Tara yang telah mengatakan seluruh hal yang telah terjadi antara dirinya dan pak Alex meminta temannya, untuk menceritakan gosip lain terutama gosip tentang pak Donny, bosnya dengan Bu Riri. Yang sekilas diceritakan oleh Rita, ketika mereka sedang makan di kawasan kantor mereka. Ketika hal itu ditanyakan oleh Rita, ia hanya mengatakan tidak tahu kepastiannya dan kebenarannya, karena memang hal itu hanya sebuah gosip belaka tanpa tahu kebenarannya.
Walaupun tidak pernah dilihat oleh siap pun kebersamaan dari mereka. Hanya saja, teman-teman kantor pernah menggosipkan mereka berdua, dikarenakan mereka berdua dulu pernah satu kampus, dan mengenal satu sama lain sebelum Bu Riri bekerja di perusahaan yang sama dengan pak Donny. Dan jabatan yang diterima oleh Bu Riri pun, gosipnya dikarenakan pak Donny meminta pada istrinya, yang mempunyai saham atas perusahaan itu. Untuk menempatkan Bu Riri sebagai kepala HRD. Di karena kan mereka pernah satu almamater. Mendengar ceritaPembaca yang budiman.. minta tanda bintangnya yaa... ❤❤❤ Terima kasih sudah membaca CT Mohon sarannya...🙏🙏
Berbanding dengan keadaan Tara yang telah tertidur pulas, hari ini pak Alex tidak bisa memejamkan matanya karena rasa kesal dan marahnya pada Tara. Sejak tadi pagi, ia telah mengirimkan pesan sampai saat ini tidak ada satu pun yang dibalasnya, hingga dini hari tidak satu pun dibalas oleh Tara, dan hal itu membuat dirinya uring-uringan. Hingga dirinya mengirimkan pesan pada Tara berulang kali sampai ia sendiri pun kesal pada dirinya sendiri. Karena baru kali ini ia bertemu dengan seorang wanita muda, yang jelas-jelas bekerja pada perusahaannya dan tidak membalas pesannya.Dalam hati pak Alex, ia mengumpat Tara dengan berbagai kata-kata kotor. Dan ia pun berpikir tentang diri Tara yang memang bukan siapa-siapa bagi dirinya, tetapi mengapa hatinya dibuat sangat kesal, ketika Tara tidak membalas pesan dari dirinya. Lalu pak Alex membuka minuman yang ada di kamarnya dan mulai meminumnya. Ia lalu kembali ia mengirimkan pesan pada Tara. Terlihat olehnya, beberapa pesan tidak terki
Pagi sekali Tara berangkat ke kantor, Ia membawa satu buah koper kecil untuk keberangkatannya, bersama pak Donny keluar daerah. Seperti yang pak Donny sampaikan, kemungkinan besar mereka dua hari berada di luar daerah. Setelah sampai kantor, Tara membawa beberapa materi yang akan di sampaikan pada acara meeting itu. Lalu ia pun membuat softcopy dengan menggunakan flashdisk pada setiap laporan divisi, Tara pun sebelumnya, telah membuatkan setiap laporan dalam bentuk PowerPoint yang nanti dapat mempermudah pak Donny dalam memberikan presentasi dalam meeting tersebut. Setelah segala persiapan untuk meeting itu telah dilakukan. Kini ia tinggal menghubungi bagian humas atas tiket penerbangan kelas bisnis bagi pak Donny dan dirinya.“Siang pak, untuk tiket keberangkatan hari ini apa sudah di lakukan Boarding Pass?” tanya Tara kebagian humas.“Sudah Bu, sudah siap... semuanya ada tiga tiket, sekarang saya akan memberikan pada ibu,” jawab bagian humas dari perusahaan tempat ia bekerja
Mereka semua saat ini sedang mengikuti meeting yang membahas segala permasalahan dan pencapaian dalam semester pertama pada tahun ini. Ada beberapa agenda yang di bahas. Dan Tara yang telah menyiapkan seluruh materi pembahasan yang ia tuangkan dalam power point tentang penjabaran-penjabaran atas kebijakan kantor pusat mendapatkan applouse dari seluruh peserta.Selain tampilannya menarik, di sini Tara juga memasukkan sedikit banyolan-banyolan lucu dan di akhir power point yang dibuat serta ia meminta seluruh peserta menggoyangkan badan dengan lagu dangdut. Hal seperti itu tidak pernah terjadi, dan seluruh peserta bersorak sorai, menyambut ide itu dengan gelak tawa dan akhirnya mereka berjoget ria sebagai penutup dari agenda meeting hari ini, setelah itu mereka membubarkan diri.Terlihat pak Donny berbicara serius dengan pak Alex. Lalu mereka seakan beradu mulut. Melihat hal itu membuat jantung Tara berdetak kencang. Ia lalu menguping sepenggal percakapan antara kedua peti
Sesampai di kamarnya, pak Alex langsung pergi ke kamar mandi dan membenamkan dirinya pada sebuah bath up panjang dengan air hangat. Ia membenamkan dirinya ke dalam bath up dengan Pikiran yang melayang jauh, pada sosok mama tirinya. Ia adalah mama pengganti setelah mamanya meninggal karena penyakit yang mematikan. Ketika itu ia teringat detik-detik terakhir kebersamaan bersama mamanya, bagaimana mamanya yang awalnya terlihat cantik, lama kelamaan karena penyakit yang menggerogoti, membuat dirinya terlihat semakin layu dan tinggal tulang saja. Bahkan terlihat wajahnya menua dan tidak ada sinar sedikit pun.Pak Alex, teringat saat-saat mamanya menghembuskan nafas terakhirnya dan itu, membuat pak Alex yang kala itu masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar menjerit-jerit ingin ikut bersama mamanya. Dan hampir setiap hari ia menangisi kepergiannya. Setelah pak Alex memasuki sekolah menengah pertama, papanya memperkenalkan seorang wanita cantik dan muda, dan ia berpikir usia
Selesai mandi Tara mempersiapkan dirinya untuk bisa menjadi salah satu wanita yang bisa menemani dari pak Alex. Hanya saja sejak dua jam berlalu pak Alex yang di tunggu tidak juga berkunjung ke kamarnya. Ingin rasanya ia mengirimkan pesan pada pak Alex, hanya saja itu seperti tindakan bodoh bagi diri Tara. Karena itu ia membiarkan dirinya menunggu pak Alex untuk menemui dirinya. Sampai ia akhirnya setelah tiga jam berlalu, pak Alex tidak juga terlihat batang hidungnya, Tara yang sangat gelisah keluar dari kamarnya untuk memastikan keberadaan dari pak Alex.Sesampai di depan kamar pak Alex, Tara mencoba mengetuk kamar tersebut, tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Lalu Tara berjalan di antara lorong kamar hotel itu menuju lift. Saat ini ia ingin menanyakan kebagian resepsionis tentang pak Alex. Setelah keluar dari lift, Tara langsung menuju bagian resepsionis.“Maaf mbak, saya ingin bertanya, apakah pak Alex ada keluar dari hotel?” Tanya Tara pada bagian resepsionis
Setelah mendarat dan berada di tempat menunggu Taxi, ia menghubungi mamanya. Dan ia pun mengirimkan pesan kepada pak Alex, kalau dirinya telah mendarat. Setelah mendapatkan taxi, Tara pun berlalu dari bandara menuju rumahnya. Sekitar empat puluh menit ia sampai di rumahnya. Ia yang tidak pernah meninggalkan mamanya sendirian di rumah dalam dua hari memeluk erat mamanya seperti layaknya seorang anak kecil yang baru melihat mamanya.“Tara, kamu ini sudah besar, koq masih manja sekali sama mama,” ucap mamanya yang juga merasakan kerinduan pada putrinya.“Ayo kita makan dulu, pasti tadi pagi kamu belum makan,” mamanya meminta Tara untuk makan dengan penuh kasih sayang.Tara melahap hidangan yang telah disajikan oleh mamanya. Selesai menyelesaikan makannya, Tara ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu ia pun pamit pada mamanya untuk ke kantor. Hari ini ia berencana ke kantor untuk menyelesaikan tugasnya yang belum diselesaikan, serta ia ingin meminta surat keterangan dari H
Pagi ini seperti biasa, Tara sudah sampai di kantor. Ia lebih awal datang ke kantor karena dirinya ingin mengundurkan diri dari perusahaan tersebut, dan pengunduran ini ia lakukan dua minggu sebelumnya sesuai dengan SOP dari perusahaan. Oleh karena itu, ia ingin merapikan seluruh pekerjaannya serta membuat surat pengunduran dirinya. Tanpa terasa waktu bergulir, dan beberapa teman di kantornya satu persatu telah sampai di kantor. Begitu pun dengan Rita, teman karibnya di kantor telah datang dan menyambangi ruang kerjanya.“Tara, mana oleh-olehnya?” tanya Rita ketika telah duduk di kursi pada ruangan kerjanya.“Maaf Rit, kemarin aku pulang lebih awal, jadi aku tidak sempat beli oleh-oleh, bagaimana kalau sekarang ajak aku traktir sarapan ya,” jawab Tara dan memberikan saran pada temannya Rita.“Boleh saja, tapi dengan cerita tentang pak Alex ya,” seloroh temannya memberikan syarat pada Tara.Sejenak Tara berpikir, karena bagi dirinya sangat sulit ia bercerita tentang pak A
Tara yang tertidur lelap karena rasa lelahnya dalam permainan hasratnya bersama pak Alex, terbangun ketika jam telah melewati waktu jam makan siang. Dilihat olehnya lelaki tampan berkulit coklat bersih, masih tertidur nyenyak di sampingnya, tanpa menggunakan selembar kain pun. Tara membuka selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. Pikiran dan mata Tara yang nakal mengarah pada tubuh bagian bawah dari pak Alex. Ia melihat bagaimana belalai milik pak Alex yang membuat dirinya berteriak histeris, sedang tertidur pulas seperti tuannya. Tara kini sedang menikmati wajah pak Alex yang terlihat lebih lelaki, dibanding wajah pak Donny yang ia ingat, terlihat tampan dengan jambang tipisnya serta kulit nya yang putih bersih, layaknya seperti wanita.Pada wajah pak Alex, terlihat karakter seseorang yang mempunyai hati keras. Itu bisa di lihat dari kedua alisnya yang hampir saling bertautan satu sama lain. Serta rahangnya yang agak menonjol pada bagian wajahnya membuat ia tampak lebih terlih
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis mu
Setelah dari Dokter, mereka berdua hanya terdiam di dalam mobil. Bahkan mereka hampir saja lupa membelikan makanan siang untuk mama dan papanya Tara. Mereka teringat ketika mamanya Tara menghubungi dirinya.“Iya Ma, sebentar lagi kami sampai.”“Papa minta kopi ya Tara, bisa di belikan di warung pinggir jalan .“Baik Ma, Tara belikan kopi.”Mendengar hubungan ponsel antara Tara dan mamanya, membuat pak Alex, kembali memutar mobil nya untuk membelikan makanan siang mereka. Tetapi Tara tetap terdiam, tidak mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, bingung akan keputusan yang akan di ambilnya.“Sayang, pengen makan apa?”Tara hanya menggelengkan kepalanya. Yang di rasakannya hanya rasa mual dan dia kesal dengan kondisi seperti itu.Pak Alex lalu membelikan makan siang untuk mereka, dan kopi serta minuman mineral. Sedangkan Tara tidak ingin membeli makanan apapun.“Gugurkan saja pak, saya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.”Mendengar a
Di hari minggu yang cerah ini, Tiara mendapatkan berita kalau kepala panti asuhan akan ke rumahnya. Ia berharap kepala panti asuhan itu ingat, ketika dia dulu menitipkan putrinya. Papanya meminta orang suruhannya membawa wanita itu. Semua itu demi sebuah titik terang atas sebuah tabir masa lalu Tiara. Di ruang keluarga yang besar itu, Tiara berjalan hilir mudik tidak tenang.“Tiara, kendalikan diri mu sayang.”“Pa, bagaimana caranya menemukan bayi itu, kalau surat adopsinya tidak ketemu.”Terliat kesal di wajah Tiara, karena untuk menemukan seseorang di kota besar bukan suatu hal yang mudah. Tidak berapa lama orang suruhan dari papanya Tiara yang bernama Dendy sampai di rumah mereka dengan seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Mereka berdua memasuki ruang keluarga. Setelah papanya Tiara menyalami pak Dendy dan wanita itu dan mempersilakan wanita itu duduk.“Siang pak, saya Mia.”“Silakan duduk, terima kasih ibu sudah datang ke rumah kami.”Pak Dendy adal
Selama satu jam Tara menunggu Alex terbangun dari tidurnya. Dan Alex terbangun karena rasa lapar yang dirasakan. Dilihat jam pada dinding kamarnya telah menunjukkan pukul delapan malam, berarti hampir tiga jam, dia tidur sore ini. Sesaat didengarnya lagi suara perutnya yang menyanyikan lagu lapar. Lalu ia pun bermalas-malasan berjalan ke meja makan.Alex terkejut, ketika dilihatnya Tara ada disana. Sambil tersenyum dia menghampiri Tara yang masih menunggu di meja makan.“Sayang, kapan datang, Sudah lama?”“Lumayan, gimana enak tidurnya?”Melihat nada suara Tara yang agak menyindirnya, Alex langsung mencium pipi Tara.“Jangan marah, tumben hari ini aku lelah, lapar lagi,” ujar pak Alex pada Tara.Terlihat Tara langsung mengambilkan nasi ke piring dan mengambilkan beberapa lauk dan sayur setelah mendengar kalau pak Alex lapar.“Yaa sudah makan dulu saja pak, nanti kita ngobrolnya,”“Terima kasih, kamu makan juga yaa,” tersenyum Alex meli