Kaina duduk di lantai sebelah kanan ranjang kamar tidur, memeluk erat kedua lututnya. Diam merenungi jalan hidupnya yang tidak sesuai dengan keinginan nya.
Tangisan itu tidak pernah berhenti di pipi Kaina. Setiap hari dia akan selalu menangis bahkan di perlakukan kasar oleh Brian dengan seenaknya.
"Kapan aku mati? Aku sudah sabar dengan semuanya, aku sudah berusaha ikhlas dengan semuanya, tapi apa? Apa yang aku dapat? AKU MENANGIS SETIAP HARI DI DALAM KAMAR INI TUHAN!" teriak Kaina meluapkan kekesalannya.
Nafas Kaina ngos ngosan, jantung nya berdetak kencang bahkan tangisan itu semakin deras. Setiap hari Kaina berteriak di dalam kamar nya meluapkan amarah nya tanpa seorang pun yang tau.
Setiap ruangan di rumah Brian memang di buat kedap suara bahkan di gudang pun juga sama seperti itu, jadi semua orang bebas berteriak dan membicarakan sesuatu yang rahasia di dalam ruangan nya masing-masing.
Ti
Rangga keluar dari dalam kamar mandi, di pinggangnya sudah terlilit handuk berwarna biru. Sekarang dia sedang mengeringkan rambut nya dengan handuk kecil.Rangga menatap tubuh nya di depan cermin. Tato di dada nya terlihat jelas bahkan dia masih mempunyai niatan untuk menato tubuh nya lagi di bagian punggung."Mama bakalan marah gak ya liat gue bertato seperti ini?" ucap nya berbicara sendiri di depan cermin.Rangga menatap tubuh nya di dalam cermin dengan sangat teliti."Bodoamat! Emang mereka mau marah ke gue? Memangnya mereka ngurusin gue tiap hari, enggak kan? Udahlah Rangga jangan hiraukan mereka cukup lakukanlah apa yang bisa buat lo senang oke." tutur nya sambil lalu menaik turunkan kedua alis nya.Tiba-tiba Brian membuka pintu kamar Rangga tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia langsung masuk seenaknya hingga membuat Rangga kaget dengan kehadiran Brian dari arah cermin di hadapan nya
Kaina bingung melihat Rangga tiba tiba membawa koper dan juga tas yang di gendongnya pada malam ini."Loh, loh loh mau kemana kamu Rangga?" tanya Kaina cepat, tadinya Kaina sedang merapikan meja makan untuk bersiap makan malam.Rangga tidak menjawab pertanyaan Kaina, ia terus berjalan ke arah pintu luar. Matanya sudah terlihat sembab akibat menangis tadi bahkan bajunya saja tidak begitu rapi, terlihat acak acakan namun ketampanan nya bisa menutupi kekurangan itu."Rangga kamu mau kemana?"Kaina masih tetap penasaran sedangkan Rangga tetap diam dan terus berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan Kaina tadi. Kaina menyusul Rangga yang terus berjalan hingga sampai di ruang tamu."Rangga berhenti." pinta Kaina setengah berteriak.Rangga menghentikan langkah nya namun dia tidak menoleh. Dia berdiri membelakangi Kaina dengan pandangan kosong ke arah luar."Kamu mau kemana? Kenapa
Kaina merasakan ada sesuatu di dekat nya, sesuatu yang membuat dia merasa tidak nyaman.Kaina membuka matanya lalu mengusap usap mata tersebut. Dia melihat sesuatu yang membuat nya tidak nyaman itu, berapa terkejut nya dia ketika tau Brian sedang tidur di sebelahnya dan memeluk erat tubuh Kaina dari samping.Wajah angkuh dingin dan kasar tidak berlaku pada saat ini. Wajah yang sebelumnya terkenal jahat tiba tiba menjadi lembut saat tertidur, polos dan terlihat mengemaskan.Kaina bingung harus bagiamana sementara dia merasa tidak nyaman dengan posisinya itu. Jika Kaina bergerak sedikit saja sudah pasti Brian akan terbangun."Aku harus bagaimana ini? Jika aku bergerak aku yakin mas Brian akan terbangun, jadi harus bagiamana aku? Masak iya diam hingga Mas Brian bangun? Yang ada aku gak masak dan gak bisa bersihkan rumah ini," ucap Kaina bingung.Kaina mencoba menyingkirkan tangan Brian dari atas perutnya de
Di London...Rangga terus menatap ke arah luar jendela sambil memeluk erat foto dirinya bersama sang Oma tercinta, rindu dan penyesalan semakin menjadi di pikirannya. Tangisan pecah saat itu, di mana Rangga merasakan hancur yang sangat luar biasa melihat foto sang Oma tersenyum manis di foto."Oma, Rangga has returned to London. Tapi kenapa Oma malah pergi, pergi di saat Rangga tidak tau lebih dulu sakit nya kenapa Oma tidak mengabari Rangga, kenapa?" Air mata terus bercucuran di pipi Rangga.Seseorang membuka pintu kamar tersebut lalu terlihat lah wajah cantik Nyonya Wilson.Rangga tidak memperdulikan kehadiran siapapun itu, dia tetap pada posisi awal. Nyonya Wilson mendekat ke arah Rangga dengan membawa makan siang untuk nya."Rangga ini makanan kamu! Sudah jangan bersedih lagi, jika kamu bersedih kami juga akan ikut bersedih sayang," ujar Nyonya Wilson.Rangga diam, percum
Kaina membawa dua kresek besar berwarna hitam, dia sedikit kesusahan membawa dua kresek yang berisi penuh belanjaannya. Kedua tangan nya merasa lelah membawa dua kresek besar itu hingga dia memilih untuk berhenti sebentar."Berat sekali! Huh mana masih jauh lagi mau naik angkot uang sudah habis." Kaina mengusap keringat di dahi nya.Dia duduk di trotoar jalan dengan kedua kresek belanjaannya tersebut mungkin dengan sedikit beristirahat rasa lelah nya akan berkurang.Kaina duduk melihat lalu lalang kendaraan yang lewat. Hembusan nafas lesu membuat Kaina memejamkan mata sebentar.[indah namun tak bisa untuk digapai. Bahagia namun tak bisa aku temukan dan Senang tak bisa aku miliki saat ini. Seperti aliran air yang mengalir apa adanya, seolah olah mampu tapi tak kuat untuk di akhir, ]Kaina tersenyum dengan ucapan di hati nya tersebut. Benar benar dalam makna dan pengorbanan nya, berjuang
Brian berjalan menuju ruangan pribadi di kantor Ayah nya. Dia berjalan dengan sangat angkuh nya, ekspresi wajah nya selalu dingin. Setiap sapaan karyawan yang ia lewati tidak pernah di jawab oleh Brian."Selamat pagi Tuan.""Pagi Tuan muda.""Selamat pagi Tuan muda Brian.""Selamat pagi Pak.""Selamat pagi Pak Brian."Kurang lebih seperti itu sapaan dari para karyawan yang Brian lewati. Brian acuh, dia tidak peduli dengan semua sapaan yang hanya membuang waktu berharganya itu."Setiap hari menyapa Tuan muda tidak pernah di jawab yang ada hanya marah marah," kata salah satu karyawan perempuan yang berbadan agak gemuk."Iya senyum pun gak pernah terhadap semua karyawan apalagi mau menjawab sapaan kita," sahut teman nya yang berambut keriting."Kenapa bisa begitu ya? Padahal Tuan Wilson gak seperti Tuan muda, Malahan Tuan Wilson jauh
"Rangga kenapa pergi ke London? Bukan karena di usir sama kamu kan Mas?" tanya Kaina pelan.Sementara Brian tidak memperdulikan itu, ia terus menikmati makan malam nya."Iya kan Mas? Rangga pergi karena di usir?" Kaina semakin penasaran.Brian langsung menghentikan makan nya, dia melempar garpu dan sendok ke arah lantai dengan sembarangan membuat Kaina yang berdiri di dekat Brian sontak sangat terkejut karena itu.[Oh tidak aku melakukan kesalahan malam ini, ]Kata Kaina di dalam hati nya lalu dia memilih untuk diam dan menunduk ketakutan. Brian menoleh ke arah Kaina, ekspresi kesal terlihat jelas di wajah nya sekarang."Bisa diam tidak? Tidak ada urusan nya kamu dengan Rangga, buat selera makan aku hilang saja!" bentak nya."Maaf Mas," jawab Kaina langsung."Maaf maaf! Isi otak kamu itu selalu di isi kata maaf terus dasar gadis tolol kal
Kaina malam ini tidak bisa tidur nyenyak, ia memikirkan keadaan Rangga. Rasa penasaran nya semakin besar terhadap kepergian Rangga ke London. Kaina menduga bahwa kepergian Rangga tidak lain ada hubungan nya dengan Brian.Kaina mencoba untuk tidur namun rasa gelisah membuat dirinya tidak bisa tertidur dengan tenang. Miring kanan lalu miring kiri mencoba agar dia bisa tertidur namun tetap saja tidak bisa. Kaina langsung bangun dari tidurnya, duduk di atas ranjang sambil lalu mengusap wajah nya."Hm, semoga saja tidak terjadi apapun terhadap Rangga di sana, semoga dia baik baik saja," ucap Kaina dengan penuh harapan."Hebat sekali keluarga ini, bisa keluar negeri dengan bahasa Inggris yang sudah sangat fasih dalam berbicara. Keluarga kaya, rasanya malu sekali aku berada di bagian keluarga ini juga meskipun tidak pernah di anggap oleh Mas Brian dan juga orang tuanya masih belum tau pernikahan ini. Menyedihkan sekali diriku" tutur
Rangga keluar dari dalam kamarnya. Dia sekarang menggunakan seragam sekolah dengan amburadul bahkan baju seragamnya saja ada di luar. Rangga melangkah menuju meja makan untuk sarapan pagi sementara Brian sudah duduk di sana dan menyantap sarapan paginya.Brian langsung mengerutkan kedua alisnya. Pemandangan di pagi ini membuat kedua matanya sakit untuk melihat, apalagi ulah sang adik kandung yang tidak mau akur dengan dirinya."Pagi," Sapa Rangga lalu dia duduk di kursi dan menyantap makanan di hadapannya langsung."Menjijikkan." Kata Brian sinis."Maksudnya Lo apa? Jangan seenaknya ini hidup gue bukan hidup lo yang penuh dengan drama dan pamer!" Cibir Rangga langsung."Kamu itu bukan orang susah! Jadi ubah cara makan kamu dengan cara yang baik dan sopan bukan seperti itu! Langsung makan tanpa berdo'a, bukankah itu sangat menjijikkan!" Sahut Brian kesal.Rangga mengangkat sendok nya yang berisi nasi dan la
Kaina mendengar ada ketukan pintu dari arah luar malam ini. Dia melangkah ke arah ruang tamu lalu mendekat ke jendela dan menyibak sedikit korden tersebut.Senang sekaligus bahagia melihat sosok Rangga yang kini telah balik ke rumah itu. Senyuman mereka di bibir mungilnya."Rangga sudah balik, aku kira Mas Brian sudah tidur jadi aku kunci pintunya tadi dan ternyata dia pergi ke bandara untuk menjemput Rangga," ucapnya dengan senang."Dengar orang ketuk pintu enggak sih! Ini capek berdiri terus woy!" Teriak Brian kesal.Rangga melirik Brian yang berada di sebelahnya. Dia langsung tersenyum sinis."Orang gila!" Gumamnya.Brian langsung menoleh ke arah sebelahnya. "Maksud kamu apa? Kamu bilang aku orang gila?!"Pintu tersenyum terbuka membuat semuanya melihat ke arah Kaina yang berdiri di hadapan mereka berdua dengan senyuman bahagia."Kuping lo salah dengar kambyang!!" Bantahnya.
Asap dari wajan memberikan aroma yang enak untuk hidung. Makanan lezat itu kini masih di masak di dalam wajan. Hari ini Kaina memasak nasi goreng untuk sarapan pagi Brian di tambah telur ceplok dan susu hangat kesukaan Brian.Setelah Kaina merasa masakan itu sudah matang, dia mematikan kompor dan menyajikan nasi goreng itu ke piring.Brian turun dari kamarnya di lantai atas. Dia memakai pakai santai dengan kondisi wajah yang terlihat begitu malas sekali. Kaina yang hendak ingin menaruh makanan itu di meja makan sontak terkejut melihat Brian yang sudah melangkah ke arah meja makan."Mas Brian kok tidak pakai baju kantor? Bukannya hari ini hari kerja?" tanya Kaina.Brian menatap wajah Kaina sekilas lalu dia menarik kursi dan duduk di sana tanpa menjawab pertanyaan yang tidak penting itu."Em, baiklah." Kaina menaruh makanan itu di hadapan Brian.Tanpa banyak bicara lagi Brian langsung menyantap sarapan pagin
Brian menatap ke arah luar jendela, sekarang dia berada di dalam kamar nya. Dia benar benar hancur karena kejadian kemarin siang. Rasa cintanya yang dulu kini telah terbakar menjadi abu."Mungkin aku sudah gila jika aku masih tetap mencintai dia padahal dia sudah tidak cinta lagi kepadaku, secepat itu kah dia berpaling dari aku," ucap Brian lirih.Brian mencoba untuk memejamkan mata nya. Dia ingin merasakan ketenangan untuk saat ini meskipun itu hanya sebentar saja.Tok.. Tok.. Tok..Kaina mengetuk pintu kamar Brian. Dia berharap Brian tidak marah jika Kaina menganggu jam istirahatnya sebentar."Maaf Mas menganggu tapi aku ingin menaruh baju milik kamu yang sudah selesai di cuci dan di setrika," ujar Kaina.Brian tidak menjawab, dia terus diam dengan mata terpejam. Dia tidak memperdulikan apapun yang akan mengganggu dirinya saat ini.Kaina lang
Brian menghadang Tita yang terus memaksa masuk ke dalam dengan seenaknya."Jangan halangi jalan aku!" Bentak Tita."Gak akan pernah aku biarin kamu masuk seenaknya begini! Kamu bukan siapa siapa dan ingat ini rumah aku jadi pergilah dari sini." Usir Brian dengan sangat kesal."Aku gak peduli!" Tita terus berusaha untuk masuk ke dalam namun dengan cepat Brian menghadangnya lagi."Harus berapa kali aku bilang jangan halangi jalan aku!" Bentak Tita marah."Pergi, AKU BILANG PERGI!!" Teriak Brian."Berapa kali pun kamu mencoba untuk mengusir aku dari sini. Aku gak akan pernah mau pergi sebelum aku bertemu dengan Kaina, titik!""Sampai kapan pun itu aku gak akan pernah memberikan kesempatan kamu untuk bisa bertemu dengan gadis tolol itu lagi."Tita sudah benar benar murka dia mencoba untuk mendorong tubuh kekar Brian agar tidak menghalanginya untuk masuk."KAMU BIADAP SEKALI BRIAN! HA
"Hallo...hallo! lo budek ya?!" Suara ngegas Rangga terdengar di balik telepon.Brian hanya memutar malas bola matanya. Dia sudah merasa malas sekali mendengar suara adiknya yang selalu menguji kesabarannya itu."Jawab bangsat! Gue doain tuli beneran kuping lo!""Hn, apa sih? Berisik banget dari tadi!!" Bentak Brian."Widih udah mulai ngegas juga ya lo Brian, wih cakep. Sudah bebas kan lo di rumah menyiksa Kak Kaina? Ngaku lo?!""Apa sih? Berisik sekali seperti burung beo!""Ngajak berantem lo, ah? Mau mati lo?!" tanya Rangga dengan mengancam Brian.Lagi lagi Brian hanya bisa bersabar, ia juga bingung dengan adik satu satunya itu, bisa bisanya Rangga menelfon Brian hanya untuk beradu mulut saja."Takut kan lo! Hah sok sok an bentak bentak gue, gue hajar jadi peyek wajah lo!!""Ampun bang jago." ucap Brian mengejek.
Kaina menata makanan yang sudah dia masak di atas meja makan. Di meja makan tersebut sudah ada Brian dan juga Lamela yang bersiap untuk makan.Mata Kaina terlihat sudah bengkak akibat menangis tadi. Cacian dan pukulan kasar telah ia rasakan hari ini. Jika di kata sakit mungkin Kaina tidak bisa menggambarkan rasanya."Sayang setelah makan aku mau ke rumah teman sebentar boleh?" tanya Lamela.Brian yang tadinya ingin menaruh nasi di atas piring sontak terhenti."Ngapain ke rumah teman kamu sayang?" taanya Brian balik."Aku sangat merindukannya! Sudah hampir sebulan aku tidak menemuinya. Boleh ya sayang?"Lamela memperlihatkan wajah melasnya di hadapan Brian sedangkan Kaina masih tetap berdiri di sana, ia hanya diam dan menuangkan air minum ke gelas Brian dan Lamela."Teman kamu cewek atau cowok?" Brian mulai posesif."Cewek sayang," ja
Jam sudah menunjukkan pukul 10:34 namun Kaina tidak juga bangun. Dia kelelahan karena tadi malam membersihkan kamar Brian dan mencuci semua baju kotor milik Brian.Sekarang dia masih tetap tertidur pulas di balik selimut. Biasanya jam seperti ini dia sudah selesai memasak sarapan pagi untuk Brian namun untuk pagi ini Kaina tidak bangun karena kecapean tadi malam. Sementara kedua sejoli sudah merasakan kelaparan di ruang tengah. Mereka menunggu Kaina keluar dari dalam kamar nya namun yang di tunggu tunggu masih tetap tertidur."Sayang aku lapar banget!" Rengek Lamela bergelanyut manja di lengan kanan Brian."Tunggu sebentar lagi palingan gadis tolol itu masih mandi, jadi tunggu saja ya sayang," ucap Brian fokus membalas pesan dari salah satu teman kerjanya.Lamela mendengus kesal. Dia berhenti bergelanyut di tangan Brian dan melipat kedua tangan nya di depan dada."Aku kesal kepadamu sayang!" uc
Malam ini Brian dan Lamela tidak keluar dari dalam kamar atas padahal sekarang jam makan malam. Masakan Kaina pun sudah matang dan tertata rapi di atas meja makan."Apa mereka masih sedang bersiap siap? Sudahlah aku pergi ke kamar dulu nanti aku balik lagi kesini," ujarnya lalu berjalan menuju kamar milik nya dengan sangat berhati hati.Brian yang tadinya ingin menuruni para anak tangga sontak terhenti. Dia memandangi Kaina dari lantai atas. Langkah demi langkah Kaina terus di pandang oleh Brian."Tunggu!" ucap Brian.Langka kaki Kaina sontak terhenti, ia langsung melihat ke arah lantai atas melihat Brian yang sudah berjalan menuruni para anak tangga."Ada apa Mas?" tanya Kaina setelah Brian tiba di bawah."Aku mau makan." Brian langsung berjalan menuju meja makan lalu di ikuti oleh Kaina di belakang.Sampai di meja makan Brian langsung duduk. Kaina ingin menaruh