Share

38. Bolehkah?

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 13:33:32

"Ratna, ayo!" teriak Delon yang ternyata sudah menunggu di dalam mobil yang kini menepi di depan pagar rumah Rizal.

Semua barang Ratna yang tadi Rizal letakkan di depan Ratna pun kini sudah tidak ada, di angkat Delon ke dalam mobil.

Ratna terlonjak kaget dan memanjangkan badannya di bantu oleh kakinya yang jinjit untuk melihat mas Delon, dan menganggukkan kepala ke arah kakak lelakinya itu. 

"Assalamualaikum!" salam Ratna yang kemudian bergegas menyusul Delon, tanpa lagi menoleh ke arah Rizal, tak terdengar olehnya jawaban salam dari lelaki yang pernah menjadi penguasa hatinya itu.

Dulu, Ratna tak pernah keluar dari rumah sebelum mencium punggung tangan lelaki itu. Jadi terasa aneh, apalagi sepintas tadi terlihat olehnya, Rizal yang hendak mengulurkan tangannya. Namun, dirinya sudah berbalik arah.

"Kita langsung pulang atau bagaimana, Dik?" tanya Delon pada Ratna, saat mobil yang di kendarainya mulai berbelok arah.

Ratna terdiam tak men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Tanpa Tapi   39. Dukungan Delon

    Delon tak menjawab, dia terus saja menikmati makanan seafood yang di pesannya. Malah kini menyuruh Ratna juga untuk tidak perduli dengan perkataan Aldo yang tadi sempat terlihat membuat mata cantiknya terbeliak sesaat."Ouy, Delon!" Setengah berteriak Aldo memanggil Delon dengan tatapan tak percaya kalau sahabatnya itu malah bersikap tak perduli."Buktikan, Aldo. Bukan hanya di mulut saja. Omongan tanpa bukti itu namanya hoak!" Dengan tangan meletakkan gelas kosong karena ia teguk di atas meja, Delon menjawab apa yang membuat Aldo penasaran."Aduh!" Delon mengadu saat pahanya terasa ada yang mencubit dari bawah meja."Apa sih, Dik?" tanya Delon dengan mata melotot ke arah Ratna yang kembali menundukkan wajahnya, yang mungkin kini sedang blushing. Dan menunjukkan wajah tak bersalah.Delon Kemudian melanjutkan makannya dengan sangat nikmat. Saat melihat Ratna hanya diam saja. Delon pun bersikap seolah tak perduli kalau di sekitarnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Cinta Tanpa Tapi   40. Bahaya ini Bunda

    "Sarapan apa, kita pagi ini?" tanya Delon yang baru ikut bergabung di meja makan."Aku bikin bubur ayam, Mas. Menurutku ini cocok untuk sarapan." Ratna menjawab, sebelum memasukkan sendok ke dalam mulutnya.Delon tak lagi menjawab, dia sibuk menyeruput kopi bikinan Ratna."Apakah kau memasak banyak, hari ini?" tanya Bunda yang sudah menghabiskan sarapannya."Ya, aku juga sudah menyiapkan bekal untuk Bunda dan mas Delon. Aku harap cocok di lidah.""Mmm ... Kenapa tidak membuka cafe saja, Dik? Kopimu bikin aku ketagihan." Delon kembali memberikan pendapat yang sama pada Ratna"Akan ku jadikan pertimbangan, hanya saja aku masih tidak percaya diri untuk melakukan inovasi, Mas.""Kau ajaklah sahabatmu untuk bekerja sama, dari situ bakalan tumbuh rasa kembali rasa percaya diri kamu." Delon memberikan usul pada Ratna."Serius?" tanya Ratna sontak menghentikan kunyah nya dan dengan mata tak percaya menatap

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Cinta Tanpa Tapi   41. Dia berubah.

    Ketiga wanita berseragam sama itu sontak menoleh ke arah ruangan bos Aldo yang dari awal memang tertutup."Pak!" Serempak mbak Nur, Ratna dan mbak Nina menyapa Aldo yang hanya membuka pintunya sedikit saja, sambil menganggukkan kepala."Kopi buatku, mana? Tolong bikinkan juga dong." Ketiganya saling berpandangan, dan entah kenapa pandangan mbak Nur dan Mbak Nina tertuju pada Ratna, yang hanya bisa tersenyum sambil mengangguk."Baik, Pak," ujar Ratna yang kemudian melangkah kembali ke dapur, membuat apa yang pak Aldo tadi minta."Pak, kopinya!" seru Ratna setelah mengetuk pintu ruangan pak Aldo yang tertutup. Dengan baki di kedua tangannya."Masuk!"Mendengar suara perintah dari dalam ruangan, Ratna kemudian memegang baki yang di atasnya berisi secangkir kopi dengan satu tangan, sedang tangan yang lainnya, ia gunakan untuk membuka pintu."Ini kopinya, Pak." Ratna berkata, dengan tangan kembali menutup pintu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Cinta Tanpa Tapi   42. Ibunya Rizal

    Suara mantan mertuanya membuat Ratna hanya bisa menahan kesal, bola matanya berputar sambil menghela napas panjang. "Ini sebentar, kamu boleh nunggu di sini atau di rumahmu, kita lanjut via aplikasi hijau ya. Tapi hari ini kita jadi kok yang mau ke rumah Rafi." Ratna berpesan dengan rangan meraih tas dan segera keluar pintu menyusul mantan mertuanya. "Aku tunggu di sini aja, ya!" Setengah berteriak Nay, menjawab apa yang tadi Ratna katakan. "Ok!" Ratna menjawab sambil melambaikan tangan kanannya, sebelum menutup pintu. "Mobilmu mana?" tanya ibunya Rizal saat mereka melangkah ke luar pagar salon. "Aku nggak punya mobil, Bu." jawab Ratna santai. "Jangan bohong kamu, masak anak Chalondra tidak mempunyai mobil." Ibunya Rizal langsung menyanggah apa yang tadi Ratna katakan, terlihat bibir bawahnya yang sudah tebal semakin tebal karena dia majukan sedikit. "Ibu tahu dari siapa kalau aku anak Chalondra?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Cinta Tanpa Tapi   43. Rumah Rafi

    "Jadi kamu ninggalin ibunya Rizal di kedai bakso, Rat? Hahahaha!" tanya Nay, dari belakang punggung Ratna.Sesuai dengan rencana, siang itu mereka berdua pergi berkunjung ke rumah Rafi."Iyaaa, habis aku kesel Nay, enak aja minta rumah buat Rizal ma istri mudanya, emangnya aku perempuan yang tingkat kebodohannya sudah akut apa?" sahut Ratna, kesel.Nay tak tahan untuk tertawa saat mendengar cerita yang di sampaikan Ratna."Berhenti di sini, Rat!" Nay berseru di sela tawanya, dengan tangan menunjuk sebuah rumah. Membuat Ratna menghentikan laju motornya di depan sebuah rumah sederhana, yang tadi Nay tunjuk."Ini rumah Rafi kan, Nay? Bener kan?" tanya Ratna antara yakin dan nggak. Matanya menyisir rumah bergaya kuno. Namun, terawat. Halaman luas dengan sebuah pohon jambu biji besar dan rindang.Selintas kenangan masa lalu muncul di benak Ratna, saat matanya melihat bale bambu yang ada di bawah pohon."Iya, emangny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Cinta Tanpa Tapi   44. Permintaan Bunda

    "Bagaimana Delon, apakah mantan suami adikmu sudah kamu keluarkan dari kantor?" Malam itu bunda sengaja mendatangi Delon di ruang kerjanya, mungkin beliau penasaran dengan perkembangan kelanjutan hubungan antara putri dan mantan menantunya. "Tidak, Bun. Ratna memaafkan Rizal." Delon menjawab dengan mengalihkan pandangan ke arah Bunda, menyambut wanita yang mendatanginya. "Apa maksudmu? Apakah dia mau rujuk?" tanya Bunda, dengan menarik salah satu kursi yang ada di depan meja yang di pakai anaknya meletakkan laptop. Untuk beliau duduki. "Tidak ... bukan itu maksudku, Bun. Ratna memaafkan Rizal, tapi tidak untuk rujuk. Bahkan Ratna menolak ajakan Rizal." Delon menjelaskan, kemudian menghela nafas panjang, dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah laptop, mengutik sebentar kemudian menutupnya. "Jadi, sekarang apa keputusanmu tentang Rizal?" "Bunda, tidak usah berbasa basi, sebenarnya apa yang ingin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Cinta Tanpa Tapi   45. Bibirmu manis 21+

    Ratna menghela nafas panjang, pagi tadi, untuk ke dua kalinya dia telah menerima gaji, dan siang ini dengan surat yang semalam dibuatnya dengan bantuan kakaknya. Perempuan cantik yang mengikat rambut nya serupa dengan ekor kuda itu mantap memutuskan untuk resign dari salon.Ratna, Nay dan Rafi sepakat untuk bekerja sama membangun kafe di rumah Rafi."Bismillah," desis Ratna lirih, sambil memejamkan matanya sesaat, kemudian membukanya lagi.Took! Took!Dengan wajah tegang, Ratna mengetuk pintu ruangan kerja pak Aldo. Berulang kali dia terlihat mendesah dan membuang nafas kasar."Masuk!" Terdengar jawaban dari dalam."Permisi, Pak," pamit Ratna yang membuka pintu dan menunjukkan hanya wajahnya saja."Ratna, masuk!" Seru pak Aldo, tanpa memandanginya."Duduk lah, dan katakan ada maksud apa ke sini?" sambung lelaki yang masih dengan mata terus menatap laptop di mejanya.Sikap pak Aldo yang benar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Cinta Tanpa Tapi   46. Rumah Rafi

    "Hei, kamu sudah?" tegur Nay, saat mereka berpapasan di pintu masuk ke ruangan dalamRatna tersentak, dia menghentikan langkahnya saat tangan Nay mencolek lengannya."Eh, apa!?" tanya Ratna, rupanya dia tadi melangkah sambil melamun. Hingga tak menyadari saat berpapasan dengan Nay tadi."Kamu sudah belum, ngasih surat pengunduran dirinya?" Nay bertanya dengan tangan kiri melambaikan map berwarna merah ke arah Ratna."Su–sudah, aku sudah." Ratna gelagapan menjawab pertanyaan sahabatnya."Kamu kenapa, Ratna? Sakit, ya?" Mendengar nada bicara Ratna, Nay langsung memicingkan matanya, menatap penuh selidik.Tangan kanan Nay sontak meraba kening Ratna. Dengan tatapan mata yang tampak khawatir."Enggak, kok. Hanya terlalu memikirkan rencana untuk kafe kita nanti," Ratna berbohong, tentu saja dia tak mungkin menceritakan apa yang terjadi sebenarnya."Jangan terlalu di pikir, Rat. En

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15

Bab terbaru

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

  • Cinta Tanpa Tapi   99. Mie ayam

    "Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala

  • Cinta Tanpa Tapi   98. Aldo sakit.

    "Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli

  • Cinta Tanpa Tapi   97. Kurang kuat? (21+)

    Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar

DMCA.com Protection Status