Kirana menggelengkan kepala menandakan pria tampan dalam foto yang ia tunjukkan bukanlah kekasihnya, sejenak ia termenung mengingat kejadian yang telah lama sudah memudar dalam kepalanya.
"Dia bukan mantan kekasihku, melainkan ayah biologis dari bayi Bima," jawab Kirana lirih.
"Tunggu sebentar, bolehkan aku lihat lagi fotonya?" Pelayan senior itu meminta ijin untuk melihat wajah ayah biologis bayi Bima.
Kirana menginjinkan pelayan untuk melihat foto dari ponsel Kirana kembali, pelayan itu memastikan seperti pria yang tidak asing, sepertinya pelayan pernah melihatnya tapi entah dimana.
"Lelaki tampan yang tidak asing, aku pernah melihat dimana ya, biar aku ingat-ingat dulu," Pelayan itu menyerahkan ponsel Kirana ke pelayan satunya.
"Wajahnya juga sedikit mirip dengan tuan muda, apa jangan-jangan ini adalah tuan muda?" Pelayan satunya mengingat wajah tuan mudanya.
Kirana terseny
Kirana menghela nafasnya, ia tidak ingin marah kepada orang yang telah menolongnya, mungkin Sandra sedang lelah atau ia sedang meminta imbalan atas uang yang telah ia keluarkan. "Kak Sandra, tentu saja aku menganggapmu sebagai kakakku, aku ucapka terima kasih karena telah membiayai kehidupan Bima semenjak dalam kandungan," Kirana berkata dengan lembut. "Kenapa uang yang aku berikan tak pernah kamu pakai selama ini?" Sandra menatap tajam mata Kirana. Kirana tersenyum ia mengatakan bahwa tak ingin merepotkan Sandra terlalu banyak, maka ia mencukupi segala kebutuhan pribadinya dari hasil bekerja, semenjak kuliahnya selesai dan tidak lagi menjadi guru, ia mendapatkan gaji yang cukup untuk kebutuhan dirinya dan bayi, walaupun Sandra selalu memberinya jatah bulanan dengan alasan untuk keponakannya. "Kirana bolehkan aku memelukmu sejenak, tolong ijinkan aku," Sandra berkata dengan menunjukkan wajah
Lusi mengatakan Sandra selalu bersikap manis saat bersama dirinya, hal yang awalnya hanya kepalsuan sekarang berubah seperti nyata, Lusi sudah merasa nyaman bersama Sandra."Kirana kenapa kamu menanyakan hal ini?" Lusi menjadi penasaran."Ah tidak, aku berharap kamu dan Sandra berjodoh, aku yakin kamu akan mendapatkan hatinya," Kirana merasa lega Sandra sudah dekat dekat dengan Lusi.Tetapi hari ini tidak mendapatkan kabar dari Sandra, selama beberapa jam, ia juga tidak mengatakan pergi kemana, Lusi menajdi khawatir tidak seperti biasanya Sandra bersikap seperti ini."Tenanglah Lusi, mungkin Sandra mempunyai hal penting yang harus di urus," Kirana meyakinkan Lusi."Ah iya kamu benar Kirana, saat ini dia sedang mengirim pesan padaku, Kirana aku tutup telpon ya," Lusi menutup telpon.Kirana meletakkan telepon selulernya pada meja di dekat tempat tidurnya, ia ke
Sandra berjalan memastikan jika benar ada orang yang mencoba masuk keruangan kerjanya, ia menemukan pecahan cangkir saat membuka pintu penyekat kantor, itu adalah cangkir yang biasa ia gunakan."Lusi, keluarlah aku tahu itu kau," Sandra langsung tahu siapa yang menjatuhkan cangkir itu.Tidak ada jawaban yang terdengar adaah suara Isak tangis di sudut ruangan yang tertutup dengan lemari besar. Sandra mendekati sumber suara."Apa yang kamu lakukan di sini?" Sandra mendapati Lusi yang sedang menangis."Kakak Sandra, jadi semua ini penyebab kamu menyembunyikan kirana karena kakak menaruh hati padanya?" Lusi masih terisak dalam tangisannya.Sandra tidak mengerti kenapa Lusi menangis sampai seperti itu, mereka hanya sebatas rekan kerja dan berpura-pura sebagai pasangan jika berada di depan tuan Alexander, apa yang sebenarnya membuat Lusi merasakan kesedihan yang mendalam.
Doni membenarkan bahwa ia membawa informasi untuk tuan mudanya, bahwa semakin banyak yang mencari kirana, ibu tiri dan Tania juga sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencari keberadaan Kirana."Untuk apa mereka mencari Kirana?" Sandra mengepalkan tangannya."Tentu saja kalau mereka yang mencari, adalah untuk menyingkirkan nona Kirana demi merebut semua harta miliknya," Doni memberikan informasi yang ia dapat.Sandra mengutus Doni untuk memperketat pengawasan kepada Kirana, beruntung Kirana saat ini tinggal di desa terpencil tak ada satu orangpun yang tahu desa itu kecuali keluarganya, tapi ia harus tetap waspada tentang kemuninginan yang terjadi, ia harus melindungi Kirana dan keponakannya."Doni kamu urus orang suruhan ibu tiri Kirana, cukup beri peringatan kepada mereka, tidak ada gunanya membuang waktu mencari Kirana," Sandra memberi perintah."Baik tuan muda, akan saya lak
Lusi berteriak kesakitan karena terjatuh ke lantai, Sandra sengaja mendorongnya karena sudah muak dengan perilaku Lusi, beruntung tadi ia mencium aroma kopi yang tidak biasa, sehingga bisa meminimalisir kemungkinan yang terjadi. "Sungguh menjijikkan jika ada seorang wanita yang menggunakan trik kotor seperti ini, Lusi aku kecewa padamu," Sandra berdiri mengambil baju untuk ia kenakan. "Kakak maafkan aku, semua ini aku lakuakn agar bisa terus bersamamu," Lusi bangun dari jatuhnya. Sandra sudah terlanjut kecewa, ia tak menyangka bahwa lusi yang awalnya berbeda dari nona muda lainnya, hari ini berubah menjadi seorang wanita liar yang haus akan belaian lelaki. "Lusi aku sudah tidak bisa menjadikan mu partner kerja lagi, kemasi barang mu, lapor ke bagian personalia pindah divisi," Sandra meninggalkan Lusi yang sedang menangis. "Tidak kakak, aku mohon jangan hukum aku seperti
Sandra mengatakan ada perubahan sikap dari lusi ia bahkan berani mencampur obat ke kopi yang di seduh untuk Sandra."Kamu tahu kan aku tidak suka dengan wanita yang licik seperti itu," Sandra mengungkapkan kenapa ia pergi ke bar untuk mabuk."Aku rasa masalahnya tidak sesederhana itu, apakah kakak sedang menyembunyikan sesuatu kak?" Sabian berfirasat kakaknya sedang menyembunyikan sebuah rahasia besar.Sandra terdiam sejenak, ia tampak ragu untuk menjawab apakah ia harus berterus terang kalau Kirana ada bersamanya, tapi Sandra tahu karakter Sabian tidak pernah puas dengan jawaban yang tidak masuk akal."Sabian aku harap kamu mempercayaiku, aku hanya merasa Lusi tidak sepolos yang aku kira," Sandra merebahkan tubuh ke sofa."Istirahatlah, aku akan kembali ke kamarku," Sabian meninggalkan kakaknya.Krieettt!Sabian menutup pintu kamar Sandra, di depan ia
"Maafkan saya tuan muda kedua, saya tidak sengaja menabrak anda," Asisten Santi menundukkan badannya. Sabian mengatakan tidak apa-apa, ia mengatakan kepada Santi jangan ganggu ayahnya dahulu karena beliau sedang istirahat, jika ada sesuatu yang penting lebih baik menginformasikan besok pagi saja. "Kamu mau kemana Santi, jika ingin menemui ayah lebih baik besok pagi saja, aku sudah menyuruh ayah untuk istirahat," Sabian menginformasikan kepada Santi. "Baik tuan muda kedua," Asisten Santi kembali ke tempat istirahatnya, Sabian masuk ke kamarnya, melepas baju yang ia kenakan, berendam di kamar mandi dengan air hangat, pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu. "Siapa bayi Bima itu, apa hubungannya dengan dia denganku?" Sabian terus memikirkannya. Selama lima belas menit ia berendam di air hangat, Sabian keluar dari bak mandi membalutkan handuk p
Lusi menundukkan kepalanya saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sabian, ditambah dengan tatapan sinis dari wajah Sabian membuatnya takut untuk bertindak, sudah terlanjur ia melangkah jadi Lusi mencoba menguatkan dirinya."Kak Sabian, jika kamu sudah menemukan orang yang pas di hati, apakah yang akan kamu lakukan?" Lusi mencoba mendekatkan diri."Aku akan mengejarnya, tetapi tidak memaksakan kehendakku, aku takut jika aku menggenggamnya erat, perlahan dia akan menghilang dari genggamanku untuk selamanya," Sabian menekankan sekali lagi kepada Lusi.Sabian kengibaratkan dengan pasir yang ia ambil dari kandang kucing, ia memperlihatkan kepada Lusi, pasir yang di genggam terlalu erat, sedikit demi sedikit keluar dari sela jarinya kemudian habis tak tersisa, begitu dengan cinta atau rasa ingin memiliki, jika terus di genggam terlalu erat akan hilang dengan cepat."Apa kamu paham Lusi, aku tahu ras
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun