Aku merasa senang karena dia memakan itu. Padahal dia memasak lebih baik dari aku. Tapi dia tetap mengharapkan buatan aku.
"Kamu yang pertama." Kataku.
"Pertama apa? Mencoba makanan kamu ini. Itu pasti, aku yakin tidak ada yang ingin makan dari hasil masakan kamu." Kata Alif.
"Benar, kamu yang pertama memakan masakan yang aku buat meski tidak enak. Aku belum pernah memasak tapi kamu seperti menyukai masakan aku. Kamu sungguh bisa menghargai seseorang dengan cara yang baik." Kataku.
"Tidak juga, jangan berlebihan. Aku hanya makan ini karena aku bukan orang yang suka membuang makanan. Itu saja, jangan terlalu percaya diri." Kata Alif.
"Kenapa kamu sangat menyebalkan sekali? Tidak bisa mengatakan sesuatu yang manis untuk membuat aku senang. Ternyata seperti ini rasanya berbicara dengan seorang penipu." kataku sambil merasa kesal.
"Aku sudah mengatakan untuk jangan berharap. Kamu ini terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin." Kata Alif.
"Aku harus pergi." Kataku.
"Ke mana?" tanya Alif.
"Sudah mulai peduli." jawabku sambil tersenyum.
"Tidak, aku hanya salah tanya. Silakan jika ingin pergi, itu bukan urusan aku." kata Alif sambil merasa gugup.
Aku pergi untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Fauzi berada di rumah Dita.
"Kenapa kamu menolong aku?" tanya Fauzi.
"Apa salah jika membantu? Jika kamu ingin pergi, silahkan." Jawab Dita.
"Kejadian tadi malam itu sebuah kesalahan. Aku harap kamu melupakan itu." Kata Fauzi.
"Jangan membahas itu lagi. Aku tidak ingin mengingat itu." Kata Dita.
"Bagus kalau begitu." Kata Fauzi.
Saat Dita berjalan, dia terjatuh. Fauzi langsung menghampiri Dita.
"Ada apa ini? Kenapa kamu bisa terjatuh?" tanya Fauzi sambil merasa khawatir.
"Apa itu yang harus kamu lakukan? Bertanya alasan aku jatuh. Aku tidak tahu, cepat bantu aku. Kaki aku sakit dan tidak bisa berdiri sendiri." jawab Dita sambil merasa kesal.
"Maaf, aku akan mengobati kaki kamu." Kata Fauzi.
Fauzi memegang tangan Dita. Tapi Dita sangat kesakitan sampai tidak dapat berjalan sendiri.
"Apa sangat sakit? Biarkan aku membawa kamu ke sana." Kata Fauzi.
Fauzi langsung menggendong Dita dan mengobati kakinya.
"Aduh, sakit! Jangan ditekan seperti itu." kata Dita sambil merasa kesakitan.
"Maaf, aku tidak sengaja." Kata Fauzi.
Fauzi memijat kaki Dita sampai Dita berteriak. Tapi kaki dia langsung merasa lebih baik.
"Ah! Sakit sekali." teriak Dita.
"Maaf, tapi aku harus melakukan ini." Kata Fauzi.
"Kenapa sekarang kaki aku merasa lebih baik dari sebelumnya? Ternyata kamu pandai melakukan ini. Terima kasih, Fauzi." kata Dita sambil tersenyum.
Fauzi merasa gugup saat Dita tersenyum kepada dia.
"Ada apa dengan kamu?" tanya Dita.
"Tidak ada, coba kamu berdiri dan jalan." Jawab Fauzi.
Dita mulai berdiri dan mencoba jalan.
"Ternyata aku bisa, tidak terasa sakit lagi." Kata Dita.
"Bagus, jika itu berhasil." Kata Fauzi.
Dita mendekati Fauzi dan bertanya.
"Apa kamu yakin jika kamu seorang penipu? Kenapa kamu sangat lembut untuk menjadi seorang penipu? Aku belum pernah mendengar penipu meminta maaf." kata Dita sambil menatap mata Fauzi.
"Aku tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku tidak sebaik itu. Jangan salah paham terhadap aku. Aku ini bisa menjadi sangat berbahaya. Aku bisa saja mengambil semua harta yang kamu miliki." kata Fauxi sambil merasa gugup.
"Jangan gugup jika menjadi penipu. Itu tidak akan membuat aku merasa takut." kata Ditto sambil tersenyum.
"Tidak, aku tidak gugup." kata Fauzi sambil terkejut.
"Ternyata kamu ini pria yang mudah dibaca." kata Dita sambil tersenyum.
"Sudah hentikan! Mundur sedikit dari aku!" kata Fauzi sambil merasa gugup.
Dita semakin maju dan berjarak sangat dekat dengan Fauzi.
"Mundur? Apa seperti ini?" tanya Dita sambil tersenyum.
"Kenapa kamu menyebalkan?" tanya Fauzi.
Aku sampai di rumah Dita untuk membahas pekerjaan. Ternyata aku melihat Dita sedang bersama seorang pria. Mereka berada di sisi dinding rumah.
"Maaf, aku mengganggu waktu pribadi sekertaris aku ini. Aku akan pergi." kataku sambil tersenyum.
"Apa? Tidak, ini tidak seperti yang ibu bayangkan." kata Dita sambil merasa tidak nyaman.
Aku langsung keluar dari rumah Dita. Dita memarahi Fauzi.
"Apa yang kamu lakukan? Lihat, pimpinan aku menjadi berpikir yang aneh. Aku tidak mungkin menyukai pria seperti kamu." kata Dita sambil merasa kesal.
"Apa? Kamu yang mendekati aku tapi kamu yang marah. Apa kamu sengaja melakukan ini?" tanya Fauzi.
"Tidak, sudah hentikan. Aku harus pergi." jawab Ditambah sambil merasa kesal.
Dia menghampiri aku.
"Maaf, ibu Alea. Tadi tidak seperti yang ibu pikirkan. Saya tidak menjalin hubungan dengan orang itu." Kata Dika.
"Kenapa kamu harus menjelaskan semua ini terhadap saya? Itu urusan pribadi kamu. Saya tidak peduli apa dia itu kekasih kamu atau bukan." Kataku.
"Benar, tapi saya hanya merasa harus menjelaskan saja." Kata Dita.
Kami langsung membahas pekerjaan.
"Semua sudah selesai untuk hari ini. Maaf, saya mengganggu hari libur kamu." Kataku.
"Tidak masalah, saya mengerti. Ibu pasti sedang sangat sibuk dengan klien baru. Saya harap semua bisa sa berjalan lancar." Kata Dita.
"Terima kasih." kataku sambil tersenyum.
"Kenapa saya merasa ada yang berbeda dari ibu? Apa ibu sedang jatuh cinta? Tidak bisanya, ibu mengatakan terima kasih sambil tersenyum kepada saya. Senyuman ibu juga sangat beda." kata Dita sambil merasa senang.
"Tidak, apa maksud kamu? Sudah hentikan, ini bukan urusan kamu." kataku sambil merasa kesal dan bingung.
Aku langsung pergi ke tempat yang sudah Andre persiapkan. Dalam perjalanan, aku memikirkan Alif.
"Apa benar ini sungguh perasaan cinta? Bahaya ini, aku sungguh mencintai penipu itu. Dita saja sampai bisa mengetahui bahwa aku sedang jatuh cinta. Bagaimana ini?" tanyaku sambil merasa bingung.
Saat sampai, Andre sudah menunggu aku di tempat itu. Tanpa diketahui, Alif mengikuti aku dan terus memperhatikan kami berdua.
"Alea!" kata Andre.
"Andre!" kataku.
"Kenapa kamu baru tiba di sini?" tanya Andre.
"Tadi aku baru saja dari rumah Dita untuk membicarakan tentang pekerjaan. Aku sedang memulai proyek baru. Jadi, aku sangat sibuk dan juga harus fokus." Jawabku.
"Begitu, jika kamu perlu uang atau bantuan. Kamu bisa mengatakan semua itu kepada aku. Aku akan berusaha membantu." kata Andre sambil mengusap rambutku.
"Jangan lakukan ini. Kamu hanya membuat rambut aku berantakan saja. Kamu tenang saja, aku masih memiliki uang. Aku ini tidak mengalami kesulitan. Aku hanya ingin merintis bisnis lain saja." Kataku.
"Baik, aku percaya. Aku sudah menyiapkan semua makanan kesukaan kamu." Kata Andre.
"Bagaimana kabar Rasti?" tanyaku.
"Rasti, dia sehat." Jawab Andre.
"Bagus kalian begitu, aku senang mendengar dia dalam keadaan sehat." kataku sambil tersenyum.
"Pengobatan dia berjalan lancar." kata Andre sambil tersenyum.
Alif melihat itu dan merasa kesal."Apa yang pria itu lakukan? Kenapa dia terlihat sangat dekat dengan Alea? Teman dekat tidak akan mengusap rambut teman dia sendiri. Apa pria itu memiliki rasa kepada Alea?" tanya Alif sambil merasa kesal.Alif merasa aneh dengan dirinya sendiri."Ada apa ini? Aku pasti sudah gila, aku tidak boleh merasa kesal. Biarkan saja Alea bersama pria lain. Untuk apa aku merasa tidak nyaman?" tanya Alif sambil bersikap tenang.Dita mengajak Fauzan makan di tempat yang sama. Tapi kami tidak saling memperhatikan dan duduk sangat jauh."Apa yang ingin kamu makan, Fauzi?" tanya Dita."Kenapa kamu mengajak aku makan di luar?" tanya Fauzi."Sebagai tanda terima kasih karena telah mengobati kaki aku." Jawab Dita."Begitu, aku akan memakan apa yang kamu pesan saja." Kata Fauzi."Baik, aku akan memesan untuk kamu." Kata Dita.Fauzi merasa seperti
"Untuk hal ini aku harus ikut campur. Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Dita." Kata Fauzi.Dita hanya melihat mereka berdua. Zidan langsung memukul wajah Fauzi. Dita terkejut dan marah kepada Zidan."Apa yang kamu lakukan, Zidan?" tanya Dita dengan sangat marah."Sekarang kamu membela pria ini. Ternyata kamu memang memiliki hubungan dengan dia. Bagus sekali, aku pergi sekarang." Jawab Zidan.Zidan langsung pergi dari rumah Dita. Dita langsung membawa Fauzi ke dalam rumah. Dita langsung membawa kotak P3K."Tidak perlu, aku tidak terluka parah. Ini hanya sedikit sakit saja." Kata Fauzi."Sudah diam saja." Kata Dita.Dita langsung mengobati luka di wajah Fauzi."Aduh! Bisa lebih lembut." Kata Fauzi."Aku sudah pelan, kami saja yang berlebihan." kata Dita sambil mengoles obat merah."Ternyata kamu peduli terhadap aku." Kata Fauzi."Tidak j
Aku merasa bahwa seorang penipu memang tidak akan bisa mencintai seseorang."Kenapa aku begitu bodoh? Aku mengharapkan seseorang yang tidak mungkin aku dapatkan." kataku sambil merasa kesal.Dita langsung masuk ke ruangan aku."Maaf, ibu Alea. Saya ingin memberikan dokumen ini. Semua dokumen ini membutuhkan tanda tangan ibu." kata Dita sambil tersenyum."Simpan saja, Dita!" kataku sambil merasa kesal."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita keluar dari ruangan dan mengerjakan pekerjaan dia. Andre datang dan menghampiri Dita."Apa Alea sedang di ruangan?" tanya Andre sambil merasa penasaran."Ada, pak. Ibu Alea sedang mengerjakan tugasnya." Jawab Dita.Andre langsung masuk ke ruangan aku."Andre!" kataku sambil tersenyum."Ternyata kamu emang sedang sibuk. Maaf, aku mengganggu. Aku hanya ingin membicarakan bisnis baru." Kata Andre.&
"Aku hanya tersenyum karena dia wanita bodoh." kata Fauzi sambil merasa kesal."Kenapa? Apa pria itu sungguh brengsek?" tanya Alif sambil merasa bingung."Pria itu sudah berani menyakiti kekasihnya. Seorang pria tidak bisa disebut pria sejati jika memukul wanita dia. Apalagi jika mereka saling mencintai satu sama lain." kata Fauzi sambil merasa kesal."Ternyata begitu, apa dia cantik?" tanya Aluna sambil tersenyum."Dia cukup cantik." jawab Fauzi sambil tersenyum."Sudah aku tebak, kamu memang sedang jatuh cinta. Aku tidak menyangka itu, Fauzi. Selamat." kata Alif sambil tersenyum.Fauzi merasa kesal dengan perkataan Alif. Fauzi langsung mengubah topik pembicaraan mereka."Sudah, Alif. Bagaimana dengan Alea? Apa dia mengizinkan kamu untuk pergi?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Alif langsung berpikir bahwa aku akan sangat marah terhadap dia jika kami bertemu lagi."Untuk apa a
Klien langsung menyuruh aku untuk memulai rapat."Bisa kita mulai sekarang?" tanya klien sambil tersenyum.Roni berjalan menelusuri hutan dan akhirnya menemukan Alif dan Fauzi."Kalian memang bukan teman yang setia." kata Roni sambil merasa kesal."Roni!" kata Fauzi sambil merasa terkejut."Akhirnya kamu sampai di sini." kata Alif sambil tersenyum."Tentu saja, telah habis satu malam aku mencari kalian berdua. Aku sudah dikejar oleh banyak mafia. Beruntung aku bisa lolos dan sampai di hutan ini." kata Roni sambil merasa kesal."Apa kamu pikir kita tidak dikejar oleh mafia itu? Memangnya sedang apa kami berada di sini?" tanya Alif sambil merasa kesal."Semua ini memang jebakan yang telah dibuat oleh mereka." kata Fauzi sambil merasa kesal."Apa kamu tahu jalan menuju tempat persembunyian kita?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tahu, aku lapar. Apa kali
Zidan datang menghampiri kami. Aku merasa bingung dengan hubungan mereka berdua."Dita, aku ingin bicara berdua dengan kamu." kata Zidan sambil melihat ke arah Dita."Maaf, aku tidak ingin bicara dengan kamu. Aku sedang sibuk. Ibu Alea ingin berbicara dengan aku." kata Dita sambil merasa kesal.Aku merasa bahwa Dita ingin menjauh dari pria itu. Aku langsung menarik tangan Dita dan membawa dia pergi. Sepertinya mereka sedang memiliki hubungan yang tidak baik."Ayo Dita!" kataku sambil menarik tangan Dita."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita membawa aku ke rumahnya."Maaf, ibu Alea. Saya membawa anda kemari karena saya sedang tidak ingin bicara dengan pria itu." kata Dita sambil merasa kesal."Tidak masalah, aku mengerti. Siapa dia?" tanyaku sambil merasa bingung."Dia adalah Zidan, mantan kekasih saya. Kami baru saja mengakhiri hubungan tapi dia datang menemui saya lagi. Saya bin
Aku pergi ke toilet dan mencuci muka sebelum tidur. Andre masih menunggu di depan rumahku dengan sangat lama."Di mana Alea berada? Apa dia tidur di rumah temannya? Kenapa dia tidak memberi kabar kepada aku? Benar juga, Alea tidak akan memberi kabar kepada aku. Aku ini bukan kekasih dia. Andre, kamu ini terlalu banyak berharap. Sebaiknya aku cepat pulang ke rumah." kata Andre sambil merasa lelah.Andre pergi dari rumahku dan menuju ke rumahnya. Dita mencoba menghubungi Fauzi tapi Fauzi tidak dapat dihubungi."Kenapa dia tidak mengangkat telepon dari aku? Apa dia mengganti nomor?" tanya Dita sambil merasa bingung.Aku melihat Dita dan langsung bertanya mengenai pasta gigi."Di mana pasta gigi kamu?" tanyaku sambil merasa bingung."Sebentar, ibu Alea. Saya akan mengambil di lemari. Sepertinya sudah habis, saya lupa belum menyimpan ke kamar mandi." Jawab Dita.Dita langsung mencari pasta gigi dan memberikan it
Alif pergi dari taman itu dan menemui mereka berdua. Aku merasa gugup dan masuk ke dalam kamar hotel. Aku merasa tidak tenang dan tidak bisa tidur."Aku mencium bibir Alif lagi. Pasti dia berpikir bahwa aku sangat mengharapkan dia. Kenapa aku sangat bodoh? Apa aku tidak bisa berhenti menyukai Alif?" tanyaku sambil merasa kesal.Aku langsung tidur karena merasa sangat lelah. Alif pergi ke kamar tidurnya. Alif merasa tidak bisa tidur."Alif, jangan memikirkan wanita. Aku tidak ingin mencintai seseorang. Aku harus menyelamatkan ibu dari orang itu." kataku sambil merasa kesal.Fauzi pergi ke kamar tidurnya. Fauzi merasa tidak bisa tidur dan memikirkan Dita."Ada apa ini? Kenapa aku terus memikirkan Dita? Apa sesuatu telah terjadi kepada dia? Apa aku harus memeriksa keadaan dia? Tapi aku tidak bisa pergi karena banyak mafia yang masih mengawasi kami semua. Tapi perasaan aku sangat tidak nyaman dan merasa sedih. Ada apa ini?" tanya Fa
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal