Bima membisikkan rencananya pada kedua sahabatnya itu. Mereka sudah sepakat dan janjian akan mengintai pergerakan dari pemuda bernama Hazel yang memiliki rencana jahat pada Clarisa calon istri masa depan Bima.
"Aku paham dan akan membantumu melakukan itu," ucap Stevan sambil mengacungkan jempolnya.
"Bima sama seperti Stevan aku juga akan membantumu menghajar bajingan licik itu," sahut Marcel dengan semangat membara.
Mereka berpisah ke mobil masing-masing untuk menuju perusahaan. Sabian mengamati ketiga pemuda itu dari jauh. "Apa yang mereka kira-kira lakukan Mike?"
Sabian masih melihat gerak gerik mereka dari dalam mobil. Mike memanggil salah satu bawahannya dan mendapatkan informasi bahwa mereka akan membuat kegaduhan malm ini.
"Dari laporan anak buahku, Bima bertemu dengan Hazel saat di toilet tadi dan Stevan mendapatkan rekaman ide jahat dari Hazel terhadap Clarisa malam ini," jawab Mike dengan tegas.
Sabian melihat ke arah Mike, dan meme
Bima pergi meninggalkan ruangan VIP yang di pesan oleh Hazel dan melinda. Mereka berdua dan beberapa pria yang di bawa oleh mereka tampak ketakutan melihat bodyguard yang dibawa Stevan dan Marcel."Tuan muda dari keluarga Hendarto, kau ingin kami melakukan apa padamu?" Stevan menekan jari-jarinya hingga membunyikan suara."Tidak aku tidak ada urusan dengan kalian. Perempuan jalang yang ada di depan kalian ini yang memaksaku melakukan kejahatan ini," jawab Hazel ketakitan.Hazel tak mau mendapat masalah dan menyalahkan semua pada Melinda. Adik Clarisa memang dalang semua ini tapi Hazel juga terlibat masalah ini jadi dia juga harus ikut di berikan pelajaran."Tuan muda Marcel jangan lakukan apapun padaku, aku hanya khilaf melakukan ini," ucap Melinda."Tapi kau tampak bersenang-senang tadi, kenapa sekarang wajahmu terlihat pucat pasi begitu?" tanya Marcel dengan wajah licik.Ctak! Marcel meminta beberapa bodyguard yang dibawanya untuk mengurus
Ibunda Melinda terus meraung meminta tolong kepada suami dan mertuanya perihal anaknya yang tersandung kasus prostitusi online. Bima memandang rendah perempuan yang terkena karma tersebut."Itu semua karenamu lalai dalam mendidik anak, kenapa harus aku yang menolongnya," ucap tuan Manggala."Benar sebagai ibu kau telah lalai sehingga putrimu melakukan hal yang memalukan," gertak mertua dari ibunda Melinda.Keluarga yang tidak tahu diri giliran tertimpa masalah semuanya angkat tangan. Tidak ada yang membantu menangani masalah sedikitpun. Ibunda Melinda melihat Clarisa dan menjambak rambutnya ia melampiaskan kekesalan pada Clarisa."Wanita murahan semua ini karena ulahmu, kau yang menjebak putriku sehingga menjadi tersangka, akua kan membalaskan dendam putriku," ucap ibunda Melinda seperti orang kerasukan."Lepaskan, tak ada sangkut pautnya dengan Clarisa!" gertak Bima yang menyelematkan Clarisa.Sabian meminta petugas untuk membawa ibunda Mel
Sabian tersenyum mendang Bima yang terlihat tak suka saat mendapatkan hukuman. Hanya satu bulan toh itu hanya hukuman yang paling ringan."Tentu saja kau adalah anak yang aku sayangi, jika tidak mengapa aku repot-repot menghukummu?" tanya Sabian sambil mengambil kunci mobil milik Bima."Ayah aku tak akan melupakan ini," ucap Bima.Ia bertanya pada ayahnya bagaimana caranya dia pulang. Kunci mobil sudah dirampas. Sabian meminta anak buahnya untuk membawa mobil Bima dan putra kesayangannya itu satu mobil dengannya."Penderitaanku sedang dimulai," gumam Bima."Jika kau mampu melewati hukuman ini dengan baik kau adalah pria yang sudah dewasa Bima." Sabian melirik kaca yang ada di depan untuk melihat seperti apa ekspresi Bima.Anak nakal itu pasti sedang menyusun rencana licik untuk bisa kabur dari hukuman. Tak semudah yang akan Bima bayangkan pastinya karena Sabian telah membuat rintangan yang tak akan mudah di tembus oleh Bima."Mama ken
Sandra mengangguk pelan, mendukung bukan berarti sepenuhnya Bima bisa berbuat yang tidak masuk akal. Berhubungan dengan lawan jenis sewajarnya saja. Paman dan ayah Bima pernah mengalami gagal dalam bercinta itu rasanya sangat menyakitkann."Bima mencintailah sewajarnya saja. Kalian masih sama muda," ucap Sandra."Jadi paman tidak mendukungku?" Bima terlihat lemas.Sandra menepuk pundak Bima, ia mendukung penuh usaha Bima menahklukkan hati perempuan idamannya. Namun ia berpesan agar tidak ada yang tersakiti dan menyakiti mengingat umur mereka masih muda dan perjalanan menuju masa depan masih panjang."Aku mendukungmu penuh, tapi ingat kau tidak boleh sampai menghancurkan dirimu sendiri dalam mencitai wanita. Mereka bisa membuatmu bangkit atau terpuruk sekejap saja," ucap Sandra."Aku akan mengingat pesan paman ini," jawab Bima sambil menghisap rokoknya.Obrolan panjang tentang kisah asmara anak muda memberikan Sandra sebuah pelajaran berharga
Bima mencecap bibir Clarisa dengan hangat. Ia melakukan hal itu di meja makan menghangatkan diri dari dinginnya angin malam."Cukup! Sebentar saja untuk malam ini," ucap Bima sambil memeluk Clarisa."Kau pria nakal," sahut Clarisa.Clarisa bertanya bagaimana rasanya biasa hidup enak sekarang menjadi orang biasa saja. Ke kantor menggunakan motor. Dan uang di sakupun pas-pasan."Bima, emm bagaimana perasaanmu saat ini?" tanya Clarisa."Maksudmu perasaanku padamu? Ya tentu saja masih seperti saat pertama bertemu," sahut Bima."Bukan maksudku kau biasa membawa mobil kemana-mana juga dompetmu selalu tebal, sekarang kau bahkan hanya mengandalkan gaji yang tak seberapa!" Seru Clarisa.Bima menyeringai tipis. Ia menatap wajah Clarisa tajam. Pikiranya penuh pertanyaan apakah Clarisa ini sedang mencoba untuk menghindarinya."Apa kau akan meninggalkanku dengan keadaanku yang miskin ini?" tanya Bima."Kau ini apa tidak mengerti maks
Bima melotot melihat ke arah Belinda yang takut Bima marah padahal hanya sekedar bertanya.Belinda menjelaskan apa maksud dari pertanyaannya."Tidak aku hanya ingin tahu saja apakah kau serius dengan kakak Clarisa?" tanya Belinda."Jangan bohong kamu! Awas saja aku sampai tahu kamu punya pacar ini sudah mau ujian nasional," seru Bima sambil menikmati susu buatan adiknya.Belinda menggebrak mejanya dia bilang kalau serius bertanya. Dia cocok dengan Clarisa saat mengobrol dan perhatiannya ia sangat lembut Belinda itulah mengaoa ia sangat merindukannya menjadi kakak perempuannya."Kakak aku tidak berbohong. Aku menyukai kak Clarisa jangan sampai putus," ucap Belinda."Kamu jangan mengalihkan perhatian kalau kakak tanya punya pacar atau tidak!" seru Bima.Belinda menjadi kesal karena Bima tidak percaya dengan perkataannya. Malam itu Belinda marah dengan suara agak keras sehingga terdengar sampai ruang kerja ayahnya."Ada apa kalian
Bima memakainya masih lancar herarti ya mesinnya masih bagus. Tapi tidak tahu juga nanti rencananya mau di cek di bengkel."Sepertinya masih bagus. Soalnya Bima memakainya masih jalan mulus tidak mogok," jawab Bima."Boleh kakek nanti mencobanya Bima?" tanya tuan Alexander.Bima mengangguk karena motor itu dulunya juga milik sang kakek jadi Bima menyetujuinya. Biarkan orang tua itu bernostalgila dengan motor kesayangannya waktu lampau."Boleh pakai saja. Maafkan Bima yang tidak meminta ijin memakai motor kesayangan kakek," ucap Bima."Tidak apa-apa kakek senang kamu mau merawatnya. Motor itu banyak menyimpan kenangan bersama nenekmu dulu," balas tuan Alexander.Bima mengerti sekarang kenapa motor itu masih ada di gudang sampai sekarang. ternyata menyimpan begitu banyak kenangan dengan orang tersayang. Bima memang tidak sampai bisa melihat wajah neneknya ketika lahir tapi dari apa yang dikatakan kakeknya. Beliau sangat baik juga murah hati ke
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun