Alif menggunakan puluhan lain untuk menggunakan mesin boneka itu. Aluf terus mencoba dan akhirnya dia berhasil mendapatkan boneka itu.
"Akhirnya aku bisa mendapatkan boneka ini. Pasti Alea senang saat menerima boneka ini." kata Alif sambil tersenyum. Alif langsung pergi ke kantor dan menemui aku di ruang kerja. "Alif!" kataku sambil tersenyum. "Alea, kamu harus menutup mata sekarang!" kata Alif sambil tersenyum. "Tutup mata? Untuk apa?" tanyaku sambil merasa bingung. "Tutup saja!" kata Alif sambil tersenyum. "Baik, aku akan menutup mata." kataku sambil tersenyum.Saat aku menutup mata, Alif mendekati dan memberikan boneka kepada aku. Aku langsung membuka mata dan melihat boneka itu. "Ternyata kamu sudah berusaha keras untuk mendapatkan boneka ini. Aku tidak menyangka bahwa kamu akan mendapatkan boneka ini. Akhirnya kamu berhasil." kataku sambil tersenyum. "Tentu saja, aku tidak in"Apa? Ini foto masa kecil aku. Kenapa foto ini bisa berada di lemari Alea? Apa Alea menyimpan foto aku ini? Ini sangat memalukan, aku terlihat sangat lugu dan polos. Ini foto terburuk sepanjang sejarah." kata Alif sambil merasa malu.Alif langsung menyimpan foto kecilnya. Saat itu, Tamara langsung pergi ke ruangan Andre."Ini dokumen yang kamu inginkan." kata Tamara sambil tersenyum."Apa kamu bisa menemani aku? Kita harus pergi ke proyek dan memeriksa pembangunan itu?" tanya Andre sambil tersenyum."Boleh, aku akan menemani kamu. Kamu pasti akan menemui pak Beni." jawab Tamara sambil tersenyum.Mereka berdua pergi ke proyek pembangunan itu. Dalam perjalanan, Andre menanyakan pendapat Tamara tentang kalung yang dia sudah beli."Bagaimana pendapat kamu tentang kalung ini?" tanya Andre sambil menunjukkan kalung itu."Bagus sekali. Untuk siapa kalung ini?" tanya Tamara sambil merasa penasaran."Untuk sese
"Ternyata kamu masih mengingat kejadian itu." kata Andre sambil tersenyum."Tentu saja, itu adalah kejadian tidak terlupakan sepanjang sejarah Andre." kata Tamara sambil tersenyum."Aku ingat saat kamu jatuh di depan semua teman kelas kita. Kamu menjatuhkan minuman ke wajah kakak kelas yang sedang kamu sukai sampai dia merasa malu dan pergi." kata Andre sambil tersenyum."Benar itu, aku merasa bersalah terhadap dia. Aku langsung kehilangan harapan untuk dekat dengan dia. Lebih baik mundur daripada ditolak oleh dia. Itu akan sangat memalukan bagi aku." kata Tamara sambil tersenyum."Tidak masalah, terkadang harus ada yang membuat kita merasa malu sampai ingin tertawa. Supaya hidup terasa beraneka ragam. Tidak berjalan dengan datar. Kita memiliki kisah untuk diceritakan kepada pasangan kita nanti." kata Andre sambil tersenyum."Aku setuju dengan kamu, Andre." kata Tamara sambil tersenyum."Tentu saja, aku memang benar."
Rara mulai berhenti menangis dan merasa senang. Aku merasa salah karena menjanjikan sesuatu yang sangat sulit. Alif melihat ke arahku dan tersenyum. Alif langsung memegang tanganku."Jangan khawatir, aku akan menemukan orang tua dia. Aku tidak akan membiarkan kamu merasa sedih. Aku bisa mencari seseorang. Itu sudah tugas aku, tidak akan sulit bagi aku menemukan orang tua dia. Kamu harus percaya kepada aku." kata Alif sambil tersenyum."Baik." kataku sambil cemberut."Jangan cemberut, kamu harus tersenyum. Aku tidak akan mengecewakan kamu. Aku pasti akan menemukan orang tua dia." kata Alif sambil tersenyum."Baik, Alif." kataku sambil tersenyum.Kami sampai di rumahku."Rara, apa kamu ingin makan sesuatu?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku menang sangat lapar. Aku ingin makan." jawab Rara sambil merasa sedih."Kamu duduk sebentar saja di sini. Aku sudah memesan makanan untuk kita bertiga." katak
Roni memikirkan perkataan Alif itu benar. Roni tidak akan aman jika dia terus tinggal di tempat ini."Baik, aku akan tinggal dengan kalian berdua." jawab Roni sambil merasa kesal."Bagaimana dengan aku? Kenapa kamu tidak mengajak aku, Alif?" tanya Fauzi sambil merasa kesal."Kamu akan tinggal di rumah Dita, bukan?" tanya Alif sambil tersenyum."Kenapa aku tidak bersama kalian saja? Bagaimana jika aku ditangkap oleh mafia itu? Bagaimana jika mereka menemukan aku di rumah Dita?" tanya Fauzi sambil merasa khawatir."Bodoh, mafia itu bukan polisi. Mereka tidak akan bisa memasuki tempat tinggal seseorang. Mereka hanya akan mencari tempat yang mencurigakan dan sepi. Tempat yang tidak memiliki kepemilikan atau pemilik yang kurang jelas. Sedangkan Alea dan Dita, mereka tidak berurusan dengan para mafia itu." Jawab Alif."Benar itu, aku pikir kamu sudah mulai pandai. Ternyata kamu masih saja lambat, Fauzi." kata Roni sambil te
"Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk mendorong batu sebesar ini. Aku tidak kuat." kata Roni sambil merasa lelah."Apa kamu pikir kami sanggup?" tanya Alif sambil merasa kesal."Benar, Roni. Aku lelah tapi ini harus kita lakukan." kata Fauzi sambil merasa kesal.Mereka mencoba mendorong batu besar itu dengan sekuat tenaga. Sampai akhirnya mereka berhasil mendorong batu besar itu."Berhasil, kita harus maju lagi." Kata Alif."Syukurlah, aku tidak perlu lari lagi. Tenaga sudah terkuras dengan sangat dalam." kata Fauzi sambil merasa lelah."Aku sangat lapar, aku ingin segera makan." kata Roni sambil merasa kesal."Kita masih harus mencari jalan keluar sebelum pergi mencari makanan." kata Alif sambil merasa bingung."Ke mana lagi kita harus pergi?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kita harus menemukan jalan ke arah pulang." Jawab Alif.Semakin mereka maju, mereka semakin tid
Aku merasa bahwa mereka sudah dikejar oleh para mafia lagi. Alif terlihat sangat lelah dan lapar. Aku langsung memesan banyak makanan untuk mereka berdua. Pengantar makanan datang dan mereka langsung memakan semua itu."Kenapa kamu pergi? Apa kalian sudah dikejar oleh mafia itu lagi? Bagaimana kalian bisa datang malam ini? Apa ada sesuatu yang telah terjadi?" tanyaku sambil merasa bingung."Tadi, aku pergi karena Roni memberitahukan kepada aku bahwa tempat persembunyian kami hampir ketahuan oleh mafia itu. Kami langsung pergi dan ternyata mereka sudah menyadari kepergian kami bertiga. Mereka terus mengejar sampai kami masuk ke dalam sebuah jalan kecil yang sangat membingungkan." jawab Alif sambil merasa lelah."Jalan membingungkan? Apa maksud kamu?" tanyaku sambil merasa terkejut."Saat kami masuk, kami terjebak dan tidak bisa keluar. Untung saja kami masih bisa menemukan cara untuk keluar dari tempat itu. Jika tidak, kami pasti masih bera
"Kenapa aku melakukan itu terhadap Tamara? Bagaimana jika dia sungguh marah dan menjauh dari aku? Dasar kamu bodoh, Andre." kata Andre sambil merasa kesal.Tamara langsung mengerjakan pekerjaan dia. Andre melihat Tamara dari jendela ruangan kerjanya."Sepertinya Tamara sangat marah. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika dia ingin keluar dari kantor karena tindakan aku ini?" tanya Andre sambil merasa bingung.Fauzi langsung pulang ke rumah Dita. Roni terbangun dan merasa lapar. Roni langsung pergi ke meja makan. Tapi dia tidak melihat makanan di atas meja makan."Di mana makanan? Apa yang harus aku makan pagi ini?" tanya Roni sambil merasa bingung.Roni langsung memanggil nama Alif tapi Alif masih tidur. Roni langsung pergi ke dalam kamar tidur Alif."Ternyata dia masih tidur." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung membangunkan Alif dari tidurnya."Alif!" teriak Roni sambil merasa kesa
Zidan langsung masuk ke dalam ruangan kerjaku. Zidan menaruh dokumen di atas meja kerjaku."Ini dokumen yang anda inginkan, ibu Alea. Saya sudah mengejakan semuanya." kata Zidan sambil tersenyum."Bagus, ternyata kamu cepat menyelesaikan semuanya." kataku sambil tersenyum.Aku sangat mabuk sampai tidak bisa fokus saat Zidan menjelaskan tentang dokumen itu."Bagaimana? Kenapa? Apa ada sesuatu yang salah?" tanyaku sambil merasa bingung."Sepertinya ibu Alea kurang fokus. Ada apa? Apa ada masalah yang telah terjadi? Atau ada sesuatu yang salah dari saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung.Aku langsung memeriksa dokumen yang diberikan oleh Zidan."Tidak, kamu sudah mengerjakan dengan benar." jawabku sambil tersenyum."Lalu, kenapa? Apa ada sesuatu yang sudah mengganggu pikiran ibu Alea?" tanya Zidan sambil merasa bingung.Aku mulai menceritakan tentang pembicaraan aku dengan pak Beni tadi
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal