Share

Bagian 18

Matahari sudah mulai meninggi, sinarnya yang hangat mulai menyinari halaman rumah sederhana itu. Di dapur Ayu sibuk membantu ibunya menyiapkan sarapan.

Aroma nasi goreng dan telur yang digoreng memenuhi udara. Ayu mengambil piring-piring dari rak, menyerahkannya pada ibunya yang tengah membalik telur di wajan.

"Yu, mau telur ceplok atau dadar?" tanya Ratna sambil tersenyum, wajahnya lembut dengan kerutan usia yang penuh kasih.

"Dadar aja, Bu. Bapak juga lebih suka telur dadar dari pada telur ceplok," jawab Ayu sambil menyeka tangannya yang sedikit berminyak.

Sedangkan, di luar rumah Kaelan duduk bersama mertuanya di bangku kayu yang sudah tua. Secangkir kopi hitam mengepul di tangannya, menambah kehangatan pagi yang tenang.

Sang mertua, dengan rambut yang sudah memutih duduk di sebelahnya, memandang jauh ke arah kebun kecil di depan rumah.

"Nak, kapan rencananya kalian balik ke Jakarta?" tanya Darto memecah keheningan.

Kaelan menarik napas panjang sebelum menjawab, "Secepatnya, Pak.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status