Satria memakai jas, dia terlihat sangat rapi. Parfum yang dia pakai masih sama seperti dulu. Wajahnya yang ditumbuhi jamban sedikit itu terlihat begitu tampan.
Alma sampai tak berkedip menatapnya, dia seakan terhipnotis akan pesona seorang Satria Adijaya Kusuma."Alma...," panggil Satria. Alma masih belum bergeming, dia masih menatap Satria. "Alma...," panggil Satria lagi sambil menggoyangkan tubuh Alma."Eh maaf, ada apa ya?" tanya Alma gelagepan karena ketahuan memperhatikan Satria."Ada acara makan malam dengan klien kan? Ayo temani aku!" ajak Satria."Ya ampun! Aku lupa!" ucap Alma. Dia segera masuk dan menyiapkan baju yang akan dia pakai. Karena tadi asyik bertelfonan dia sampai lupa kalau ada acara makan malam.Alma tak butuh waktu lama untuk dandan, dia tahu waktunya sudah mepet jadi dia dandan sesederhana mungkin tapi tetap terlihat cantik."Kamu masih sama seperti dulu," kata Satria. "Cantik," puji Satria.<Setelah makan siang, Dirga pamit sebentar. Raut wajahnya tampak marah dan hal itu disadari oleh semua orang. Mereka yakin terjadi sesuatu yang membuat Dirga marah."Kamu juga kepo," kata Satria."Gaklah, bukan urusan aku juga," kata Alma. Rapat kembali berjalan, para wanita kembali ke hotel tempat menginap masing-masing untuk istirahat. Alma menelfon Naomi, dia merindukan anaknya itu. Ternyata Naomi baru saja pulang sekolah."Ma, aku sampai ditungguin Mbak nya di depan gerbang," kata Naomi. "Oh ya, Ma. Tadi aku ketemu papa," kata Naomi. "Papa nitip undangan pernikahan dia sama Tante Sania," kata Naomi."Oh ya udah gak apa-apa," kata Alma."Tadi papa marah, Ma. Karena mama nitipin aku sama orang asing, sampai-sampai mbaknya adu mulut sama papa," kata Naomi."Tapi Mbaknya gak di apa-apain papa kan?" tanya Alma."Gak sih, Ma. Papa takut setelah tahu identitas Mbaknya," jawab Naomi.Setelah puas berbicara
Alma segera bangkit, dia langsung duduk tanpa ingin membantu Satria yang kesulitan bangun."Apa kamu suka?" tanya Satria berbisik di dekat telinga Alma."Tidak," jawab Alma. Dia tak berani menatap Satria, wajah Satria sangat dekat dengan pipinya. "Minggir," kata Alma mendorong Satria pelan.Alma segera masuk ke kamar mandi, dia tak bisa jika berdekatan dengan Satria seperti tadi. Dia takut, cinta yang lama hilang kini tumbuh lagi. Dia belum siap dengan hal itu.Terdengar langkah, Alma kira Satria sudah pergi. Jadi Alma segera keluar kamar, ternyata Satria bersembunyi."Beruntung sudah pergi," kata Alma."Baaa...," Satria mengagetkan Alma."Satria, jahat banget kamu," kata Alma. "Aku kira udah pergi, sana pergi!" bentak Alma."Malam ini gak ada acara, jadi bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Satria."Terserah, emang aku boleh menolak," kata Alma."Oke," kata Satria lalu keluar dari kamar Al
Pagi itu, ada acara sampai jam sepuluh. Jadi setelah makan siang nanti mereka akan kembali ke rumah. Alma sudah merindukan Naomi.Sementara Naomi bersama dengan orang suruhan Satria. Dia tampak bahagia sekali, bahkan seperti tinggal bersama dengan orang tuanya sendiri."Mbak, katanya nanti mama pulang ya," kata Naomi."Iya, makanya sekolah nanti siang mama pulang," kata Wanita bernama Arum itu."Kalau mama pulang, kita mau tinggal di mana?" tanya Naomi. "kakek udah usir mama," kata Naomi sedih."Naomi jangan sedih, rumah ini akan jadi tempat tinggal Naomi sama Bu Alma. Dan Mbak Arum akan tetap jaga Naomi," kata Arum.Setelah mendapat bujukan dari Arum, Naomi mau ke sekolah. Di sekolah, Naomi bertemu Nina."Nenek ngapain di sini?" tanya Naomi.Naomi memperkenalkan Arum pada Nina. Nina bersyukur melihat Naomi baik-baik saja."Nak Arum, Ibu terimakasih sekali sama kamu. Udah mau jaga Naomi," kata Nina.
Sania tak terima uang yang dia terima dari Juragan Marta di ambil. Dia mendatangi rumah Juragan Marta."Juragan...Juragan...," panggil Sania."Ada apa Sania?" tanya Kurnia keluar dari rumah Juragan Marta dengan menggunakan daster lusuh."Bu, uang aku dari Juragan di ambil lagi sama istrinya Juragan Marta," jawab Sania. "Bagaimana ini, Bu? Tolong bilang Juragan Marta suruh istrinya mengembalikan uangku," kata Sania."Juragan tidak ada, dia sedang pergi dengan istri ketiganya," jawab Kurnia. "Nanti aku sampaikan," kata Kurnia.Sania terpaksa pulang tanpa membawa uangnya kembali.**Di tempat lain, Ke dua istri Juragan Marta membagi uang yang dia ambil dari Sania."Masak Sania juga di kasih lima juta," kata Istri Pertama."Ya mana aku tahu, bukannya uang yang di meja hanya itu?" tanya Istri kedua.Mereka membagi dua uang tersebut, mereka tak mau jika ada orang lain yang menikmati harta Juragan Mar
Pernikahan Sania dan Firman memang dilakukan sehari semalam saja. Namun, sangat meriah sekali."Wah senangnya ramai," kata Sania.Dia melihat sekilas saja tadi sebelum dia di rias untuk akad nikah. Akad nikah dilangsungkan jam 9 pagi. Dan hanya dihadiri oleh sanak saudara.Pukul 9 mereka sudah siap melakukan akad. Akad berjalan dengan sangat lancar. Namun ,yang hadir tak banyak hanya sekitar 20 orang saja. Sikap sombongnya Sania membuat para tetangga enggan datang. Paling mereka datang hanya sebentar lalu pulang lagi.Setelah acara akad nikah, Sania dan Firman duduk di pelaminan. Tak ada satupun keluarga Firman yang datang. Hal itu menjadikan perbincangan semua orang."Mana keluarga mempelai pria, masa satupun tak ada yang datang," kata saudara Sania."Mana ada yang mau datang, mereka kan tidak direstui," kata Yang lain.Pukul 11.00 beberapa tamu datang yang rata-rata teman kantor Firman. Mereka datang saat jam
Ibnu mendapatkan laporan dari pengasuh Ibra yang bernama Nana. Dia mengatakan kalau Ibra tak mendapatkan kasih sayang dari Sania. Sania terlalu sibuk dengan urusannya dengan Firman. Tentu sebagai ayah, Ibnu merasakan penyesalan menyerahkan Ibra pada Sania."Terus pantau dia," kata Ibnu.Ibnu merupakan orang kepercayaan dari Dirga, namun Ibnu menjalin hubungan terlarang dengan Sintia."Ada apa Ibnu?" tanya Dirga. "Kenapa kamu tampak menyesal?" tanya Dirga.Ibnu tinggal di rumah Dirga, namun tidak serumah lebih tepatnya di paviliun belakang rumah Dirga."Mantan istriku, dia tak mengurus putraku. Dia malah sibuk dengan Firman," jawab Ibnu. "Sebagai seorang ayah, aku tak ingin anakku di didik oleh Sania yang matre itu," kata Ibnu."Bukannya rencana awal kamu ingin kembali pada Sania?" tanya Dirga."Benar, tapi aku tidak bisa kalau dia masih saja matre," jawab Ibnu.Tidak lama kemudian, Sania menelfon Ibnu. Dia bilan
Malam itu, Naomi tidur dengan Alma. Besok adalah hari Minggu, mereka tak punya acara kemana-mana. Sebenarnya Alma merindukan orang tuanya, tapi dia belum berani datang ke rumah orang tuanya.Pagi itu, Alma sedang sarapan bertiga. Arum yang memasak pagi itu. Masakan Arum enak sekali bahkan hampir menyerupai masakan restoran."Rum, kamu pernah jadi koki?" tanya Alma."Gak pernah, Bu," jawab Arum. "Dulu di asrama sering masak," kata Arum."Oh ya kamu kenapa belum menikah? Emang gak punya pacar?" tanya Alma.Arum tersenyum, "Bagaimana mau punya pacar, Bu? Saya jarang keluar sekedar nongkrong. Terbiasa fokus dengan pekerjaan," kata Arum."Sekali-kali lah kita nongkrong di cafe waktu libur, biar kamu gak jenuh kerja terus," kata Alma.Tiba-tiba terdengar pintu di ketuk, Arum segera membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Komar."Alma, ngapain kamu tinggal di sini? Apa kamu gak malu, kamu kan janda malah numpak ting
Sore itu sebelum pulang, Alma mampir belanja dulu. Dia membeli beberapa perlengkapan rumah dan bahan makanan. Tanpa sengaja dia bertemu Sania, Alma berniat menghindar tapi Sania malah menyapanya."Eh ada Alma, sendirian aja," kata Sania. "UPS lupa kan janda ya, mana punya teman buat belanja," kata Sania. "Kaya aku dong ditemenin suami," kata Sania yang menggandeng lengan Firman."Oh ya aku lupa ngucapin selamat buat kalia. Selamat ya, semoga suami kamu setia," kata Alma menjabat tangan Sania. Alma sengaja menekan tangan Sania agar kesakitan.Sania malah membalasnya dengan lebih sakit lagi. Namun, Alma tak mau mengalah."Udah besar aja perutnya, padahal baru beberapa hari nikah. Udah zamannya ya sekarang nikah tapi hamil besar," kata Alma. "Apalagi kalau suaminya hasil merebut milik orang," kata Alma.Beberapa orang yang ada di sana melihat ke arah Sania. Tentu hal itu membuat Firman merasa malu."Eh maksud kamu apaan? Kamu kira a