" Anna, Apa menurutmu yang ku lakukan sejauh ini, hanya terlihat seperti perlakuan seorang kakak ke adiknya? Tidakkah kamu merasakan sedikit pun perhatian ku sebagai seorang laki-laki yang mencintai mu, Hah?"Deg ....Jantung Sinta yang mendengar percakapan itu berdetak kencang, deru nafasnya tak beraturan. Rasa sakit yang dirasakan oleh Sinta seperti sayatan belati yang menusuk-nusuk ke dalam hatinya. Sakit ... Luka yang di rasakannya tak sedikit pun mengeluarkan darah, akan tetapi rasa sakitnya tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.Sambil terus memegang dadanya, butiran air matanya yang sedari tadi ditahannya kini perlahan mulai sedikit demi sedikit membasahi pipinya.Luna yang hampir sampai di kamar Peter, dia merasa heran melihat Sinta yang masih berdiri di belakang pintu. Sinta yang melihat kedatangan Luna, dengan cepat Sinta menaruh jari telunjuk di bibirnya. Sebuah tanda agar sahabatnya itu tidak bertanya apa pun, Luna menganggukan kepalanya mengerti dia pun mendekati S
Sinta menjawabnya dengan sebuah anggukan kecil, kedua gadis itu pun pergi meninggalkan Peter yang masih tersenyum dengan kesenduan yang terpancar di matanya.Setelah meninggalkan rumah sakit, kedua gadis itu sedang berada di sebuah caffe shop yang berada di pusat kota. Kedua gadis itu hanya memesan minuman serta beberapa camilan ringan yang telah tersaji di atas meja mereka.Sejak keluar dari rumah sakit sampai tiba di caffe shop itu, mereka berdua tidak banyak bicara. Sinta terlihat sangat galau, raut wajahnya sulit untuk diartikan. Luna berusaha menghibur Sinta dengan bercerita banyak hal, tapi sahabatnya tidak meresponnya sama sekali.Tentunya sebagai sahabat yang baik, Luna tidak menyerah dia memberikan semangat supaya Sinta tetap tegar dan tidak putus asa." Sinta, Apa kamu tahu siapa wanita tadi? Hmmm, maksudku Peter pernah cerita sesuatu," tanya Luna ragu-ragu." Iya, Peter pernah bercerita sekilas tentang seorang wanita, tepatnya sahabat masa kecilnya. Tidak salah lagi mungki
" Hi, Kalian dari sini juga, Kalian masih kenal dengan aku,kan?" ucap Roni ramah.Kedua wanita itu yang tak lain Sinta dan sahabat baiknya Luna mengenali sosok pria yang menyapa mereka, pria yang waktu itu tertabrak oleh mobil Luna.Sinta teringat waktu pertama kali dia dan Luna menemui Roni untuk meminta maaf, pria itu terlihat acuh tak acuh serta tatapan matanya tak bersahabat sama sekali.Tapi sekarang sangat berbeda, pria itu terlihat sangat baik dan ramah, bahkan dia yang berpenampilan seperti pria kaya pada umumnya, tidak sungkan menyapa duluan kepada kedua gadis yang terlihat biasa-biasa saja." Apa kalian sudah tidak ingat dengan ku?" tanya Roni dengan pertanyaan yang sama." Masih ingat. Pak Roni, 'kan?" jawab Sinta gugup." Pak? Apa wajah ku sudah setua itu sehingga di panggil Bapak?"Roni memegang dagunya serta memutarnya wajahnya kekanan dan kekiri di sebuah pintu kaca di dekat mereka berdiri saat ini. Sementara, Luna yang sedari tadi menjaga sikapnya kini tersipu menahan
" By the way, Tadi aku lihat kamu begitu akrab dengan mereka berdua, sejak kapan kamu mengenal mereka?" Marco bertanya dengan rasa penasaran yang menggebu.Roni hanya tersenyum sekilas lalu dia menceritakan kepada Marco bagaimana dia bisa kenal dengan kedua gadis itu. Dia mengatakan jika mobil yang menabrak dirinya dulu dikemudikan oleh Luna. Sementara Sinta, hanya sebatas penumpang di mobi itu.Ketika Roni sedang mengingat kembali saat kedua gadis itu masuk ke dalam ruangannya, dia terus tersenyum ada momen lucu yang membuat dia ingin selalu tersenyum kala dia ingat saat itu.Marco yang sedari tadi memperhatikan sikap Roni yang begitu bersemangat menceritakan, awal perkenalannya dengan kedua gadis itu, dia menyimpulkan jika Roni menyukai Sinta. Pemuda itu menyimpulkan hal itu bukan tanpa alasan, dia melihat dengan jelas bagaimana Roni ingin mendapatkan perhatian dari Sinta waktu mereka sedang mengobrol di caffe shop tersebut." Marc, ini kebetulan yang sangat unik. Bayangkan saja, k
Sinta tersenyum lirih ketika melihat photo-photo Peter yang sedang makan masakannya, bahkan Dokter muda itu mengirim video singkat saat dia menghabiskan sisa-sisa makanan yang Sinta masak khusus untuknya.[ Sint, Terima kasih untuk makanannya. Masakan kamu benar-benar enak, aku sangat suka😋 ][ Syukurlah kalau kamu suka, Peter. Ya, sama-sama.☺️ ]Sinta membalas Pesan itu dengan singkat, di layar handphone gadis itu terlihat Peter sedang mengetik balasan pesannya, tapi gadis itu memilih untuk meletakkan handphone nya d atas meja. Sinta melanjutkan kerjaannya yang belum selesai tanpa membuka kembali pesan balasan dari Peter. Meskipun, beberapa kali terdengar suara pesan masuk di handphone-nya, gadis itu seolah ingin mengalihkan perhatiannya akan peristiwa tadi siang dengan mengabaikan pesan dari Peter.Setelah memberikan vitamin kepada sang kakek dan melihat kakek Lau sudah tertidur, serta memastikan pintu sudah terkunci rapat. Sinta pun masuk ke dalam kamar dan merebahkan badannya yan
" Andai aku punya pilihan lain, tentunya jalan hidup aku tidak akan begini," ucap Maya lalu mengambil tasnya hendak keluar dari kamarnya." Maya, kamu tahu aku bisa membantumu memberikan semua yang kamu inginkan asalkan kamu meninggalkan pekerjaan itu," ucap Marco menyakinkan Maya." Lantas, sebagai gantinya apa yang harus aku lakukan?" tanya Maya yang sebenarnya dia sudah bisa menebak jawaban apa yang akan diterimanya." Hanya menjadi wanitaku, dan tidak melayani pria manapun."" Mungkin lebih tepatnya menjadi wanita simpananmu, Tuan Marco. Yang tugasnya melayani dan siap menunggu kapan pun kamu bisa datang ke sini," ucap Maya." Tapi ini jauh lebih baik, Maya. Hidupmu terjamin, terutama kamu akan aman bersamaku. Bagaimana?"Maya menghentikan langkah kakinya sebentar, dia menoleh kearah Marco yang sedang menunggu keputusannya. Namun, wanita itu tidak memberikan keputusan apa pun, melainkan dia hanya ingin memberitahu Marco jika dari semalam Anna terus menelepon pemuda itu. " Sepertin
Sinta hanya mengangguk, dia berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya, setelah mengetahui Peter sang pujaan hati telahmenaruh hatinya sejak lama pada teman masa kecilnya.Sinta memang gadis yang polos, dia baru pertama kali jatuh cinta dengan seorang pria. Selama ini banyak pria jatuh hati pada gadis berlesung pipi itu, termasuk Aldi temannya sendiri yang harus berakhir di sel penjara.Namun, tidak ada satu pun yang berhasil menaklukkan hatinya. Dan saat ini, dia benar-benar bisa merasakan jika dirinya telah menemukan pria idaman hatinya. Peter yang selalu memperlakukan Sinta dengan baik telah membuat gadis itu salah mengartikan kebaikan Peter tersebut. Hal itulah yang membuat gadis itu kecewa dengan harapannya sendiri, Peter tidak memiliki perasaan cinta kepadanya." Ahh, Peter. Mengapa kamu memperlakukanku dengan begitu baik, jika hatimu sudah mencintai wanita lain,"gumamnya dalam hati.Sinta kembali bekerja dia meninggalkan Peter yang duduk sendirian menikmati makan siangnya. Di d
" ucap Peter yang menoleh kearah Sinta yang sedang duduk di sampingnya." Iya, Peter, tidak apa-apa, aku senang karena kamu ngajak Kakek jalan-jalan keluar. Terima kasih ya. Oh ya, aku juga minta maaf karena tidak bisa balas chat darimu. Hari ini tamu restoran lumayan ramai."" It's ok. Hmmm, tadi pas aku jalan sama kakek di Mall aku tidak sengaja lihat temanmu Luna. Sin, sepertinya dia sedang berkencan."" Berkencan? Aku tidak tahu soal itu, setahu aku Luna tidak punya gebetan, mungkin temannya,Pet. Hari ini aku juga tidak bertemu dengannya, karena mulai hari ini Luna sudah tidak bekerja lagi sebagai pramusaji," ucap Sinta." Oh, bisa jadi itu tadi temannya. By the way, kenapa dia tidak bekerja lagi, Sint? Dia di pecat?"" Bukan dipecat, dia sekarang menjabat sebagai Manager."Peter melonggo seolah tak percaya dengan pendengarannya sendiri, otaknya berpikir keras untuk mencerna ucapan Sinta itu. Bagaimana mungkin seorang pramusaji biasa, tiba-tiba jabatannya melompat tinggi menjadi s