" Yeah, Marc. Dia bekerja di perusahaan Taylor Wimpey."
" Perusahaan Taylor Wimpey. Hemm,Jemy, apa kamu tahu nama laki-laki itu?" tanya Marco penasaran.
" Namanya, Robert," jelasnya lagi.
" Robert? Jemy, dia tidak menyebutkan nama belakangnya?"
" Robert Crow, hmm, Sorry, Marc. I' m not sure that's his surname."" It's ok, Jemy."
Jemy yang waktu itu tidak menghiraukan ketika Robert menyebut nama belakangnya menjadi merasa bersalah kepada Marco. Jemy tahu mencari nama seseorang tanpa mengetahui nama belakangnya pastilah tidak mudah, bayangkan berapa banyaknya orang akan mempunyai nama depan yang sama.
Marco melihat raut muka Jemy yang merasa bersalah, dengan tenang pemuda itu menyakinkan Jemy jika dia bisa menemukan Louisa. Walaupun, Marco menyadari pasti tidak akan muda menemukan keberadaan atau tempat tinggal Louisa yang sekarang.
Setelah Marco mengucapkan terima kasih dan sekaligus ber
" Kalau bukan dia, siapa laki-laki yang bernama Robert itu?"Batin Marco bergejolak dengan pertanyaan yang dia tidak tahu harus bertanya dengan siapa. Baginya, Orang yang bernama Robert seperti sebuah teka-teki yang harus segera di pecahkan.Marco menyandarkan badannya ke dinding, dia menenangkan pikirannya yang terus bertanya dari mana dia akan mengetahui identitas orang yang terlihat bersama Louisa tanpa ada petunjuk selain nama depannya.Ting ...Suara pesan pengingat Marco berbunyi yang membuat pemuda itu membuka matanya lalu mengambil ponsel di dalam saku celananya." Waktunya untuk menjemput Roni," gumamnya.Marco pergi meninggalkan tempat itu, dia mengendarai mobilnya menuju bandara. Selama di perjalanan Marco memastikan lagi dengan menelepon rumah orang tua Louisa, namun nomor itu sudah tidak dapat di hubungi lagi." Sungguh aneh, Kenapa? Apa kamu benar-benar tidak ingin bertemu dengan'ku?" gumamnya dalam hati.Sela
Marco segera menoleh ke sumber suara, suara itu tepat di belakang meja tempat mereka duduk. Marco melihat seorang wanita yang sedang meraih botol minuman dari tangan seorang pria yang dia panggil dengan nama Robert.Wanita itu terus meminta sang pria itu berhenti minum, namun pria itu tidak peduli bahkan mendorongnya. Dia mendorong wanita itu dengan sekuat tenaganya yang menyebabkan si wanita hampir terjatuh.Marco yang sedari tadi terus memperhatikan mereka dari tempat duduknya, melihat si wanita yang hampir terjatuh Marco dengan cepat memegang tubuh si wanita itu." Terima kasih. Tuan," ucap si wanita." Siapa kamu, jangan ikut campur," ucap pria itu." Apa kamu, Robert yang bekerja di Taylor Wimpey?" tanya Marco.Pria itu mengacuhkan pertanyaannya, dia kembali meminum birr yang ada di mejanya. Marco hanya menatap wanita itu sekilas, matanya terfokus dengan pria yang bernama Robert.Marco memperhatikan pria itu tidak memiliki tatto
Marco yang mendengar ucapan Roni itu seperti mendapat sebuah cahaya harapan di tengah gelap dan rasa keputus-asaan. Marco yang tak ingin melakukan kesalahan yang sama dengan melakukan sebuah tindakan bodoh tanpa pemikiran yang matang, kini dia akan memikirkan semua tindakan yang akan dia lakukan. Marco memulai kembali rencana awalnya yaitu menemukan keberadaan Louisa dengan mengetahui laki-laki yang bersama Louisa. Dia akan menyelidiki CCTV apartemen Louisa, tempat kerjanya dan tempat-tempat yang sering di kunjungi oleh Louisa. Marco tidak akan melakukan pencarian itu sendirian lagi, selain di bantu oleh Roni dia akan meminta bantuan Detective yang terkenal di kota itu karena sudah terbukti kemampuannya dalam memecahkan kasus klien mereka. " Ron, aku tinggal sebentar ke ruang sebelah. Ada yang ingin aku ambil." Roni hanya mengangguk kecil dia melihat sekekiling kamar Marco, ini pertama kali bagi Roni masuk ke apartemen Marco
" Nama aslinya, Ricard Brayen, dia seorang pengawal pribadi."" Pak Lucas, jika dia seorang pengawal pribadi kenapa dia selalu menjemput Louisa? Apa jangan-jangan Louisa sengaja ingin ada seoran pengawal," ucap Marco yang penasaran." Ricard Brayen bekerja dengan seseorang bernama Arthur Barnet, dia seorang konglomerat," jawab Detective Lucas." Jadi Ricard di tugaskan oleh bosnya Arthur Barnet, untuk menjadi pengawal Nona Louisa," ucap rekan Detective Lucas." Ricard Brayen bekerja dengan seseorang bernama Arthur Barnet, dia seorang konglomerat," jawab salah satu Detective." Kalau begitu, kenapa Ricard harus menggunakan nama Robert, jika dia bekerja dengan seorang konglomerat?" Pertanyaan Roni itu membuat kedua Detective terus saling lirik.Detective itu mengatakan mereka tidak tahu pasti alasan Ricard menggunakan nama Robert, mereka hanya menebak hal itu dilakukannya, mungkin Ricard tidak ingin ada yang tahu dengan masa lalunya.Du
Bab 24. Sebuah Ilusi Marco menarik kera baju Roni, dalam hitungan detik pemuda itu mendaratkan pukulannnya ke muka Roni. Buuukkkk.. Pukulan itu terasa begitu nyata yang membuat Roni menaruh kedua tangan di pipinya, dia menelan ludahnya berkali-kali yang membuat suara dentuman dari tenggorokannya terdengar begitu keras. Marco heran melihat tingkah Roni yang aneh, dia memanggil nama Roni sambil menepuk-nepuk bahu sepupunya itu. Suara Marco yang masuk kegendang telinganya membuatnya terbangun dari khayalannya, ternyata pukulan dari Marco itu hanya sebuah ilusi semata. Roni yang tahu suasana hati Marco yang buruk, serta ekspresi mukanya yang sangat dingin telah membuat Roni membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya jika dia berbicara yang dapat memancing amarah sepupunya itu. Jika itu terjadi bukan tidak mungkin Marco akan memukulnya, seperti di malam dia berkelahi dengan orang yang bernama Robert. Padahal Marco belum tahu wajah
Sinta yang mendengar penjelasan Peter mengenai si kakek yang mengalami amnesia, dia berpikir kalau itu adalah cara Tuhan untuk memberinya seorang kakek.Sinta sejak kecil tidak pernah mengetahui atau merasakan kasih sayang dari seorang kakek, dan sekarang dia bisa melihat sosok seorang kakek meskipun bukan kakek kandungnya gadis itu merasa sangat bahagia." Aku tidak akan meninggalkan kakek ini sendirian," gumamnya dalam hati.Sinta berpikir dimana dia akan merawat si kakek jika si kakek sudah keluar dari rumah sakit, bibinya pasti tidak akan mengizinkan kakek itu tinggal bersama mereka.Belum lagi Sinta harus mencari uang lebih untuk membayar biaya si kakek selama dirawat di rumah sakit, gadis itu juga mencari kerja di tempat lain agar dia mendapat uang tambahan." Sin, kira-kira kakek ini kita panggil nama apa ya?" ucap Peter setelah memeriksa keadaan si kakek.Suara Peter seketika membangunkan Sinta dari lamunannya, dia tidak mendengar ap
Sinta hanya memaku memandang kepergian Peter yang sangat terburu-buru, Dokter muda itu bahkan tidak menoleh dirinya. Sinta berjalan keluar dari area restoran itu, dia memperhatikan ternyata restoran itu terletak cukup jauh dari rumahnya.Gadis itu berjalan menyeberangi jalan melewati keramaian yang lalu lalang di depannya, dia mengambil ponselnya yang dari tadi terus bergetar.Sebuah panggilan masuk dari Aldi, teman Sinta yang satu ini terus memberikan perhatian kepada Sinta. Tapi, Sinta yang merasa sikap Aldi sebagai teman terlalu berlebihan.Gadis itu memutuskan untuk mengabaikan telepon dari Aldi, dia bisa menebak jika Aldi akan menawarkan dirinya untuk mengantar Sinta pulang kerumah. Sinta ingin menaruh kembali ponselnya ke dalam tas, namun sebuah pesan masuk.Ting ...{ Sint, besok kan restoran kita tutup. Kita ketemuan di tempat biasa ya😬.}{ Besok aku harus nemenin kakek di rumah sakit, Luna.🙏}{ Nemenin kak
" What?"" Dia tidak pernah menanyakan, Lun. Dan, aku malu untuk meminta nomor ponselnya."Luna hampir tidak percaya mendengar perkataan Sinta jika mereka berdua tidak mengetahui nomor masing-masing. Selama ini Luna sering melihat Sinta sering menerima telepon dari seseorang, dia beranggapan pasti Peter yang menelepon Sinta." Sebenarnya, Lun. Aku tidak yakin kalau dia ingin menyatakan perasaannya padaku." Sinta menghela napasnya." Kalau begitu kamu yang harus menyatakan perasaan kamu padanya," ucap Luna sambil memegang tangan Sinta." Tidak ah, Lun. Mana ada cewek duluan yang mengungkapkan perasaannya. Lun, bagaimana kalau ini hanya cinta sepihakku saja," lanjut Sinta lagi." Jangan begitu, Sint, kita belum tahu. Lagi pula ini sudah abad ke 21, Sint. Cewek atau cowok duluan menyatakan cinta itu sama aja, Peter juga lama di luar negeri dia pasti biasa mendengar para wanita duluan yang menyatakan cintanya."Sinta tidak menanggap