Share

Cinta Terhalang Restu
Cinta Terhalang Restu
Penulis: Sliming

bab 1

Penulis: Sliming
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 23:52:21

Inez  bangun pagi, dia segera bersiap-siap  dengan memakai baju yang biasa di gunakan untuk ke ladang. Akan tetapi hari ini ada yang berbeda, karena sejak tadi dirinya belum melihat sang Ayah. Hingga rasa penasarannya muncul, dia bergegas mencarinya ke belakang. Sampai di sana dia hanya mendapati ibunya yang tengah sibuk menyiapkan bekal untuk mereka.

“Ibu, Ayah ke mana?” ucap Inez  seraya melangkah mendekat ke arah ibunya.

Mendengar pertanyaan putrinya dia segera menoleh seraya berkata. “Ayah sedang di panggil Pak Kades. Jadi tadi pagi sudah berangkat.”

“Pantas saja, aku tidak melihat Ayah,” ujar Inez sambil mendudukkan dirinya.

“Apa kamu tidak lelah?” tanya Nilam sambil menatap anaknya penuh rasa tidak tega. Dirinya sangat berharap Inez bisa melanjutkan pendidikan. Akan tetapi karena terhalang biaya hingga membuatnya harus putus sekolah.

Inez langsung memasang raut  penuh tanya. Dirinya tentu bingung dengan apa yang diucapkan ibunya beberapa saat lalu.

“Maksud Ibu apa?” tanya Inez sambil membalik tubuhnya hingga berhadapan dengan Ibunya.

“Kamu tidak lelah, membantu Ayah dan Ibu setiap hari?” Nilam kembali menanyakan hal yang selalu mengganjal di hatinya itu.

“Tentu saja tidak Bu. Justru aku senang. Karena aku bisa banyak belajar dari kalian” sahut Inez dengan senyum mengembang di wajahnya.

Nilam merasa lega mendapatkan jawaban seperti itu, karena dirinya selalu merasa bersalah terhadap putrinya itu. Andai saja dia memiliki uang sudah pasti dia ingin Inez melanjutkan sekolahnya tanpa harus membantu mereka seperti saat ini.

“Oh, iya Bu. Tumben Pak Kades, memanggil Ayah” ucap Inez yang penasaran karena hal itu.

"Kalau tidak salah, nanti siang ada mahasiswa yang akan ikut KKN di desa kita. Jadi ayah pergi pagi karena harus ikut rapat dengan aparat di sini" Ibunya mulai menjelaskan mengapa Ayahnya di panggil oleh Pak Kades.

Inez mendengar kabar itu cukup kaget, karena selama ini tidak ada yang pernah datang ke desa mereka. Mengingat desanya sangat terpencil sekali jadi saat mendengar membuatnya sedikit merasa aneh tetapi ada juga rasa senang karena ada yang melirik desa mereka yang begitu pelosok dan jauh dari kota.

Hari sudah menjelang siang pembicaraan keduanya tidak di lanjutkan dan mereka  langsung bersiap-siap untuk pergi ke ladang. Inez yang hanya menggunakan pakaian lusuh. Namun, tidak menghilangkan kecantikan yang dia miliki.

Kecantikannya hampir  semua pemuda berusaha mendekatinya, tetapi  dia belum ingin berpacaran hingga tidak pernah menggubris para pemuda itu.

Inez selalu tampak bahagia saat menemani Ibunya, bahkan terkadang selama perjalanan dia berdendang sambil menikmati suasana yang masih sangat asri.

Sesampainya di ladang, dia bersama ibunya mulai mengambil peralatan untuk menanam jagung. Karena musim hujan sudah berlalu dan air sungai mulai mengering terpaksa mereka menanam jagung karena tidak perlu menggunakan air terlalu banyak.

“Neng, ayo kita istirahat dulu!” ajak Nilam, mengingat hari sudah menjelang siang.

“Bentar. Bu, ini tanggung” jawab Inez yang masih sibuk dengan benih yang masih berada di tangannya.

“Sudah tinggalkan dulu.” pinta Nilam.

Karena perutnya juga sudah merasa lapar, akhirnya dia bergegas menghampiri Ibunya yang sudah menunggunya di salah satu pematang ladang yang belum di tanami apapun.

“Apa Ayah tidak menyusul kita kesini?” tanya Inez kembali.

“Sepertinya tidak, mungkin Ayah masih sibuk di balai Desa” Jawab Nilam sambil memberikan bekal yang tadi mereka bawa.

Sebenarnya Inez merasa sedih karena untuk pertama kali pergi tanpa Ayahnya, seperti ada yang hilang bahkan suasana sepi karena hanya mereka berdua saja di sana.

“Nilam” teriak seseorang dari seberang sana seraya melambaikan tangan.

Inez serta ibunya langsung menoleh ke arah suara itu dan langsung tersenyum, saat melihat salah satu tetangga mereka ternyata ada di sana.

“Bude” panggil Inez seraya tersenyum dan membalas lambaian tangan dari wanita itu.

“Mbak, ada disini?” tanya Nilam dengan sedikit berteriak. Karena jarak diantara mereka cukup jauh.

“Iya, kamu bawa bekal apa?” balas wanita itu.

“Biasa Mbak, cepat sini” ajak Nilam dengan melambaikan tangannya.

“Nanti aku ke sana, ini masih belum selesai” ucapnya dengan sedikit berteriak seraya menunjukkan sesuatu.

Nilam segera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Inez yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan keduanya sambil menyantap bekal.

“Bu, memang bude sedang menanam apa?” tanya Inez.

“Sepertinya sama seperti kita” jawab Nilam sambil menoleh ke arah Inez yang berada di sampingnya.

“Kenapa hampir semua orang di sini, menanamnya sama iya, Bu.” ucap Inez dengan sedikit rasa penasaran mengingat mereka hampir semuanya menanam jagung.

“Karena sudah tidak ada musim hujan, jadi sudah pasti semua menanam jagung. Ada juga yang menanam kacang bahkan umbi-umbian yang tidak memerlukan air banyak” jelas Nilam.

Inez yang mengerti hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, tidak mau membuang waktu mereka lagi. Karena hari sudah semakin siang mereka harus segera kembali melanjutkan pekerjaannya.

Nilam terlebih dahulu menyelesaikan makannya langsung beranjak dari duduknya sedangkan Inez merapikan sisa makanan yang masih ada dan segera menggantungnya di salah satu pohon yang berada di sana.

Bab terkait

  • Cinta Terhalang Restu   bab 2

    Warga sudah berkumpul di balai desa termasuk pak Edi, yang tidak lain adalah Ayah Inez. Semua begitu antusias karena sekarang desa mereka akan kedatangan orang dari kota. "Mang, apa tidak masalah jika orang kota tinggal di desa kita?" tanya salah satu warga yang kebetulan hadir di sana. "Saya juga tidak tahu, Kang. Tetapi mudah-mudahan dengan kedatangan anak-anak muda itu. Bisa membuat desa kita lebih dikenal lagi," sahut Pak Edi. Dia sangat berharap jika kelak desanya bisa maju. "Saya hanya merasa takut, bisa saja nanti dengan kehadiran mereka justru membuat desa kita tidak nyaman," pungkasnya. Pak Edi mengerti apa yang dirasakan oleh tetangganya itu, mereka pasti merasa takut jika adat di kota justru akan mempengaruhi desa mereka. Namun, dirinya justru berharap dengan kedatangan mereka akan membuat desa semakin maju. Ketika mereka sedang mengobrol tiba-tiba Pak Kades datang beserta beberapa orang anak muda. Membuat keduanya langsung terdiam. "Assalamualaikum, Bapak-bapak."

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Cinta Terhalang Restu   bab 3

    Semua tidak seperti yang Pak Kades harapkan, ternyata masih ada warga yang menolak kehadiran mereka di sana.Malah ada salah satu Rt yang menolak tegas, beliau sampai mendatangi rumah Pak Edi. Karena berpikir kalau Pak Edi turut andil membuat warga untuk menyetujuinya.“Saya bisa jelaskan, Pak,” ucap Pak Edi. “Mau menjelaskan apa? Sudah jelas-jelas tadi saya melihat Mang Edi setuju, bahkan warga terpaksa untuk setuju,” jawab Pak Rt dengan raut wajah tidak suka.“Sepertinya, Bapak salah paham,” ujar Pak Edi. Dia kembali mencoba menjelaskan inti masalahnya.Namun, Pak Rt masih tetap pada pendiriannya. Dia masih yakin bahwa Pak Edi andil besar dalam keputusan warga yang setuju dengan kegiatan KKN di sana.Nilam yang mendengar keributan dari depan rumah, langsung menghampiri asal suara itu. Dia terkejut saat melihat Pak Rt berada di sana bersama suaminya dan terlihat sedang bersitegang.“ada apa Ayah?” tanya Nilam seraya menghampiri keduanya.Pak Edi menoleh saat mendengar suara istrinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Cinta Terhalang Restu   bab 4

    “Bu, Ayah ingin bicara,” ucap Pak Edi.“Mau bicara apa Ayah?” tanya Nilam seraya melihat ke arah suaminya yang tengah duduk di ruang tamu.“Nanti saja Bu, ibu sekarang selesaikan dulu pekerjaannya,” jawab Edi. Dirinya ingin meminta pendapat tentang permintaan Pak Kades tadi pagi.Nilam segera mengangukan kepala, dari dalam kamar Inez segera menghampiri ayahnya dan langsung duduk tepat di sampingnya. “Ayah, kenapa tadi tidak menyusul kami ke ladang?” tanya Inez. Yang merasa penasaran mengapa Ayahnya tidak datang ke ladang hari ini. “Tadi ada urusan di balai desa, pas selesai sudah sore dan kalian juga sudah pulang,” jawab Ayahnya.“Memang ada apa Ayah? Tumben Ayah di minta datang ke balai desa?” tanya Inez. Yang penasaran akan hal itu. “Ada pertemuan dengan Pak Kades, nanti akan diadakan kegiatan KKN. Oleh sebab itu Ayah dan warga lain untuk hadir,” jelas Pak Edi.“Kegiatan apa itu Ayah?” tanya Inez. Dia semakin ingin tahu karena baru pertama mendengar hal itu.“Itu kegiatan mahasi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Cinta Terhalang Restu   bab 5

    “Tidak!” teriak Irwan.“Ada apa?” tanya Adit. Saat mendengar teriakan yang membuat dirinya kaget.Begitu juga yang lain langsung berhamburan keluar saat mendengar teriakan Irwan, mereka tampak heran melihat Irwan yang sedang memegang tas ransel miliknya.“Kenapa Wan?” tanya Romi.“Iya ada apa?” sambung kedua sahabatnya.Irwan langsung menoleh saat mendapat begitu banyak pertanyaan, dirinya sontak berteriak karena lupa membawa peralatan mandi.“Gue lupa bawa peralatan mandi,” jawab Irwan.Seketika mereka menjadi kesal, karena awalnya dikira telah terjadi sesuatu hingga Irwan berteriak seperti itu.“Jadi karena itu doang?” ucap Adit dengan sedikit kesal.Irwan hanya membalas dengan senyuman, bahkan tanpa merasa bersalah telah berteriak hingga membuat mereka panik.“gak perlu pakai teriak, lo udah bikin kita semua kaget,” sahut Romi. “Iya benar,” ungkap kedua sahabatnya.“Kalian gak tahu, itu barang penting,” ucap Irwan. Dirinya panik karena tidak bisa mandi tanpa peralatan pribadinya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Cinta Terhalang Restu   bab 6

    Semenjak pertemuan diantara mereka berdua, Inez selalu memikirkan Adit. Bahkan setiap kali membantu ibunya untuk menyiapkan semua untuk mereka dirinya selalu bersemangat.“nanti sore kita masak untuk mereka lagi kan, Bu,” tanya Inez. “Iya Neng, tumben kamu setiap kali menanyakan hal itu?” Jawab Nilam. Dia merasa heran dengan tingkah putrinya yang selalu antusias, padahal sebelumnya Inez sangat tidak suka saat di minta membantu dirinya. “Memangnya tidak boleh Bu?” Sahut Inez. “Tentu saja boleh, justru ibu senang karena kamu sekarang sudah mau membantu,” ujar Nilam.“Selama ini. Aku suka membantu Ayah dan Ibu,” jawab Inez.“Iya ibu tahu, tapi kan sebelumnya kamu mengeluh saat membantu ibu. Kenapa sekarang semangat sekali?” tanya Nilam dengan raut wajah penuh rasa penasaran.Inez menyadari jika ibunya pasti sekarang curiga mengapa tiba-tiba dia bersemangat, tentu saja alasannya tidak lain agar bisa bertemu dengan Adit.“Semangat salah, mengeluh juga salah,” keluh Inez sambil menghela

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Cinta Terhalang Restu   Bab 7

    Nilam begitu cemas karena Inez tak kunjung pulang, Pak Edi yang melihat istrinya berjalan mondar-mandir bergegas menghampiri."Ibu kenapa? Ayah perhatikan dari tadi kelihatan cemas sekali," ucap Pak Edi."Ayah gimana sih! Ibu tentu saja cemas. Inez belum juga pulang," jawab Nilam."Mungkin terjebak hujan," ucap Pak Edi. Dia mencoba menenangkan istrinya yang terlihat begitu cemas serta panik."Tapi biasanya Inez, tidak pernah seperti ini. Apalagi ini udah hampir sore," jawab Nilam.Pak Edi langsung menoleh ke arah jam yang berada di dinding, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bahkan di luar cuaca sedang hujan membuat dia khawatir takut terjadi sesuatu."Sudah Ayah bilang, jangan izinkan. Tetapi ibu tidak mau dengar," kesal Pak Edi. Mengingat sebelumnya dia melarang tapi sang istri malahan memberikan izin."Kenapa Ayah menyalahkan Ibu? Biasanya dia tidak pergi selama ini," ucap Nilam. Dirinya sangat tahu kalau Inez tidak pernah pergi lama."Iya sudah! Biar Ayah menyusulnya k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Cinta Terhalang Restu   bab 8

    Pak Edi pulang dalam keadaan begitu sangat marah, hingga membuat Nilam terkejut saat mendengar suara pintu yang di banting.“Ada apa Ayah? Mana Inez?” tanya Nilam. Dia segera melihat ke arah suaminya sambil mencari sosok Inez. “Anak itu, sudah keterlaluan,” ucap Pak Edi dengan penuh kemarahan.“Maksud Ayah apa?” tanya Nilam. Dia tidak mengerti, mengapa suaminya sampai semarah itu.Pak Edi melangkah masuk, dia tidak habis pikir mengapa putrinya berbohong. Padahal selama ini dia tidak pernah mengajarkan hal itu. Nilam mengikuti langkah suaminya, sambil bertanya-tanya dalam hati. Dia masih penasaran mengapa Inez tidak ikut kembali. “Ayah,” panggil Nilam kembali. Karena dia belum mendapatkan jawaban.“Ibu mau tahu? Anak kita telah berbohong,” ucap Pak Edi. Hatinya merasa hancur, saat mengetahui putri mereka telah berbohong.“Apa?“ ucap Nilam yang begitu terkejut.“Iya, ayah tadi bertemu dengan Mang Ujang. Dan dia bilang bahwa Inez sudah tidak pernah bermain ke rumahnya lagi,” jawab Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Cinta Terhalang Restu   bab 9

    Adit telah menyelesaikan semua kegiatan kampusnya, itu berarti dia harus segera kembali ke Jakarta. Namun, dirinya bingung dengan kembali ke Jakarta berarti dia akan berpisah dengan Inez. Dia tidak mau sampai hal itu terjadi, Karena perasaan cintanya sudah begitu dalam. Apalagi hubungan keduanya sudah sangat jauh.Teman-teman Adit, memutuskan untuk liburan satu hari lagi di sana, sebelum mereka kembali. Apalagi selama di sana tidak ada waktu untuk melakukan hal itu. “Lo yakin tidak ikut?” tanya Romi.“Gak, kalian aja,” jawab Adit.“Baiklah, kalau begitu kita jalan dulu. Jangan menyesal nanti,” ucap Romi. Dia mengatakan hal itu sebelum dirinya pergi meninggalkan Adit.Adit masih bermalas-malasan di atas tempat tidur, dia sengaja tidak ikut karena ingin menghabiskan waktu dengan Inez. Sebelum mereka berdua bertemu, Adit masih mempunyai waktu untuk bersantai. Inez merasa heran karena kali ini ibunya belanja hanya sedikit, hingga membuatnya bertanya-tanya. “Bu, tumben sekali belanjan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02

Bab terbaru

  • Cinta Terhalang Restu   bab 30

    Nia membantu merawat Inez dan juga bayinya, mengingat dia hanya seorang diri bahkan ini pengalaman pertama baginya, walau tidak memiliki pengalaman. Namun, Nia telaten dalam mengurus bayi membuat Inez semakin kagum dengan sosoknya.Tetapi di sisi lain Inez semakin merasa berhutang budi banyak kepada Nia, karena rela menutup tokonya sementara demi membantu dirinya. “Mbak, terima kasih banyak. Maaf kalau aku jadi merepotkan,” ucap Inez. “Kamu jangan ngomong gitu, aku senang bisa bantu kamu,” jawab Nia. Dia langsung memberikan Devano kepada Inez untuk di beri asi, setelah semua selesai karena hari sudah sore Nia berniat untuk berpamitan karena dia harus segera pulang. “Nez. Kamu gak apa-apa kalau aku tinggal?” tanya Nia. “Iya Mbak,” jawab Inez. Nia sekarang lebih tenang setelah mendapatkan jawaban seperti itu, dia langsung bersiap-siap tidak lupa menggendong Devano terlebih dahulu sebelum dirinya pulang. Waktu terus berjalan tanpa terasa kini Devano berusia 6 bulan, Inez memberika

  • Cinta Terhalang Restu   bab 29

    Satu Minggu berlalu Inez yang merasa bosan berada di rumah terus memutuskan untuk berkunjung ke toko. Namun, saat hendak melangkah tiba-tiba dia merasakan perutnya sakit. “Aduh,” ucap Inez sambil memegangi perutnya. Inez langsung menyandarkan diri sambil menarik napas supaya rasa sakit di perutnya mereda, setelah merasa lebih baik dia segera mengambil tas dan bergegas pergi. Selama perjalanan menuju toko sesekali dia merasakan kontraksi yang tidak terlalu sering. Namun, masih bisa di tahan. Dia langsung menarik napas lega setelah sampai di depan toko setelah perjuangan berjalan ke sana sambil merasakan perutnya yang sesekali terasa sakit. Dia menunggu sebentar setelah melihat masih banyak pembeli di sana, sambil sesekali mengelus perutnya yang terasa kencang.“Nez. Kenapa kamu di sini?” tanya Nia. Tanpa sengaja dia melihatnya berada di dekat toko. “Aku mau main Mbak, Cuma tadi lagi rame jadi menunggu di sini,” jawab Inez sambil berjalan menghampiri Nia. Wajah Nia begitu sangat b

  • Cinta Terhalang Restu   bab 28

    Inez mulai tampak lelah karena sekarang kandungannya sudah memasuki usia 9 bulan. Namun, dia masih semangat bekerja. Sering kali Nia mengingatkan agar dia mengambil cuti supaya tidak terlalu lelah, tetapi Inez masih masih semangat dan kuat untuk tetap bekerja. “Apa kamu belum mau ambil cuti?” tanya Nia. “Belum Mbak, lagian aku masih kuat,” jawab Inez. “Tapi aku sangat khawatir,” ucap Nia. “Gak usah khawatir Mbak, aku baik-baik saja,” jawab Inez. “Ya sudah. Tapi kalau kamu capek istirahat, jangan terlalu di paksakan,” sahut Nia. “Iya Mbak,” jawab Inez. Sebenarnya Nia sudah merasa tidak tega saat melihat Inez, tetapi karena semangat dan keras kepalanya membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan sering kali dia meminta Inez untuk sering beristirahat tapi tidak pernah di dengarkan. Nia menatap Inez dengan tatapan yang sulit di artikan, mungkin kalau dirinya ada di posisi seperti Inez saat ini dia pasti sudah menyerah. Tidak terasa matanya langsung berkaca-kaca saat mengingat k

  • Cinta Terhalang Restu   bab 27

    Leli yang memang sudah mengatur pertemuan untuk Adit dan Keyla, meminta agar putranya itu bersiap-siap karena mereka akan pergi ke rumah keluarga Wiguna. Yang tidak lain orang tua dari Keyla.“Kenapa harus secepat ini?” tanya Adit. Dia tidak pernah mengira bahwa perjodohan yang di usulkan oleh Maminya begitu cepat.“Bukannya lebih cepat itu lebih baik,” ucap Leli.“Benar, lagian apa yang kamu tunggu?” Sambung Hendra. “Aku belum siap,” ujar Adit. Keduanya langsung kaget saat mendengar hal itu, tentu mereka tidak menyangka kalau Adit akan mengatakannya. “Apa?” tanya Leli. Seraya menatap dengan tatapan kesal kepada Adit. “Aku memang setuju untuk bertemu dengan wanita pilihan kalian, tetapi tidak secepat ini,” ucap Adit. “Jangan membuat masalah,” sahut Hendra.Dia segera beranjak dari duduknya saat merasa kalau Adit sedang mempermainkan mereka berdua. “Pokoknya. Mami tidak mau dengar apa pun, kita akan pergi malam ini,” ucap Leli.Sungguh Adit semakin tidak habis pikir, mengapa ora

  • Cinta Terhalang Restu   bab 26

    Kehidupan Inez mulai membaik setelah dirinya bekerja, bahkan dia merasa bersyukur memiliki bos seperti Nia. Yang selalu memerhatikan apa pun tentang dirinya hingga membuat dia tidak merasa sendirian lagi. Tetapi semuanya berbanding terbalik dengan kehidupan yang Adit  jalani, semenjak lulus kuliah dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, hal itu membuat kedua orang tuanya berniat untuk mengajarkan Adit mengelola perusahaan yang kelak akan menjadi miliknya. Beberapa bulan berlalu. Namun, sikap Adit masih dingin bahkan dia cenderung lebih suka mengurung diri di kamar, hal itu membuat kedua orang tuanya memikirkan rencana untuk mencarikan calon istri untuk Adit. Hendra tahu bahwa putranya belum bisa lepas dari bayang-bayang wanita itu, memutuskan untuk mengajak membantunya di perusahaan. Adit menolak permintaan Papinya karena dia merasa tidak cocok bekerja di sana, terlebih dia tidak tertarik dengan dunia bisnis.

  • Cinta Terhalang Restu   bab 26

    Hari pertama bekerja Inez begitu sangat bersemangat bahkan terkadang dia sampai lupa untuk beristirahat, hal itu membuat Nia begitu kesal karena Inez tidak mementingkan asupan makanan untuk calon bayinya.“Kamu belum makan?” tanya Nia.“Belum Mbak, nanti saja,” sahut Inez. “Sekarang kamu makan dulu, ini sudah lewat jam makan siang. Nanti biar itu aku yang selesaikan,” ucap Nia. Dia segera menarik roti yang tengah di susun Inez.“Tapi Mbak, ini tinggal dikit lagi,” jawab Inez. “Baiklah! Kalau kamu mau selesaikan ini. Tapi mulai besok tidak perlu datang kesini lagi,” kesal Nia. “Kalau gitu, aku makan dulu Mbak,” ucap Inez Dia hanya mengangukan kepalanya sebagai jawaban.Mendengar Nia berkata seperti itu Inez mau tidak mau menurut karena dia tidak ingin sampai kehilangan pekerjaannya, dia segera melangkah pergi ke ruangan belakang di mana Nia suda

  • Cinta Terhalang Restu   bab 24

    Inez terus berjalan tanpa tujuan, iya memiliki harapan agar bisa mendapatkan pekerjaan walau kemungkinannya sangat kecil sekali. Karena dia tahu bahwa banyak orang pasti tidak tega memperkerjakan dirinya yang tengah mengandung.Hingga dia tiba di persimpangan jalan sejenak menoleh ke kanan dan ke kiri, terlihat begitu ramai kendaraan lalu lalang. Merasa lelah dia memutuskan untuk beristirahat sejenak di pinggir jalan.Dia kembali melihat sisi dompetnya yang hanya menyisakan uang satu lembar, hatinya begitu sedih kenapa nasibnya seperti ini. Untuk mendapatkan pekerjaan pun sangat sulit baginya, cobaan hidup ini hampir membuat Inez tidak mampu untuk bertahan tetapi dia sadar bahwa ada bayi yang harus dia perjuangkan membuatnya kembali bersemangat.Inez merasa lapar hingga pandangannya tertuju ke arah sebuah toko roti, dia segera beranjak dari duduknya dan berjalan ke sana. Seketika matanya membulat saat melihat harga roti yang terpampang di depan etalase toko. “Mahal sekali,” batin In

  • Cinta Terhalang Restu   bab 23

    Inez bisa beristirahat setelah perjalanan yang cukup melelahkan, dia mulai merebahkan tubuhnya sambil menatap ke arah langit-langit kamar kontrakan. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan dengan cepat dia kembali bangkit. Dia melihat sisa uang yang masih dia miliki, raut wajahnya seketika berubah saat melihat dua lembar uang merah yang tersisa di dalam dompetnya. Tentu saja uang itu hanya cukup untuk beberapa hari saja, apalagi mengingat dia hidup di kota besar dan semua harus di beli. Membuat dirinya berpikir untuk mencari kerja demi memenuhi kebutuhan dan biaya persalinannya kelak. Dia kembali ke merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tipis yang sudah tersedia di sana. Pagi harinya Inez yang sudah rapi segera melangkah keluar rumah kontrakannya, dia membeli roti serta air mineral untuk sarapan sebelum pergi mencari pekerjaan. Pemilik warung merasa heran karena melihat Inez hanya membeli roti dan air mineral saja, hingga rasa penasarannya muncul. Apalagi melihat kondisinya yang te

  • Cinta Terhalang Restu   bab22

    Keputusannya untuk pergi ke Jakarta sudah bulat, walau kedua orang tuanya tidak setuju akan hal itu tetapi Inez masih bersikeras. Nilam berusaha membujuk Inez agar mengurungkan niatnya, tapi semua itu sia-sia karena Inez tetap pada pendiriannya. “Biarkan saja Bu. Memang dia pikir hidup di kota itu mudah,” ucap Pak Edi. “Ayah jangan bicara begitu,” jawab Nilam.“Benar apa yang dikatakan ayah, kalau hidup di sana tidak mudah. Tetapi kalau aku pergi kalian tidak perlu malu lagi,” ucap Inez.“Kamu jangan dengarkan ayah, ibu mohon tetap di sini,” pinta Nilam. Inez tidak berkata apa pun lagi, dia segera melepaskan tangan Nilam yang sejak tadi menahannya agar tidak pergi. Dengan berat hati dia harus meninggalkan desa di mana tempat dia dilahirkan dan seluruh kenangannya. Nilam begitu histeris melihat kepergian putrinya, tetapi tidak dengan ayahnya yang hanya menatap yang sulit di artikan. Sejenak Inez terdiam di ambang pintu sebelum menetapkan hatinya dan lalu beranjak pergi.Inez meras

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status