempo hari.Wanita berambut ikal itu segera melepaskan tangan Gilang yang masih menahan dirinya agar tidak jatuh. Mata besarnya juga langsung menghindari tatapan Gilang.“Kalau begitu, aku permisi ya.”“Kenapa cepat sekali?” Zia berdiri. “Aku harus mengurus sesuatu di butik,” u

    Last Updated : 2023-04-02
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 11 Tidak Tertarik Soal Percintaan

    Nicha meletakkan kartu nama yang baru saja diberikan Gilang padanya di atas meja bagian ruang tamu.“Sudah kuduga ini tidak akan mudah,” gumamnya. Sekian banyaknya dokter di kota ini, mengapa ia harus berobat dengan Gilang. Sejauh ini, ia belum bertemu lagi dengan teman sekolah lainnya. Nicha berharap, semoga tidak ada lagi orang yang mengenal dirinya.Melihat teman-temannya sukses membuatnya iri. Padahal dulu, ia termasuk yang disegani oleh mereka, meski kenyataannya hari ini telah berubah total.Ibu Hesti segera mengambil kartu nama tersebut dan membacanya. “Ternyata tempat kerja dokter Gilang dekat dengan perusahaan ayahmu. Ibu baru menyadarinya.”Nicha melirik ibunya sebentar. “Apa pentingnya?” ketus Nicha.“Pentinglah! Setelah selesai berobat di Klinik, kita bisa langsung ke perusahaan ayahmu,” jelas Ibu Hesti.Nicha berkacak pinggang menghadap ibunya. “Lagian, dari mana sih ibu bisa menghubungi orang keras kepala itu? Ibu tidak tahu betapa tertekannya aku menghadapinya!” ketus N

    Last Updated : 2023-04-06
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 12 Gadis itu adalah Nicha!

    Nicha menengok ibunya yang begitu sibuk di dalam dapur. Sudah lama sekali ia tidak membantu wanita tua itu untuk memasak, padahal umur Nicha sekarang sudah seharusnya tahu soal pekerjaan rumah.Marah terlalu lama tidak akan ada gunanya. Dengan langkah pelannya ia menghampiri ibunya. “Sepertinya makanan hari ini cukup istimewa,” ujarnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan sang ibu.Ibu Hesti berbalik. “Ya. Begitulah nak, ada orang istimewa yang akan datang malam ini.” Ia kembali memotong tomat lalu ia tumis bersama dengan bawang merah.“Siapa itu? Apa aku mengenalnya?” Nicha penasaran.“Emm. Mungkin tidak,” kata ibu Hesti yang masih sibuk mengaduk tumisan sayurnya.“Syukurlah. Kalau begitu, biar aku yang memasak sayur ini.” Nicha mengambil ahli pekerjaan ibu Hesti dengan senang.Ibu Hesti tersenyum tipis melihat semangat anaknya. Ia merasa legah, jika hari ini Nicha menjalani hidupnya dengan menyenangkan tidak seperti hari-hari lainnya.“Kalau begitu, ibu akan buat

    Last Updated : 2023-04-12
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 13 Arti Namamu

    Sudah beberapa menit Nicha berada di dalam kamar mandi. Gadis itu berdiri di depan cermin sambil memperhatikan dirinya sendiri. “Kenapa malam ini harus terjadi, sial.”Padahal ia hanya menghadapi satu orang, itu pun Rangga tidak membawa kedua orang tuanya. “Tidak apa Nicha, semuanya akan berlalu beberapa menit lagi. Bertahanlah.” Dengan wajah yakinnya ia kembali bergabung dengan orang tua dan juga Rangga di meja makan.Tidak banyak bicara. Nicha akhirnya selesai makan duluan, lalu disusul oleh Rangga. Melihat waktu yang tepat tersebut, Pak Faris pun menyuruh mereka untuk keluar sebentar untuk mencari udara segar.Dengan terpaksa, Nicha menuruti kemauan ayahnya. Rumah Nicha agak jauh dari tetangga paling dekatnya. Itu membuat rumah tersebut agak sepi jika di malam hari. Tapi, itu tidak jadi masalah untuk Nicha, ia malah suka jika jauh dari pemukiman.Udara dingin malam itu membuat Nicha memeluk lengannya sendiri. “Sepertinya keluar rumah adalah ide buruk, ya?” kata Rangga memecah kehe

    Last Updated : 2023-04-14
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 14 Senior Menyebalkan

    “Aku benci mengatakan ini padamu. Tapi aku memanggilmu ke rumah sakit karena ada beberapa masalah.”Gilang yang hanya memakai kemeja hitam itu, kini mulai menatap seniornya dengan serius. Punggungnya yang semula bersandar di kursi mulai tegak lurus ke arah si lawan bicara. “Memangnya ada masalah apa?” tanyanya penasaran. Gilang merasa tidak melakukan kesalahan apapun.“Bukan soal pekerjaan,” jawab lelaki yang juga bergelar dokter itu.“Lalu soal apa?” tanya Gilang lagi.Pria tersebut menghela napas sebelum menjawab. “Tentang adikku Zia, Beberapa hari yang lalu ia pulang dengan cemberut setelah bertemu denganmu. Gilang, tidak bisakah kau berbaik hati sedikit saja dengannya?”Gilang tidak paham arah pembicaraan. “Maksudnya? Kemarin dia baik-baik saja. Aku bahkan makan dengannya,” heran Gilang namun berbicara pelan.Seingatnya. Zia tidak bersikap aneh kemarin, mereka bahkan makan dan duduk berdekatan. Cuma, Zia segera berpamitan setelah ia mengatakan ada pekerjaan yang harus dikerjaka

    Last Updated : 2023-04-18

Latest chapter

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 100 Terima Kasih

    “Dahlia, mungkin itu bunga yang bisa melambangkan kisah tentang kita…kau tahu apa maknanya? Dia lambang ikatan dan komitmen, dia adalah anugerah dan juga perubahan hidup yang positif. Jika ada kata yang lebih dari terima kasih, aku akan mengucapkannya…”~Ileanna Hanicha ****Pada matahari yang memancarkan sinarnya, ia ingin berterima kasih. Ia membulatkan tekadnya untuk keluar dari kegelapan yang menyelimuti kalbunya, melangkah demi melangkah hingga mendapat titik terang dari hidupnya.Semua perubahan itu terbayar sudah, di sini dia sekarang. Nicha, memasang raut wajah tersenyum melihat dua orang yang telah menjadi kekuatannya selama ini.“Papa, susunannya tidak seperti itu!”Mainan lego itu yang awal mulanya berbentuk sebuah robot seketika hancur, Nicha akui suaminya tidak pandai untuk merangkai atau menyusun lego seperti di petunjuk gambar, keributan terus terjadi hingga anak laki-laki yang berumur delapan tahun itu berdiri.“Aku tak mau main sama papa lagi, aku mau main sama Cinta

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 99 Seseorang Yang Menyatukan

    Mata besar wanita itu hanya memandang satu orang dari banyaknya orang disekitar sana, ibarat dari semua kegelapan malam, hanya ada satu objek yang bersinar. Matanya tak bisa berpaling, punggungnya yang tadinya bersandar di tembok kini berdiri tegap. Sedangkan laki-laki itu masih berjalan ke arahnya, membelah lautan manusia, seperti dialah pemeran utamanya.Malam ini, dia memang adalah pemeran utama, bisa dilihat dari tampilannya yang sangat berbeda dari orang-orang. Wanita itu tak pernah melihatnya memakai setelan jas hitam dengan dasi berwarna merah.“Tampan,” gumamnya tanpa sadar.Entah sejak kapan lelaki itu sudah ada di depannya, memberinya segelas minuman.“Kau menunggu siapa?” tanya pria itu.“Orang tuaku, katanya mereka akan datang. Lalu kau, kenapa bisa ada di sini?” tanya wanita itu balik.Pria itu tersenyum. “Aku ada urusan dengan seseorang,” jawabnya.Wanita itu mengangguk. Matanya kembali melihat-lihat orang-orang yang sedang berpesta. “Kata ibu, ini pesta teman ayah, tapi

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 98 Restu Orang Tua

    Waktu demi waktu terus berjalan, Gilang mungkin sudah duduk tiga jam di café tersebut, ia melirik jam dinding besar yang terletak di atas jendela besar menghadap jalan itu, rupanya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak. Tapi hampir jam sepuluh itu artinya café akan tutup dua jam lagi.Tak ada satupun pikiran bahwa ayah Nicha tidak akan datang atau lupa, tapi Gilang malah berpikir bahwa ayah Nicha sedang mempermainkannya atau mencoba melihat keseriusannya, sampai kapan ia akan bertahan ditengah orang-orang yang mulai meninggalkan tempat itu.Dengan coat berwarna cokelat yang ia kenakan, Gilang menghela napas mencoba sabar untuk menunggu, jika benar ayah Nicha Cuma mempermainkannya, tak apa. Ia akan coba dilain hari.Gilang mengaduk kopi panas yang sudah dingin dan setengah dari gelasnya itu. Sungguh bosan hingga ia rasanya ingin memejamkan mata.Suara rintik hujan terdengar di atasnya, mencoba menyadarkan dirinya kalau janji ayah Nicha hanyalah kebohongan belaka. Mana ada orang

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 97 Aku Hanya Mau Dengannya

    Wanita dengan baju tidur bermotif kotak-kotak hijau itu menutup segera jendelanya, matanya masih menatap sosok laki-laki yang baru saja pergi setelah diberi nasihat oleh ibunya.Matanya memancarkan kesedihan, ada rasa khawatir yang juga tersinggap dipikirannya, bagaimana kelanjutan hubungan mereka saat ini.Ia menghela napas berat lalu menutup gordennya, dengan lesuh Nicha segera berbaring di kasurnya berusaha memejamkan matanya ditengah lampu yang bersinar terang, pantaslah ia tak bisa tidur, meski ia mencoba memutup mata namun cahaya lampu itu seakan bisa menembus kelopak matanya.Samar – samar, ia dapat melihat hari-hari lama yang telah ia lalui namun ini lebih ke suasana rumah kediaman orang tua Gilang, betapa indahnya hari itu. Apalagi setelah ia menyadari jika perasaannya mulai tumpuh positif menjadi cinta yang sekarang telah menjadi luar biasa.‘Apa aku harus berbicara dengan ayah, besok?’‘Jika aku terus seperti ini maka, aku tidak akan bisa menikah dengan Gilang!’Demikianlah

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 96 Kamar

    “Jika ibu perhatikan, kau belakangan ini sudah mulai memasak di dapur dan masakanmu enak menurut ibu,” puji ibu Hesti.Nicha yang sedang memotong kentang itu tersenyum. “Benarkah bu, itu Gilang yang ajar.”Ibunya mengangguk. “Gilang bisa memasak juga? dia pria hebat.” Nicha mengangkat alisnya lalu kembali tersenyum.“Ya, bu. Dia memang pria serba bisa, dia bisa memasak, bisa melukis, bisa berbicara depan umum, bisa –“ ucapannya terhenti setelah ayahnya lewat dan meliriknya tajam.“Ah.. ya begitulah bu,” lanjutnya kaku dan kembali melanjutkan kegiatannya.Waktu terus berjalan tapi ayahnya masih tidak suka jika nama Gilang disebut di rumah itu, Nicha memanyumkan bibirnya, lagian Gilang tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa ayahnya begitu sensitif pada pria tersebut.Harusnya ayahnya berterima kasih, tapi Nicha sangat mengenal ayahnya. Pria tua itu memang angkuh, jika sekali ada orang lain yang dia tidak suka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk mengambil hati ayahnya lagi.

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 95 Cinta Yang Tak Bisa Diungkap

    “Kenapa kau sampai melakukan hal sejauh itu, Rangga?”Rangga mengacak rambutnya frustasi. “Aku tidak berniat untuk menembak Zia, percayalah padaku, aku hanya ingin membunuh Gilang!” jujurnya.“Dengan entengnya kau bilang hanya membunuh Gilang?”“Jika tidak ada dia dari awal mungkin semuanya akan berjalan baik.”“Berjalan baik? kau itu sungguh jahat, Rangga!”“Semuanya berawal dari kau, bukan?”Nicha mengangguk pelan, ia masih menatap Rangga dengan kekecewaan. Polisi masih mengawal mereka berdua di belakang sana. Hari ini, Nicha menjenguk Rangga hanya ingin memastikan semuanya.“Sejujurnya target sebenarnya adalah kau namun ditengah jalan rencana tersebut, aku menyadari ada yang tidak beres dengan hatiku, aku dendam namun terus memikirkanmu, aku terlambat menyadarinya kalau perasaanku tumbuh terhadapmu. Sungguh.”Rangga menatap seduh wajah wanita yang ada di depannya tersebut.Nicha membuang mukanya, tak sudi mendengar ucapan menjijikkan dari Rangga.“Kita sudah berakhir,” ketusnya.Ra

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 94 Tetesan Air Mata

    “Maaf, aku tidak melihat teleponmu,” ujar Gilang sembari menangis.Ditatapnya Zia yang begitu kasihan, matanya yang mulai gelas, suhu tubuhnya yang juga mulai dingin belum lagi darah masih jatuh bercucuran di dadanya.Zia menggeleng. “Tak apa, yang penting kau selamat, aku bersyukur,” ujar Zia.Wanita itu bersyukur melihat Gilang masih hidup dan tidak terluka sedikit pun, itu mungkin adalah tujuan akhirnya.Ia tidak menyesal sama sekali telah berkorban dengan nyawanya untuk pria yang dicintainya, meski cintainya tak akan pernah terbalaskan namun ia legah kalau pria itu bersama wanita yang dipercayakannya.Meski dulu Zia membenci Nicha, tapi ia sadar jika hanya Nicha tempat bahagia untuk Gilang. Zia percaya kedepannya bahwa hanya Nicha lah yang dapat membuat hidup Gilang bahagia, nyaman dan damai.Zia rela jika Nicha menjadi wanita sandaran Gilang disaat pria tersebut lelah, Zia rela jika Nicha menjadi tempat ternyaman untuk Gilang pulang, dan Zia rela jika Nicha suatu hari melahirkan

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 93 Tubuh Dingin Zia

    BAB 93“Aku ingin meresmikan hari ini.”Nicha mengedipkan kedua matanya lalu natap Gilang dalam. “Hah, apa maksudmu?” tanyanya tak paham.otaknya belum bisa mencerna apa perkataan lelaki itu. “Bisakah kau tinggal sebentar saja di sini, nanti aku akan mengantarmu pulang jam sepuluh?” tanyanya balik.Nicha mengangguk. “Ya, tentu. Tapi apa maksudmu meresmikan?”Gilang tersenyum. Ia perlahan memegang tangan Nicha dengan lembut. “Menurutku selama ini hubungan kita tak pernah resmi, aku tidak bisa mengatakan kau milikku jika Rangga masih berstatus sebagai suamimu, namun mulai hari ini juga, kau akhirnya menjadi seorang wanita yang sendiri lagi, aku legah dan tentunya bahagia. Jadi –“Nicha memperhatikan bicara Gilang dengan seksama. “Jadi?” katanya.“Jadi, emmm.” Gilang melepas kedua tangannya lalu merogoh saku celana hitamnya.Dengan jantung yang berdebar kencang, Nicha menunggu Gilang mengambil sesuatu tersebut.Matanya membulat sempurna ketika ia melihat kotak berbentuk hati berwarna mer

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 92 Gelapnya Malam Itu

    Perceraian itu hal yang paling dibenci oleh Tuhan.Ada seseorang yang singgah hanya menjadi ujian bagi kita, tapi ada juga seseorang yang benar-benar ingin menetap dihati kita, itulah yang namanya jodoh.Seberapa jauhnya dan lamanya waktu itu, kita akan tetap bertemu dengannya kembali jika memang ia adalah jodoh terbaik untuk kita.Itulah yang Nicha pahami.Bahwa ia kini sedang dihadapkan dua pilihan. Antara bertahan dengan yang lama tapi menderita atau akhiri semuanya dan menjalani hidup baru bersama orang baru yang selama ini telah ada selalu bersamanya.Tentu semuanya pasti tahu jawabannya, ‘kan?Hari itu tepat selesainya sidang perceraian Nicha dan Rangga. Tak ada persidangan lagi, karena ini telah berakhir. Rangga kalah.Pak Faris hari itu tidak datang ke persidangan, laki-laki tua tersebut memilih tidak bertemu dengan Rangga, bahkan ia telah menyiapkan kejutan dihari Rangga akan kembali bekerja.Ya. Itu adalah surat pemecatannya.Rangga sungguh geram, marah dan merasa dipermaink

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status