Share

Taste of Your Lips

Author: Sara Maureen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jadi kamu yang namanya Badai?”

“Iya. Badai Tanaka.” Badai mengulurkan tangannya kepada lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki itu terlihat lebih muda darinya, tubuhnya juga tinggi tapi tidak seatletis dirinya yang suka olahraga outdoor dan gym.

“Arsa Hardjaja,” ucapnya sambil menjabat tangan Badai dengan erat—terlampau erat hingga Badai menahan dirinya untuk tidak mengernyit.

“Kamu mau remukin tangan calon suamiku, Sa?”

Pertanyaan itu membuat Badai memiringkan kepalanya sedikit untuk melihat Padma yang datang padanya. “Hi, Honey.”

“Honey? Oh, my!” Arsa langsung menarik tangannya dari Badai dan mundur selangkah, lalu memeluk pinggang Padma dengan posesif. &l

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Flirting with Disaster, Blowing Kisses After

    “Ayo kita ke The Clouds.”Padma berusaha mengabaikan ajakan Arsa dan kembali fokus pada Simon dan Daphne yang tengah berdebat mengenai masa depan pernikahan mereka—oh, gara-gara pembicaraan mereka kemarin, Padma jadi ingat Badai setiap melihat The Duke of Hastings tersebut di layar televisinya.“Mbak!”“Ngapain?” Akhirnya dengan tak rela, Padma menjeda series Bridgerton yang tengah ia tonton karena Arsa. Adik bungsunya tersebut kini melangkah masuk ke kamarnya dan menatap Padma dengan serius.“Ngeliat kayak apa dunia calon suamimu.” Arsa menjawab dengan jujur. “Aku tahu kamu layak dapet yang lebih baik daripada seorang Badai Tanaka, Mbak. Dan untuk bantu kamu, aku akan temenin kamu liat kayak apa dunianya yang jelas-jelas beda jauh sama Mbak

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Jangan Main-Main Dengannya

    “Jangan barbar, Arsa. Jangan bertindak seperti preman pasar.”“Mbak, yang bener aja—“Padma tak memedulikan kata-kata Arsa dan beranjak masuk ke ruangan tersebut. Ia menatap dua perempuan yang sepertinya sedang bermain dengan keenam lelaki yang tadi disebut Arsa sebagai VIP Club.Tanpa kata dan hanya karena tatapan tajam Padma, kedua perempuan itu terbirit-birit keluar dari ruang VIP nomor 6 tersebut.“Apa aku mengganggu waktu kalian?” tanya Padma sambil duduk di samping Badai. Dengan telaten, ia mengancingi kemeja Badai satu per satu.Pemandangan itu membuat Ksatria, Ipang, Nara, Kalu, dan Yogas terpana untuk beberapa saat. Mereka sudah membayangkan kalau Padma setidaknya akan menyiram wajah Badai dengan Grey Goose yang ada di mej

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Should I Talk to You as If Nothing Really Happened?

    “BADAI TANAKA!”Badai berusaha untuk tak mendengar panggilan—yang lebih menyerupai teriakan tersebut, dari ruang tengah. Ia terus menuruni undakan tangga dan berjalan melewati ruang tengah di mana Alkadri Tanaka—ayahnya, berada.“BADAI!”“Sial!” maki Badai saat tanpa ia sangka-sangka, dua orang satpam rumahnya muncul entah dari mana dan mencegat langkahnya.Ia ditarik ke hadapan ayahnya dan dua satpam bertubuh kekar itu mengempaskan tubuhnya hingga ia terhuyung di depan sang ayah.Mereka berdua mundur beberapa langkah, memberi privasi pada keduanya untuk bicara, namun dalam jarak aman kalau-kalau Badai memutuskan untuk kabur seperti remaja berandalan.“Papa barusan dikasih tahu kalau

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Menghindari Badai yang Akan Datang

    “Kamu tumben mau nemuin aku di sini?”“Aku lagi menghindari Badai.”Perempuan bernama Mili yang bertubuh mungil itu langsung menoleh ke jendela kafe di mana mereka berada malam ini. “Lagi nggak ada tanda-tanda hujan. Kenapa kamu harus menghindari badai?”Padma butuh beberapa detik sampai ia mengerti kalau badai yang ia maksud dan Mili adalah badai yang berbeda. Ia tertawa sambil mengaduk hazelnut chocolate-nya yang masih hangat.“Maksudku Badai Tanaka.” Padma menyebut nama Badai dengan ogah-ogahan. Tapi ia memang belum memberi tahu Mili perihal perjodohannya dengan Badai, karena perempuan itu baru tiba di Indonesia hari ini setelah perjalanan dinasnya sebulan ke Kuala Lumpur.“Aku dengar ada rumor yang

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Permintaan yang Sulit: Menaklukan Badai

    “Badai?”Sentuhan lembut di bahunya membuat Badai mendongak dan menemukan perempuan yang ia cari seharian ini, kini ada di hadapannya.“Hon?” gumamnya pelan.“Kamu baik-baik aja?” Sedetik kemudian Padma menambahkan, “Oh, pertanyaan bodoh. Pasti kamu nggak baik-baik aja.”Badai meringis dan membiarkan perempuan itu duduk di sampingnya. Sepertinya Padma habis berjalan cepat atau mungkin berlari, karena deru napasnya yang terengah masih terdengar jelas oleh Badai.“Sekarang jadi semakin jelas kalau aku anak yang nggak berguna,” gumam Badai tanpa menoleh pada Padma di sampingnya. “Aku baru tahu hari ini kalau papaku sakit.”Tanpa Badai ketahui, Padma tengah men

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Cause This isn’t Natural to See You Everyday

    “Badai, bangun.”“Huh?”Padma menatap prihatin pada Badai yang tertidur di sofa kamar rawat inap tersebut. Ada laptop dan ponsel yang bertebaran di meja dekat sofa itu, menandakan kalau Badai memang bekerja di kamar tempat ayahnya dirawat sepanjang waktu.“Bangun,” ulang Padma yang raut wajahnya sudah berubah kembali datar begitu Badai membuka matanya. “Makan. Kamu mau ikut sakit kayak Om Al?”Anehnya, Badai merengut seperti anak kecil ketika Padma mengomelinya seperti itu. Pemandangan tersebut tak luput dari mata ayah Badai yang tengah duduk di ranjangnya setelah lebih dari dua hari hanya berbaring atas paksaan Badai.“Dia kan sejak dulu nggak pernah dipaksa, Padma. Makanya dia merengut kayak anak kecil begitu.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Memangnya Ada Aturan Kalau yang Melamar Itu Harus Laki-Laki?

    “Apa?”“Ayo, kita menikah,” ulang Padma. “Apa pendengaranmu bermasalah? Kita perlu ke dokter THT sekalian hari ini?”“Kamu barusan ngelamar aku?”Padma bahkan tak tahu apakah ajakannya tadi terhitung sebagai lamaran atau tidak. Ia pun mengedikkan bahunya. “Semacam itulah.”“Kok kamu yang ngelamar sih?” protes Badai. “Hei, aku bahkan nggak pernah bermimpi bakal dilamar perempuan. Harusnya aku yang ngelamar—“Padma tersenyum simpul melihat kebingungan di wajah Badai. Mereka berdua tahu, hidup terikat dalam pernikahan bukan hal yang dipikirkan Badai bahkan mungkin selama satu dekade terakhir.Jelas saja sekalipun Padma menyetujui untuk menikah dengann

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   Revisi Perjanjian Pernikahan

    “Padahal aku udah nggak mau masuk ke tempat ini sampai tiga tahun ke depan,” desah Padma saat masuk ke klub paling banyak diminati di kawasan Jakarta Selaran tersebut.Setelah kejadian ia tidur dengan Badai waktu itu, Padma memang bersumpah kalau ia tak akan kembali ke tempat ini sampai tiga tahun ke depan, supaya tidak perlu bertemu dengan lelaki asing yang tidur dengannya.Tapi lihat sekarang, ia bahkan akan menikah dengan lelaki asing yang tadinya ingin ia hindari itu.“Bu Padma, sudah ditunggu Pak Badai di ruangannya.”Padma menoleh dan mengangguk saat mendengar ucapan dari manajer The Clouds yang menghampirinya. Pasti Badai sudah memberi tahu pegawainya kalau ia akan datang malam ini.Dengan langkah pasti, Padma berjalan menuju lorong yang di d

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Badai Pasti Berlalu

    “Iiih, Dek Mei udah pacaran ya?”“Kakak!!!” Dengan buru-buru, Meisie menempelkan ponselnya ke dada. Ia menoleh pada kakaknya dan langsung cemberut. “Kakak ngintip ya?”“Dikit,” jawab Ilana seraya tersenyum jahil. Anak kedua di keluarga Tanaka itu menaik-turunkan alisnya, menggoda Meisie yang kini wajahnya sudah semerah kepiting rebus. “Siapa sih yang chat terus sama kamu sejak kita turun dari pesawat? Kenalin dooong.”“Temen sekelas doang kok.” Meisie memilih memasukkan ponselnya ke dalam tas, sebelum Ilana dengan kejahilannya akan mengambil ponselnya untuk melihat dengan siapa ia bertukar pesan seharian ini.“Cewek?”Meisie kembali merengut. Ia bisa dikatakan jarang berbohong. Jad

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Kamu Tahu Namaku?

    “Kamu nggak takut sama aku?”“Nggak.”“Kenapa? Semua orang takut sama aku?”“Ngapain takut? Kamu kan manusia.” Meisie tertawa begitu mendengar pertanyaan Dalvin yang konyol. “Kamu emangnya suka makan orang?”“Nggak.” Dalvin menggeleng dengan tegas. “Tapi semua anak di kelas ini takut denganku.”“Kenapa?”“Kamu nggak tahu?” Dalvin yakin Meisie tahu apa yang semua anak di kelas ini bicarakan mengenai dirinya.Dalvin si anak buangan. Dalvin si anak pembunuh.Juga masih banyak lagi julukan-julukan untuknya yang saking banyaknya, Dalvin tak ingat lagi.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Matahari yang Dingin

    “Inget, kalau disuruh macem-macem yang melanggar norma dan adab, kamu jangan mau, Dek Mei!” Dengan menggebu-gebu, Ilana si biang onar memberi nasehat kepada adiknya, yang hari ini resmi jadi murid SMA.“Jangan mau kalau disuruh sok-sok nembak kakak kelas. Itu sih karena mereka emang pengen dibilang ada yang naksir aja padahal aslinya nggak ada.”Asa melirik Ilana dengan geli. Karena Asa sudah bisa mengemudi dan punya SIM, juga ketika berusia 17 tahun dihadiahi mobil oleh sang ibu, kini hobinya adalah mengantar-jemput kedua adiknya—Ilana dan Meisie.“Katanya, kamu juga pas jadi panitia MOS banyak yang nembak, Dek. Itu beneran atau hoaks?”“Itu beneran. Tapi karena nggak ada yang mendekati kayak Abang atau Papa, kutolak semua deh.”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (2)

    Malam itu Asa tidak keluar kamar untuk makan malam dan Padma membiarkannya. Ilana dan Meisie bertanya kenapa kakak mereka tidak ikut turun untuk makan malam bersama, mengingat ritual makan bersama adalah kegiatan yang pantang untuk dilewatkan bagi keluarga mereka.“Abang butuh istirahat. Kalau Abang ikut makan di sini, kalian pasti minta Abang suapin kalian deh.”Ilana dan Meisie langsung memberikan cengiran lebarnya. Kedua anak perempuan itu sangat manja pada Asa, hingga kadang-kadang Janar mengatakan pada Asa kalau Asa ditakdirkan untuk dikerjai seumur hidup oleh kedua adiknya.“Terus Abang nggak makan, Ma?” tanya Meisie yang langsung khawatir dengan kondisi kakaknya. “Aku bawain makanan aja buat Abang ya, Ma? Bolehkan kalau kali ini Abang makan di kamar? Masa Abang nggak makan sama sekali….”

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Dialah Angkasa Nirada Tanaka (1)

    "Abang mau jadi jagoan atau gimana?”Angkasa menunduk saat ayahnya bertanya dengan dingin dan tajam seperti itu. Sesekali tangannya bergerak menyeka darah yang masih menetes dari sudut bibirnya yang robek.“Udah nggak ada nyali untuk kamu jawab pertanyaan Papa, Bang?”“B….” Padma menggeleng pelan saat melihat suaminya yang juga jadi emosi. Perempuan itu melihat ke sekelilingnya dan kembali menggeleng. “Kita bicarakan di rumah. Kamu mau balik ke kantor atau ikut pulang?”“Aku mana bisa kerja setelah ini, Hon.” Badai mendengus pelan, lalu berjalan lebih dulu dibanding istri dan anaknya.Padma menghela napas dan mendekat pada anak sulungnya, ia merapikan kerah kemeja Asa yang berantakan, lalu mengg

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (3)

    Ilana mengetuk pintu kamar orangtuanya dan yang keluar adalah sang ayah, Badai Tanaka.“Kakak kok belum tidur?” tanya Badai sambil mengusap puncak kepala Ilana.Ilana berpikir sebentar, lalu menarik tangan ayahnya hingga ayahnya keluar dari kamar. “Papa udah mau tidur?”“Belum.” Sejujurnya, Badai hampir tertidur karena ia baru sampai sore ini di Jakarta. Padma sendiri sedang di kamar mandi ketika Ilana mengetuk pintu kamar mereka.“Kakak laper,” adu Ilana pada sang ayah. “Bikin mie goreng yuk, Pa.”“Ayo, sini, Papa masakin,” kata Badai sambil tersenyum.Sambil bergandengan tangan, keduanya turun ke lantai satu yang sudah lengang karena semua orang sudah berada di ka

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (2)

    “Eh, eh, liat. Ada si anak tiri.”Ilana langsung merengut begitu mendengar bisik-bisik (yang tidak terlalu pelan sehingga Ilana bisa dengan jelas mendengarnya) tersebut.Dua meja dari meja yang ia. tempati dengan Asa dan Meisie, ada si tukang bully yang beberapa hari lalu menangis karena tak bisa bangkit dari kursinya.“Untung keluarganya kaya, jadi nggak dijadiin pembantu kayak di film-film,” sahut salah satu teman si tukang bully yang bertubuh sangat kurus, berbanding terbalik dengan si tukang bully yang gempal dan besar.Seperti Hulk, menurut Ilana.Ilana menghela napas dan berusaha tak mengabaikan ocehan laki-laki tukang gosip itu. Ia tak boleh membuat keributan lagi kalau tak mau diceramahi ibunya selama 25 jam.

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Jadi Sayap Pelindungmu (1)

    “Abang, ini gimana sih cara pasangnya? Aku nggak bisa terus dari tadi.”Asa melihat bagaimana Ilana dengan dasinya yang belum tersimpul dengan benar dan wajahnya yang sudah merengut. “Sini, Abang pasangin.”“Nah, gitu dong, Bang, dari tadi.”Asa berdecak dan menjitak kening adiknya dengan pelan. “Makanya kalau Abang ajarin tuh dipraktekin dong.”“Kan ada Abang.”“Masa sampai SMA dasinya mau dipakein Abang terus?”“Biarin, wleee.”Asa tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Ilana menjulurkan lidah ke arahnya. Dengan cepat ia memasang dasi berwarna biru dongker tersebut hingga rapi di kerah kemeja putih adik

  • Cinta Satu Malam dengan Berondong   [EXTRA] Ada Papa di Sini Buat Kakak

    “Papa!”“Iya, Kakak?”“Kakak mau punya pacar juga!”Badai yang baru saja menelan jus wortel buatan Padma langsung tersedak mendengar ucapan Ilana, anak keduanya.Ilana tentu saja terkejut melihat reaksi ayahnya yang di luar dugaan. Maka ia langsung pindah ke samping sang ayah dan mengusap punggung tegap Badai dengan tangan mungilnya.“Kok Kakak ngomong gitu?” Badai bertanya setelah bisa bicara dengan benar dan efek dari tersedaknya hilang. “Kakak kan masih kecil, kok udah tahu soal pacar-pacaran?”“Kemarin Bang Janar bilang, Bang Asa udah punya pacar di sekolah,” cerita Ilana yang sudah masuk kelas 2 SD tersebut dengan polosnya. “Pas aku tanya pacar itu apa, katanya Bang Janar tanyain Papa aja.”Astaga, Shua, anakmu! gerutu Badai sambil menggeleng pelan. Namun, detik berikutnya ia sadar dengan apa yang diucapkan Ilana sebelumnya.“Apa? Abang udah punya pacar?”“Katanya Bang Janar.” Ilana mengangguk sambil merengut.“Haduh….” Badai hanya bisa mengusap keningnya. Bagaimana bisa anak kec

DMCA.com Protection Status