" Andai aku punya pilihan lain, tentunya jalan hidup aku tidak akan begini," ucap Maya lalu mengambil tasnya hendak keluar dari kamarnya." Maya, kamu tahu aku bisa membantumu memberikan semua yang kamu inginkan asalkan kamu meninggalkan pekerjaan itu," ucap Marco menyakinkan Maya." Lantas, sebagai gantinya apa yang harus aku lakukan?" tanya Maya yang sebenarnya dia sudah bisa menebak jawaban apa yang akan diterimanya." Hanya menjadi wanitaku, dan tidak melayani pria manapun."" Mungkin lebih tepatnya menjadi wanita simpananmu, Tuan Marco. Yang tugasnya melayani dan siap menunggu kapan pun kamu bisa datang ke sini," ucap Maya." Tapi ini jauh lebih baik, Maya. Hidupmu terjamin, terutama kamu akan aman bersamaku. Bagaimana?"Maya menghentikan langkah kakinya sebentar, dia menoleh kearah Marco yang sedang menunggu keputusannya. Namun, wanita itu tidak memberikan keputusan apa pun, melainkan dia hanya ingin memberitahu Marco jika dari semalam Anna terus menelepon pemuda itu. " Sepertin
Sinta hanya mengangguk, dia berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya, setelah mengetahui Peter sang pujaan hati telahmenaruh hatinya sejak lama pada teman masa kecilnya.Sinta memang gadis yang polos, dia baru pertama kali jatuh cinta dengan seorang pria. Selama ini banyak pria jatuh hati pada gadis berlesung pipi itu, termasuk Aldi temannya sendiri yang harus berakhir di sel penjara.Namun, tidak ada satu pun yang berhasil menaklukkan hatinya. Dan saat ini, dia benar-benar bisa merasakan jika dirinya telah menemukan pria idaman hatinya. Peter yang selalu memperlakukan Sinta dengan baik telah membuat gadis itu salah mengartikan kebaikan Peter tersebut. Hal itulah yang membuat gadis itu kecewa dengan harapannya sendiri, Peter tidak memiliki perasaan cinta kepadanya." Ahh, Peter. Mengapa kamu memperlakukanku dengan begitu baik, jika hatimu sudah mencintai wanita lain,"gumamnya dalam hati.Sinta kembali bekerja dia meninggalkan Peter yang duduk sendirian menikmati makan siangnya. Di d
" ucap Peter yang menoleh kearah Sinta yang sedang duduk di sampingnya." Iya, Peter, tidak apa-apa, aku senang karena kamu ngajak Kakek jalan-jalan keluar. Terima kasih ya. Oh ya, aku juga minta maaf karena tidak bisa balas chat darimu. Hari ini tamu restoran lumayan ramai."" It's ok. Hmmm, tadi pas aku jalan sama kakek di Mall aku tidak sengaja lihat temanmu Luna. Sin, sepertinya dia sedang berkencan."" Berkencan? Aku tidak tahu soal itu, setahu aku Luna tidak punya gebetan, mungkin temannya,Pet. Hari ini aku juga tidak bertemu dengannya, karena mulai hari ini Luna sudah tidak bekerja lagi sebagai pramusaji," ucap Sinta." Oh, bisa jadi itu tadi temannya. By the way, kenapa dia tidak bekerja lagi, Sint? Dia di pecat?"" Bukan dipecat, dia sekarang menjabat sebagai Manager."Peter melonggo seolah tak percaya dengan pendengarannya sendiri, otaknya berpikir keras untuk mencerna ucapan Sinta itu. Bagaimana mungkin seorang pramusaji biasa, tiba-tiba jabatannya melompat tinggi menjadi s
" Sabar, Peter. Aku tahu ini sakit tapi cinta memang tidak pernah bisa dipaksakan. Kalau boleh aku berpendapat, kamu mungkin tidak mengucapkan perasaanmu kepada Anna secara langsung, tapi kamu menunjukkan rasa cintamu kepada Anna dengan selalu ada untuknya bahkan kamu menjadi seseorang yang dia inginkan." Sinta menahan butir air matanya jatuh ketika dia mengatakan jika Peter menjadi seorang Dokter agar Anna bisa melihat betapa besar cinta Peter kepadanya. Sementara Peter yang mendengar kata perkata dari bibir Sinta, dia menatap gadis itu dengan tatapan penuh arti. Seolah-olah Peter memberitahu Sinta jika semua yang diucapkan gadis itu memang benar adanya. Di benaknya saat ini, jika gadis lain saja tahu akan hal itu kenapa Anna sedikit pun tidak merasakan perhatiannya sebagai seorang pria yang mencintainya.Ya, mungkin hati Anna tidak memiliki perasaan cinta pada Peter sehingga wanita itu tidak peka dengan apa yang telah dilakukan oleh Peter merupakan bentuk rasa cinta seorang pria ya
Berselang beberapa menit kemudian, Marco telah turun dari lantai dua kamarnya dengan setelan jasnya yang rapi nan menawan di pandang mata.Pemuda itu mengucapkan selamat pagi kepada orang tuanya, sang ibu yang melihat Marco tersenyum bahagia menyambut sang putra yang sekarang berdiri di hadapannya. Marco pun memeluk hangat sang ibu yang sudah berbulan-bulan tidak pernah ia kunjungi di rumah mereka yang berada di Hongkong." Mom, I miss you so much," ucapnya lirih." Miss you more, Son," ucap sang ibu penuh kasih." Oh ya, mungkin karena saking rindunya kamu dengan Mommy mu, makanya kamu tidak mau jemput kami di bandara," sindir sang ayah yang merasa dicuekin oleh Istri dan anaknya.Marco melepas pelukan hangat sang ibu, dia duduk di kursi sebelah kanan sang ayah. Pemuda itu beralasan jika dirinya sibuk dengan pekerjaannya, dia benar-benar tidak sempat membuka handphone-nya sehingga dia tidak tahu jika orang tuanya itu mau ke Indonesia." Lagi pula, Dad and Mom, datang kesini mendadak.
Pagi itu Sinta meminta izin kepada Pak Jhon, bahwa dirinya akan datang terlambat ketempat kerjanya karena dia akan ke kantor polisi.Pak Jhon memberikan izin kepadanya, lalu Sinta pun berangkat dengan menggunakan taksi. Peter juga diminta untuk ke kantor polisi untuk memberikan keterangan atas penguntit serta penyerangan yang dilakukan oleh Aldi.Sebenarnya, Peter ingin menjemput Sinta agar mereka datang bersama ke kantor polisinya. Akan tetapi, Sinta melarang Peter untuk menjemputnya karena arah kantor polisi yang berbeda arah dengan rumahnya. Gadis itu tidak ingin membuang waktu Peter yang berharga, dia tahu Peter juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai Dokter.Akhirnya, mereka berdua pun sepakat untuk bertemu di kantor polisi. Sialnya, mobil taksi yang Sinta tumpangi mendadak mati.Gadis itu pun turun dari taksi, lalu menunggu taksi lain yang sudah di pesan oleh si supir taksi yang sebelumnya. Sinta yang terus melihat jam yang ada di handphonenya tidak menyadari, jika sebuah mobil me
" Aku minta maaf, Tuan, karena telah menuduh Tuan sebagai penguntit," ucap Sinta dengan tulus." Kenapa kamu bisa berpikiran kalau aku yang menjadi penguntit itu," tanya Marco penasaran." Kan, sudah aku katakan, alasan aku menuduh Tuan, karena tiba-tiba Tuan datang ketempat ku bekerja dan mencariku. Bagaimana Tuan tahu kalau aku bekerja di restoran itu," ucap Sinta yang tersipu." Cuma karena aku tahu tempatmu bekerja, lantas kamu menuduh aku sebagai penguntit." Marco berkata dengan nada keras, sama persis ketika dia melihat Sinta yang sedang berbicara dengan Roni.Hening ...Sinta terdiam dengan sikap Marco yang berubah kembali kasar serta tatapan matanya yang tajam. Dia tidak habis pikir kenapa pemuda yang ada di sampingnya mendadak baik, tiba-tiba secepat kilat berubah kasar dan menakutkan." Apa aku barusan mengucapkan kata yang menyinggung hatinya," batin Sinta bertanya-tanya.Marco yang tidak bisa menahan emosinya, dia lupa dan hampir mengagalkan tujuannya bersikap baik terhada
Siang itu sesuai janjinya kepada Anna dia akan menemui Anna di sebuah butik untuk memilih baju pernikahan mereka. Oleh sebab itulah, dia menyuruh Roni memimpin rapat di kantornya.Sesampainya, Marco di butik itu dia mendapati Anna yang menyambutnya dengan sebuah senyuman yang menawan. Anna langsung menggandeng tangan calon suaminya itu, dan memperkenalkannya kepada temannya yang merupakan desainer sekaligus pemilik butik tersebut.Desainer itu memuji sepasang calon pengantin yang tampak serasi satu sama lain, dia pun menunjukkan sebuah gaun pengantin yang sangat bagus kepada Anna yang cocok dengan wanita itu. " Ann, gaun ini sudah aku siapkan untukmu satu bulan yang lalu sebagai hadiah pernikahan dari ku," ucapnya." Terima kasih, Tom. Bagaimana kamu tahu kalau aku akan menikah?" tanya Anna yang tampak terkejut." Sebenarnya aku sudah tahu kalau kamu mau menikah. Peter menghubungiku dan meminta aku membuat gaun spesial untukmu. Ann, tadinya aku kira Kamu dan Peter yang akan menikah,"
" Kalau tidak salah, bukannya kamu ya, yang mendapatkan buket bunga tadi?" tanya Anna kepada Sinta.Sinta tidak menyangka jika Anna masih mengenali wajahnya, padahal Anna hanya melihat dirinya sekilas. Lalu, dia pergi meninggalkan panggung tempat mereka melemparkan buket bunga dengan mengandeng mesra tangan suaminya.Sinta mendapatkan buket bunga itu secara tak sengaja, banyaknya para tamu khususnya para wanita yang berdesak-desakan untuk mendapatkan bunga itu, membuat tubuh Sinta ikut terbawa kesana-kemari. Akan tetapi, keberuntungan sedang menghampiri Sinta, buket bunga yang direbutkan itu tiba-tiba jatuh ke tangannya.Gadis itu pun berjalan keluar, dia berniat kembali ke tempat di mana orang-orang yang membawa Kakek Lau memintanya untuk menunggu mereka.Dengan membawa buket bunga di tangannya, pikirannya berkecamuk dengan peristiwa-peristiwa yang baru dialaminya.Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan melihat pernikahan Marco, pemuda yang selama ini selalu membuatnya jengkel s
" Marc, kamu sudah pernah melihat mereka, 'kan? Salah satu di antara mereka akan menjadi adik iparmu. Coba kamu tebak yang mana!"Mendengar permintaan Roni yang menyuruhnya menebak yang mana di antara kedua gadis itu yang merupakan kekasih Roni, Marco pura-pura tidak tahu dan dia meminta Roni untuk langsung menunjukkan yang mana calon adik iparnya.Dari jarak kurang dari dua meter, segerombolan wanita yang sedang berbincang dengan pengantin wanita, mereka melihat kearah Marco yang sedang berbicara dengan Roni serta kedua gadis yang tampak asing di mata Anna." Ann, suamimu sedang berbicara dengan siapa?" tanya seorang teman Anna. Seketika itu juga Anna langsung menoleh kearah Marco." Yang pria itu, Roni, adik sepupu Marco. Tapi, aku tidak kenal dengan kedua gadis itu."" Kamu harus ke sana, Anna. Mereka sepertinya sudah saling kenal, lihat saja mereka berbicara dengan begitu akrab," ucap teman Anna yang lain.Anna dengan dua orang temannya berjalan mendekati Marco yang sedang berbica
Anna dan Marco akan melempar bunga buket tersebut kepada tamu undangan dengan posisi membelakangi para tamu. Lalu dengan beberapa hitungan, buket bunga itu pun akan menjadi rebutan para tamu undangan.Satu, dua, tiga..Sorak para tamu yang menginginkan buket bunga itu jatuh ke tangan mereka terdengar riuh, dan menggema. Lalu, semua mata tamu undangan melihat kearah sosok yang mendapatkan buket bunga itu.Tak terkecuali sepasang pengantin yang baru mengikrarkan janji suci pernikahan mereka, buket bunga yang jadi rebutan itu jatuh ke tangan seorang wanita." Kamu beruntung bisa mendapatkan buket bunga ini, selamat ya!" ucap salah seorang tamu wanita yang juga berharap buket bunga itu jatuh ke tangannya." Selamat ya, semoga kamu cepat segera menyusul," ucap Anna yang tersenyum kearah wanita yang mendapatkan buket bunganya.Anna mengandeng erat tangan Marco, dia ingin memperlihatkan kepada orang-orang betapa beruntung dan bahagia dirinya.Sementara Marco, dia memandang wanita itu tanpa b
Luna bukannya tidak mengizinkan Sinta bekerja sesuai dengan pengalamannya, tapi dia tahu tidak mudah mendapatkan pekerjaan baru.Dan, Luna sangat paham watak ayahnya, jika pegawainya sudah memilih untuk keluar dari restoran mereka, ayahnya tidak akan pernah mau menerima pegawainya itu kembali bekerja dengannya.Tapi, Sinta yang sudah bulat dengan keputusan yakin tidak akan menyesali keputusannya tersebut." Aku pasti akan mendapat pekerjaan di tempat lain," gumam Sinta.Di sebuah ruangan, tepatnya sebuah kamar di rumah sakit, seorang pria yang sudah lanjut usia sedang duduk di tempat tidurnya, matanya menatap kesebuah layar televisi.Pria itu menatap ke layar televisi dengan sekali-kali bergumam sendiri, di sampingnya berdiri seorang pria lainnya. Pria itu terlihat lebih muda, mungkin umurnya berkisaran lima puluhan keatas, dia terlihat rapi dengan setelan jasnya." Mereka mau menikahkan anaknya tanpa peduli orang tuanya ada di mana," gumamnya lagi." Pak Alex, apa benar katamu tadi,
Kedua pemuda itu saling berjabat tangan. Ini kali pertama Peter melihat laki-laki yang dipilih dan dicintai oleh wanita yang dicintainya, Anna. Peter bisa merasakan jika Anna sangat mencintai Marco, sementara Marco terlihat biasa-biasa saja. Tapi, Peter tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mendoakan Anna akan bahagia bersama pria yang dicintainya dan berharap Marco akan mencintai Anna dengan sepenuh hatinya.Peter memperhatikan Marco dengan seksama, dia pun merasa tidak asing dengan calon suami Anna tersebut." Sepertinya kita pernah bertemu," ucap Peter." Oh ya, di mana? aku lupa," jawab Marco pura-pura lupa." Di kantor polisi."" Sayang, kenapa kamu ke kantor polisi? tanya Anna yang penasaran." Anna, mungkin aku salah orang. Hmm, karena Marco sudah ada di sini, aku pulang dulu ya, Anna."" Kenapa harus buru-buru, tidak apa-apa. Kalian bisa melanjutkan obrolan kalian. Lagi pula, aku harus pergi masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Marco." Anna, sudah lama men
Senja kala itu sudah menampakkan warna kemerah-merahan, sungguh indah di pandang mata. Sinta terus memandang kearah senja yang indah, dia menikmati keindahan yang diciptakan oleh sang Maha Agung.Sementara itu Marco yang melihat Sinta begitu menikmati senja yang terlihat jelas nan indah, dia pun ikut memandang detik-detik senja yang sebentar lagi akan hilang.Sekali-kali pemuda itu menoleh kearah Sinta, dia menatap lekat kearah gadis itu. Dia yakin jika dugaannya selama ini salah, Sinta bukan wanita jahat yang ingin memanfaatkan para pria kaya." Sint, kamu sudah yakin untuk menarik membatalkan laporan mu tentang penguntitan yang dilakukan oleh temanmu itu?" tanya Marco." Iya, Tuan, aku sudah yakin. Aku memberinya kesempatan untuk memperbaiki dirinya, lagi pula jika Aldi di dalam sel penjara siapa yang akan merawat orang tuanya serta membantu biasa sekolah adiknya. Dia sudah minta maaf dan dia sudah berjanji akan mencari pekerjaan di kota lain." Aku harap dia menepati janjinya kepad
Di saat Peter datang menghampirinya, dan meminta maaf karena dia tidak bisa pergi bersama Sinta. Di saat itulah, rasa cemburu, marah, dan kecewa merasuk ke dalam hati gadis itu. Dia ingin mengatakan isi hatinya, tapi saat itu mulut Sinta terkunci yang ada hanya rona wajahnya memerah.Gadis itu tidak bisa memungkiri hatinya merasa sakit dan kecewa di saat Peter selalu meninggalkannya hanya demi Anna. Dia ingin melarang Peter untuk tetap bersamanya, tapi dia tidak punya hak melakukan itu karena status mereka sebatas teman biasa." Aku tahu, kamu lebih lama mengenal Anna. Tapi, apa posisi Anna di hatimu tidak bisa digantikan oleh orang lain?" gumam Sinta.Ting ...Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sinta, dia pun mengambil ponselnya yang ditaruhnya di dalam tasnya. Sebuah pesan dari nomor yang belum di save nya ke dalam kontak ponselnya, pesan itu bisa dibacanya dari layar atas ponselnya.Sinta yang penasaran dengan isi keseluruhan pesan dari nomor tanpa nama, dia pun membuka dan membaca
Sinta yang baru masuk ke dalam kamar 028, dia melihat si kakek menatapnya tajam. Tatapan itu sendiri menunjukkan jika dia tidak menyukai melihat sosok gadis yang berdiri tepat di hadapannya saat ini. Gadis itu berdiri dengan memegang tampan yang berisi makanan, dia meletakkan nampan itu ke atas meja lalu dia menaruh tas selempangnya di atas sofa yang berada di kamar VIV itu." Kamu siapa? Kenapa kamu yang membawa makanan itu lagi?" tanya si kakek." Namaku Sinta, Kek. Aku yang bertugas menghantarkan makanan ini untuk Kakek," ucap Sinta lalu meletakkan nasi serta lauknya di atas meja kecil yang ditaruh di ranjang pasien." Kakek katamu? Siapa kamu yang beraninya memanggil aku dengan sebutan Kakek. Kamu tidak tahu siapa aku, Hah!"" Aku Sinta, Kek. Kakek Lau lupa ya dengan nama itu," ucap Sinta dengan tenang." Itu bukan namaku. Aku juga tidak mengenal kamu, jangan sekali-kali memanggil ku dengan sebutan Kakek Lau. Panggil aku dengan sebutan Tuan Besar Chan," ucapnya dengan nada tegas d
Melihat Sinta yang begitu keras kepala, akhirnya Luna mengalah. Luna tidak akan pergi menjenguk si kakek di jam kerjanya, tapi dia akan mengantar Sinta ke rumah sakit setelah itu dia kembali ke restorannya.Selama di perjalanan menuju rumah sakit kedua gadis itu tidak bicara satu sama lain, Luna fokus menyetir mobilnya sementara Sinta membuka pesan-pesan yang belum sempat dibacanya.Sesampainya di rumah sakit, Sinta langsung berjalan menuju kamar yang dihuni oleh Kakek Lau. Sementara Luna berangkat kerja seperti yang dikehendaki oleh Sinta, dia pun melaju dengan cepat meninggalkan rumah sakit itu.Sinta heran melihat kamar yang dihuni oleh Kakek Lau telah di tempati oleh orang lain, dia pun bertanya kepada salah seorang Suster yang pernah merawat Kakek bersama Dokter Peter." Kakek itu! Nona bukannya yang membawa Beliau pertama kali ke rumah sakit ini, kan? Hmm, kemarin sore Beliau dipindahkan keruang VIV. Beliau memaksa untuk ditempatkan diruang yang paling bagus di rumah sakit ini,