Pagi itu seperti biasa, Sinta bangun pagi untuk mempersiapkan sarapan pagi sekaligus makan siang untuk Kakek Lau karena dirinya bekerja dan tidak ada yang akan memasak untuk si kakek. Sebelum berangkat kerja Sinta ingin berpamitan dengan Kakek Lau yang sedang berada di kamar mandi, tapi si kakek yang tak kunjung keluar membuat Sinta cemas dan menyusulnya.Sinta yang berada di depan pintu kamar mandi, menggedor-ngedor pintu seraya memanggil si kakek. Dari dalam bilik kamar mandi tidak ada sahutan sama sekali dari si kakek, dengan cepat Sinta langsung membuka pintu kamar mandi.Dan, alangkah kagetnya Sinta mendapati Kakek Lau pingsan. Gadis itu menerka jika kakek Lau terjatuh atau terpeleset sehingga bagian kepalanya terbentur ke lantai, hal itulah yang membuat kepala si kakek mengeluarkan darah segar. Dengan berteriak histeris Sinta meminta tolong kepada tetangga untuk membantunya membawa tubuh si kakek ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, para suster dengan sigap membawa tubuh
Diska masih belum puas menyakiti Sinta dia ingin membuat Sinta tidak betah bekerja di restoran itu. Akan tetapi, niat buruknya siang itu ditundanya karena matanya melihat sosok yang berjalan kearah mereka.Diska pun berjalan mendahului Sinta, dia menyapa penuh hormat kepada seorang lelaki paru baya yang tak lain Pak Jhon pemilik restoran tempatnya bekerja. Dia terlihat berbicara sesuatu dengan Pak Jhon dengan begitu akrab seraya melirik kearah Sinta yang berjarak satu meter darinya.Pak Jhon hanya mengangguk kecil lalu dia membiarkan Diska pergi melanjutkan pekerjaannya. " Selamat siang, Pak." Sinta menyapa Pak Jhon dengan sopan." Siang juga. Sinta, nanti selesai makan siang, kamu datang ke ruangan saya," jawab Pak Jhon datar." Baik, Pak."" Ya sudah, sana bantu teman-teman kamu yang lain, di depan banyak kerjaan."Sinta merasa aneh dengan sikap Pak Jhon yang seacuh itu dan tidak seperti biasanya Pak Jhon memintanya datang keruangannya. Sinta tidak ingin berpikir yang macam-macam d
Sebenarnya dari penuturan Peter dia sudah tahu jawabannya, Sinta hanya tertunduk lemas. Gadis itu tidak tahu dengan apa yang dia rasakan, dia bahagia karena Kakek Lau telah mengingat masa lalunya, yang artinya si kakek bisa berkumpul dengan keluarganya. Tapi di situlah letak hatinya bersedih karena si kakek akan meninggalkannya, dan yang paling membuat gadis itu bersedih yaitu si kakek tidak mengingat masa-masa bersama dirinya.Malam itu setibanya di rumah, Sinta hanya termanggu menatap kamar Kakek Lau yang kosong. Kakek Lau memang bukan Kakek kandungnya tapi Sinta sudah menganggapnya seperti Kakek kandungnya sendiri karena hanya si kakek lah keluarga yang dimilikinya saat ini.Akan tetapi, Kakek Lau yang ingatannya sudah kembali tentu si kakek akan kembali kerumahnya.Sinta mengingat kembali obrolannya bersama Peter, tadi Peter lah yang mengantarnya pulang. Dia memberitahu Sinta jika Kakek Lau memiliki keluarga. Selama ini dia dan Peter mengira jika Kakek Lau tidak memiliki keluarga
Sinta yang berada di balik pintu gudang itu, merasa iba setelah mendengar cerita Diska. Dia sungguh tidak mengetahui jika sahabatnya Aldi merupakan kekasih Diska, kini dia mengerti alasan Diska sangat membenci dirinya." Diska, aku sungguh tidak tahu kalau kamu kekasih Aldi. Aldi tidak pernah menceritakan tentang hubungan kalian, dia selalu bilang kalau dia hanya ingin fokus dengan pendidikannya,"" Sungguh? tapi, kamu diam saja bukan ketika orang-orang mengatakan kalian berpacaran?"Hening ...Sinta terdiam, dia tahu kala itu dirinya memang tidak menanggapi gosip yang tersebar di sekolahannya. Bukan tanpa alasan jika Sinta kala itu tidak menanggapinya dia tahu hubungannya dengan Aldi hanya sebatas sahabat, Aldi juga memintanya untuk bersikap cuek saja dengan omongan orang tentang kedekatan mereka. Meskipun, Aldi selalu ada untuknya bahkan Aldi sering mengantar atau menjemputnya sekolah, tapi Sinta tidak memiliki perasaan spesial terhadap Aldi." Percayalah, Diska, sejak dulu sampai d
Pemuda itu pun memanggil supirnya dan menanyakan hal yang sama kepada si supir di depan kedua gadis itu. Awalnya, mereka tetap bersikukuh dengan mengatakan jika mereka tidak mengetahui keberadaan Sinta." Mau sampai kapan kalian akan berbohong. Kalian tahu, aku melihat kalian membawa paksa Sinta ke sebuah tempat. Kalian mau memberitahuku di mana kalian membawa Sinta, atau kalian mau berurusan langsung dengan polisi,"Diska dan Nina pun tak bisa berkutik, mereka tidak tahu jika ada seseorang yang melihat mereka membawa Sinta keluar dari restoran itu. Kedua wanita itu saling lirik satu sama lain, mereka tidak punya pilihan lain selain memberitahu pemuda itu. Nina yang tahu perbuatan mereka salah membuat keberaniannya menciut, dia pun menyuruh Diska yang berbicara. Dengan berat hati serta perasaan benci terhadap keberuntungan Sinta yang selalu saja berpihak dengannya, Diska pun memberitahu Marco jika mereka mengurung Sinta di gudang penyimpanan yang sudah terbengkalai." Di bagian mana
Sinta kembali menemui Marco yang sedang menunggunya, pemuda itu membukakan pintu dan meminta si gadis untuk segera masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil mewah itu, Sinta memberitahu alamat rumahnya kepada supir pribadi Marco. Si supir hanya mengiyakan tapi yang memberi perintah tentunya sang tuan muda." Pak nanti berhenti di depan gang saja."" Pak Tono, kita cari makan dulu. Setelahnya, kita antar nona ini." Perintah Marco." Tuan, aku mau pulang bukan mau cari makan, aku tidak lapar," ucap Sinta jengkel." Jalan saja, Pak. Dan, kamu nurut saja ya. Aku dan supir ku belum makan. Kita carinya di dekat sini, jadi kamu tidak perlu takut."" Tapi, kan ...Ssstt....Sinta menghentikan kalimatnya, manakala Marco meletakkan jarinya ke bibir gadis itu. Kini, mereka saling berhadapan muka dengan jarak yang sangat dekat.Deg ...Suara getaran jantung yang terasa menggebu-gebu membuat keduanya sesaat saling memandang tanpa satu kata yang terucap. *Someone like you *...Tiba-tiba nada dering po
Pagi itu mentari enggan menampakkan dirinya, yang terlihat hanyalah awan hitam nan berkabut. Sinta yang semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan tentang keputusan yang akan diambilnya.Pagi ini ditemani cuaca yang mendung disertai rintik-rintik hujan yang jatuh kepermukaan, dia pun kini yakin akan keputusan yang akan diambilnya.Gadis itu pun menaruh beberapa barang penting ke dalam tasnya serta dia memasukkan sebuah amplop putih ke dalam tas selempangnya. Tidak lupa dia mengambil ponsel di kamarnya yang semalaman di casnya karena baterainya habis total.Ting ...Ting ...Ting ...Sebuah pesan berturut-turut masuk ke dalam ponselnya, dia pun membuka pesan yang sebagian dari Luna dan Peter, juga terlihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Peter serta panggilan tidak terjawab dari nomor tanpa nama.Gadis itu pun berasumsi jika si penelepon tanpa nama itu adalah Marco, terlihat dari jam di mana dia di bawah secara paksa oleh Diska dan Nina ke gudang penyimpanan.Be
Melihat Sinta yang begitu keras kepala, akhirnya Luna mengalah. Luna tidak akan pergi menjenguk si kakek di jam kerjanya, tapi dia akan mengantar Sinta ke rumah sakit setelah itu dia kembali ke restorannya.Selama di perjalanan menuju rumah sakit kedua gadis itu tidak bicara satu sama lain, Luna fokus menyetir mobilnya sementara Sinta membuka pesan-pesan yang belum sempat dibacanya.Sesampainya di rumah sakit, Sinta langsung berjalan menuju kamar yang dihuni oleh Kakek Lau. Sementara Luna berangkat kerja seperti yang dikehendaki oleh Sinta, dia pun melaju dengan cepat meninggalkan rumah sakit itu.Sinta heran melihat kamar yang dihuni oleh Kakek Lau telah di tempati oleh orang lain, dia pun bertanya kepada salah seorang Suster yang pernah merawat Kakek bersama Dokter Peter." Kakek itu! Nona bukannya yang membawa Beliau pertama kali ke rumah sakit ini, kan? Hmm, kemarin sore Beliau dipindahkan keruang VIV. Beliau memaksa untuk ditempatkan diruang yang paling bagus di rumah sakit ini,