Beranda / Romansa / Cinta Sang Primadona / BAB : 6. Hidup Tanpa Suami.

Share

BAB : 6. Hidup Tanpa Suami.

Penulis: Melati
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-28 21:22:44

Acara Tahlilan malam pertama atas meninggalnya almarhum suami Almira itu digelar sesudah sholat Maghrib.

Tamu - tamu berdatangan ke rumah Almira untuk ikut serta mendoakan agar almarhum Putra diterima di sisinya dan diberi ampunan atas segala dosa - dosanya. 

Semasa  hidupnya, almarhum dikenal sebagai orang yang baik dan ramah pada tetangga dan para sahabatnya. Maka tak heran para petakziah itu pun rela  datang dan duduk berdesak - desakkan di ruang tamu. 

Almira dan Bilal duduk bersama dengan para petakziah itu. Wajah ibu dari Bilal itu pucat dan terlihat tidak bersemangat. Sedang Bilal yang bingung dan belum mengerti apa yang sedang terjadi digendong  dan dijaga oleh neneknya, yaitu ibu Almira.

Setelah acara selesai, dan tamu - tamu sudah berpamitan untuk pulang ke rumah masing - masing,  keluarga besar pun berkumpul dan menanyakan  pada Almira mengenai  rencana selanjutnya. Apakah dia akan ikut pulang kembali ke kampung halamannya, atau untuk sementara waktu masih tinggal di rumah peninggalan suaminya itu.

"Bagaimana nak,  apakah Mira mau ikut pulang dengan kita ke kampung? Atau Mira masih mau tinggal disini?" 

"Mira masih mau tinggal di sini yah, Mira masih ingin dekat dengan papanya Bilal walau hanya pusaranya saja yang bisa Mira ziarahi" ucap Almira sedih.

Keluarga yang mendengar keinginan Almira yang belum mau ikut pulang bersama mereka itu memaklumi keadaannya. Andai mereka yang mengalami keadaan seperti Almira, pasti jawabannya pun akan sama.

"Baiklah, ayah serahkan segala keputusan hanya padamu nak. Mudah - mudahan keputusan yang kamu ambil ini adalah keputusan yang terbaik bagi kalian berdua."

*************

Hidup tanpa suami mulai dijalani oleh ibu satu anak itu dengan tabah dan ikhlas. Sementara keluarga terdekat sudah kembali ke kampung halamannya. Tinggalah Almira hanya berdua saja dengan Bilal sang putra di rumah itu.

Almira merasa hidupnya terasa berat diawal kesendiriannya. Biasanya ada yang menggendong anaknya sementara dia mengerjakan pekerjaan lain di rumah,  biasanya dimalam - malam yang dingin sang suami  selalu memeluk dirinya dan memberinya kehangatan, namun kini ia hanya bisa tergugu kelu saat terbangun di tengah malam dan mendapati dirinya hanya seorang diri tanpa kekasih hatinya lagi.

Dikeheningan  malam, di dalam Sholatnya Almira bersimpuh dan berdoa," Ya Allah Ya Robb, kuatkanlah hati hamba menerima cobaan ini. Ada amanah dari suami hamba  yang harus hamba jaga dan pelihara, semoga hamba selalu Istiqomah dijalanmu Ya Allah, Amin Yaa Robbil Aalamiin."

Tak terasa meneteslah air mata di kedua pipi perempuan itu. Dipandanginya buah hati belahan jiwa dirinya dan almarhum suaminya seraya berkata, "Aku tidak boleh lemah! Aku harus kuat. Mama janji  ya sayang, mama akan selalu menjagamu di setiap detak jantung mama."

**********

Sudah lebih dari tiga bulan Almira menyandang status janda, status yang tak pernah ia minta. Namun harus ia terima dengan rela. 

Almira merasakan perubahan sikap dari para tetangga yang berada di sekeliling rumahnya.

Pernah suatu waktu Ia hendak pergi ke pasar membawa Bilal sambil berjalan kaki, dan tanpa sengaja berpapasan dengan mobil milik tetangga di sebelah rumahnya yang ternyata adalah suami istri yang bernama pak Harun dan bu Harun. Pak Harun menyapa Almira dan berkata, "Mau kemana mbak? Ayo ikut, kita juga mau ke pasar." ucapnya pada Almira.

Tiba - tiba bu Harun langsung berkata, "Maaf mbak Almira, saya minta mulai sekarang kamu harus menjaga sikap. Kamu itu seorang janda, tidak baik mengganggu suami orang!" ucap istrinya ketus.

Deeeeggg!!!, serasa ada ribuan batu yang menghantam dada perempuan itu. Sakit, rasanya dipermalukan seperti itu. Apa salahnya kalau ia janda, toh dia bersikap dan bertutur kata masih dalam batas yang wajar. 

"Maaf ibu Harun yang terhormat, saya memang janda. Tapi saya masih punya harga diri, ibu lihat sendiri tadi! Bapak lah yang menegur saya terlebih dahulu dan menawari saya untuk ikut menumpang di mobil kalian!" 

"Ya kenapa, jangan mentang - mentang kamu cantik bisa seenaknya tebar pesona sama suami orang. Tau nggak,  ibu - ibu disekitar sini sudah pada resah dengan adanya kamu. Mereka takut nanti suaminya pada kecantol sama kamu, dasar janda g....l  kamu ya!"

"Saya memang janda bu Harun, terus kalau saya cantik kenapa bu. Bilang sama ibu - ibu yang lain jangan takut, saya tidak akan merebut suami mereka bu. Kalau kalian tidak suka dengan keberadaan saya di sini baiklah, saya akan pergi jauh - jauh dari sini!" ucap Almira sambil menahan air matanya yang nyaris tumpah.

Lalu ia berbalik pulang ke rumah meninggalkan keduanya yang memandang Almira tanpa rasa bersalah.

Sampai di rumah, ia menangis sejadi - jadinya dan Bilal pun ikut - ikutan menangis melihat mamanya bersedih. Sepertinya anak laki - laki itu merasakan kepedihan yang dirasakan oleh ibunya.

Almira teringat omongan bu Harun yang menyakitkan hatinya tadi, pantas saja sikap ibu - ibu yang tinggal di sekeliling rumahnya berubah akhir - akhir ini. Kini ia tahu jawabannya, ya karena dia adalah seorang janda. Janda cantik yang ditinggal mati oleh suaminya. Janda cantik yang selalu dilirik oleh para pria. Baik yang beristri, bujangan, maupun yang berstatus duda. Janda cantik sang Primadona.

Kemudian ia meraih ponselnya yang berada di atas meja di sisi tempat tidur.

Ia akan menghubungi kedua orang tuanya sekarang. Ia ingin pulang ke kampung halamannya. Keberadaannya di sini hanya membuat para ibu resah dan gelisah.

Tak lama kemudian  terdengar suara dari seberang sana, " Assallamualaikum bu, apa kabar? Mira mau mengabarkan bahwa Mira akan pulang besok naik angkutan umum. Mungkin tidak akan kembali kesini karena Mira akan pindah dari sini bu."

"Waallaikumsallam, Almira kabar ibu, ayah, dan adikmu alhamdulillah sehat nak. Kamu mau pindah kesini? Memang kenapa nak, ada masalah disana?"

Almira tidak ingin menambah beban di hati kedua orang tuanya. Dia sengaja tidak menceritakan permasalahan yang sebenarnya.

"Tidak kok bu, Mira di sini baik - baik saja. Hanya saja kami berdua mulai merasa kesepian, makanya Mira memutuskan pindah dari sini dan balik ke rumah lagi." jawabnya sedikit berbohong.

" Baiklah kalau itu keputusanmu, ibu senang sekali kamu mau kembali ke rumah. Hati - hati di jalan, salam buat cucu ibu!"

Kemudian sambil meletakkan ponselnya kembali di atas meja,  Almira memeluk tubuh mungil anaknya sambil menangis terisak - isak dan menumpahkan segala beban yang menghimpit di dadanya. 

Besok dia akan pulang ke rumah orang tuanya, meninggalkan semua kenangan indah dulu bersama suaminya,  dan meninggalkan suami tercinta yang  hanya tinggal pusara dan telah kembali keharibaan Sang Pencipta.

"Selamat tinggal duhai kekasihku sayang, aku akan selalu mencintai dan mengenangmu hingga ujung usiaku. Insya Allah kita akan bertemu di syurganya nanti."

Bab terkait

  • Cinta Sang Primadona   BAB: 7 Perjuangan Hidup Sang Primadona

    Almira bangun di waktu Subuh yang terasa begitu dingin, akibat hujan yang mengguyur deras sekali tadi malam. Ditariknya selimut penutup tubuhnya, dan dipandangnya wajah buah hatinya yang masih tertidur dengan nyenyak. Wajah tanpa dosa, wajah yang akan menemaninya untuk berjuang di tengah kerasnya kehidupan.Bilal bin Putra, hari ini akan pulang bersama ibunya untuk kembali meneruskan hidup. Disini sepertinya tak ada lagi tempat bagi mereka berdua. Semua orang gelisah, resah, akan keberadaannya."Mengapa hanya karena aku cantik?" Sehingga semua orang takut akan kehadiranku. Bukankah itu sesuatu yang tidak harus dihindari. Namun hatinya telah bertekad bulat untuk kembali pulang ke kampung halamannya."Mama akan merawat dan membesarkanmu sayang, kamu akan menjadi kebanggaan mama kelak. Mama akan melakukan apapun demi kamu. Tidurlah yang nyenyak sayang?" Mama tidak akan membangunkanmu!" ucap perempuan itu penuh rasa sayang.Pagi itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23
  • Cinta Sang Primadona   BAB : 8 "Bukalah Hatimu, Almira!"

    Hari demi hari pun berlalu. Tak terasa sudah tiga bulan lebih ia berada di kampung halamannya sejak kepulangannya waktu itu.Bilal telah tumbuh menjadi anak yang pintar dan tentunya berwajah tampan. Ia mewarisi ketampanan dari ayahnya dan juga kepintaran dari ibunya. Dan dia sudah pandai berjalan sekarang, hingga Mamanya selalu kerepotan menjaga anak itu.Bilal menjadi hiburan dan kesayangan seisi rumah, karena ocehan dan celotehannya yang selalu mengundang tawa dan menghibur mereka.Sementara Almira yang selalu menyibukkan diri dengan mengasuh dan merawat anaknya itu belum terfikir untuk mencari seorang pengganti dari almarhum suaminya yaitu Putra. Ia merasa masih terlalu cepat untuk memikirkan hal itu.Hingga suatu hari perempuan itu secara tidak sengaja berjumpa dengan Firman yang kala itu bermaksud untuk sarapan pagi di warung milik orang tuanya itu."Selamat pagi, saya mau sarap

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Cinta Sang Primadona   BAB : 9 Lamaran Dari Firman

    Suasana di pagi hari itu sangat cerah sekali, angin berhembus sepoi - sepoi. Burung - burung berkicau riang seakan menyambut pagi yang indah. Mentari yang merah lembut menyapa kulit seorang perempuan muda nan cantik.Dialah Almira. Saat ini ia sedang berjalan - jalan pagi bersama anak laki - laki satu - satunya yaitu Bilal. Ia memang sengaja menuruti perkataan ayahnya kemarin, agar tidak berdiam diri di rumah saja. Karenanya pagi ini ia dan anaknya mencoba menikmati pagi itu dengan perasaan yang riang gembira serts ceria. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang panjang terurai itu sambil mendorong kereta roda dua yang dinaiki oleh Bilal. Sementara bocah itu tertawa gembira sambil berceloteh ala balita yang riang gembira."Sudah yuk sayang mainnya, saatnya kita pulang sekarang. Bilal kan mau sarapan pagi dulu, iya kan sayang?" ucap perempuan itu pada jagoan kecilnya.Yang disapa hanya tertawa berderai sambil memamerka

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Cinta Sang Primadona   BAB : 10 Bimbang

    "Aku tidak pantas mas untuk menjadi pilihanmu, karena masih banyak gadis - gadis di luar sana yang lebih pantas untukmu!" Almira menahan tangisnya yang tersendat di tenggorokan, sedangkan Firman memandang wajah perempuan yang telah mengisi hatinya itu dengan tatapan penuh harap. "Aku hanya ingin dirimu lah yang akan mendampingi hidupku kelak Almira! Entah, aku juga tidak mengerti akan perasaanku ini. Yang aku tahu, hanya dirimu yang telah memberi arti dan semangat hidup bagi jiwaku yang kosong selama ini!" Semua berawal dari suatu sore, ketika Almira sedang mengajak Bilal berjalan - jalan di taman bermain anak - anak yang ada di dekat rumah kedua orang tuanya. Taman yang asri dan cantik, yang memang sengaja dibuat oleh Pemerintah Kota setempat untuk warga yang ingin berekreasi dan sekedar menghilangkan beban karena rutinitas pekerjaan. Di pintu gerbang nampak tertulis "Taman Rekreasi Keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Cinta Sang Primadona   BAB : 11 Menanti Kabar Bahagia

    "Aku berangkat dulu Almira, jaga diri kamu baik - baik. Jaga Bilal, dia sudah banyak kemajuan dan kepintaran. Aku pergi hanya dua bulan saja. Aku mohon setelah itu akan mendapat kabar yang baik darimu!"ucap lelaki itu pagi harinya pada Almira. Ia sengaja menemui perempuan itu di warung sambil sekalian pamit untuk berangkat menjalankan tugas di Halmahera. "Insya Allah akan aku pikirkan lagi mas, semoga kabar dariku nanti merupakan kabar baik untuk kita semua. Mas Firman hati - hati juga disana ya mas?" ucap perempuan itu sambil menahan isaknya yang hampir terlepas. Entah mengapa ia merasa sedih sekali melepas kepergian lelaki itu. Mungkinkah lelaki itu telah mendapat tempat tersendiri di hatinya. Sedangkan Bilal yang baru selesai disuapin makan itu hanya tersenyum sambil tangannya hendak meraih jemari tangan Firman. Dengan lembut lelaki itu meraih Bilal dari pelukan mamanya. Dan se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Cinta Sang Primadona   BAB:12. Menikah

    "Aku harus yakin dengan pilihanku, kalau tidak aku akan menyesal. Putra adalah masa lalu, sedangkan Firman adalah masa depan. Ya Allah berilah hamba jalan keluar tuk memilih dan menjawab iya atau tidak!" batin perempuan itu. Malam itu tak seperti biasanya. Almira gelisah sekali, bukan karena suhu udara yang memang panas sekali, namun ia,gelisah memikirkan waktu kepulangan Firman yang tinggal lima hari lagi. Itu artinya siap atau tidak, ia harus segera memberi jawaban kepada Firman atas permintaan lelaki itu untuk menjadi istrinya. Secara sadar dan tidak ia sepertinya melihat Putra suaminya itu. Laki - laki itu berdiri di tepi tempat tidurnya mengenakan baju berwarna putih sambil tersenyum kepadanya dan menganggukkan kepalanya. Entah apa maksudnya. "Putra...!" Almira menyebut nama suaminya itu. "Kaukah itu sayang? Aku kangen sekali padamu sayang?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Cinta Sang Primadona   BAB : 13 Hidup Yang Baru

    "Ayo, abang Bilal mandi dulu yuk. Nanti kita jalan - jalan lagi keliling komplek bang!" ucap suami Almira pada jagoan kecilnya itu. Bilal pun berlari menghambur ke pelukan papa Firman sambil tertawa sumringah. Yah sudah dua bulan sejak pernikahan Almira dan Firman. Mereka telah tinggal di rumah kontrakkan Firman untuk sementara waktu. Alhamdulilah, Almira sedang mengandung buah cintanya dengan Firman. Sepertinya Allah mendengar doa - doa dari keduanya agar mereka segera mendapatkan adik untuk Bilal. Dimulai suatu pagi, ketika Firman hendak berangkat bekerja. Istrinya mendekat padanya sambil merapikan kerah baju suaminya yang agak sedikit terlipat. "Mas, sepertinya Bilal mau segera mendapat adik nih mas!" ucap istri cantiknya itu sambil tersenyum bahagia "Hah ...! Kamu hamil sayang ...!" "Iya mas! Aku juga nggak tau kalau kita akan secepat ini diberi momongan mas!" "Alhamdulilah!" "Ternyata apa yang menjadi k

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Cinta Sang Primadona   BAB : 14 Antara Ada Dan Tiada

    Almira mencoba melangkah masuk ke dalam rumah, sambil meringis menahan sakit ia pun berbicara sendiri. " Aduh! Mas Firman kemana sih? Kok lama amat. Perutku sakit mas, kamu kemana mas?" Sambil berjalan masuk ke rumah ia mencoba berpegangan dengan benda - benda apa saja yang di pegangnya. Dan akhirnya ia duduk di sofa ruang tamu sambil mengelus - elus perutnya yang terasa sakit itu. Ia pun membaca doa - doa yang ia bisa sambil terus berharap suaminya segera datang. Tak lama kemudian terdengar deruman mesin mobil masuk ke halaman rumah. Firman datangdengan tergopoh - gopoh, kemudian ia langsung mencari - cari dan memanggil nama istri tercintanya itu. "Sayang ...! Kamu dimana ini aku sayang?" Tak terdengar jawaban. Ia pun mulai merasa khawatir dan cemas. "Almira ...!" "Aku disini mas!" Firma

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • Cinta Sang Primadona   Bab : 19 Haruskah Aku Membuka Hati?

    Deghhh!Jantung Almira berdetak lebih cepat. Ia hanya tak menyangka ada lelaki yang berani menggodanya dan membuat ia salah tingkah."Almira..." ucapnya menyambut jabatan tangan lelaki itu dan menyebutkan namanya."Hmmmm... Nama yang cantik secantik orangnya.""Ehem, ehem, Robi ini Almira sahabatku!"Windi pun memperkenalkan sahabatnya itu kepada Robi teman sang suami. Sementara tatapan mata Robi tak lepas dari Almira. Seolah hendak menelanjanginya. Perempuan itu merasa jengah, pipinya bersemu merah. Untunglah Windi memperkenalkan ia dengan temannya yang lain. Sehingga rasa malunya dapat segera hilang.Mereka terlibat pembicaraan yang hangat disertai dengan canda dan tawa. Suara pembawa acara mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai. Windi mengajak Almira menuju panggung dimana telah berkumpul Ryuga beserta tamu undangan lainnyaAcara resmi ulang tahun Ryuga dimulai. Acara dibuka dengan kata sambutan dari tuan rumah. Suami dari Windi itu pun mulai menyampaikan kata sambutannya. D

  • Cinta Sang Primadona   Bab 18 : Mulai Dari Awal, Almira!

    Hari itu Almira disibukkan dengan berbelanja barang- barang yang dibutuhkan untuk memulai bisnis onlinenya. Semula ia menghubungi teman lamanya yang sudah lama membuka bisnis onlinenya. Terutama yang menyangkut dengan fashion. Ia adalah teman sewaktu Almira sekolah dulu. Dan kini sukses merambah bisnis pakaian. Mulai dari dewasa, remaja, anak-anak, bahkan balita dan bayi. Namanya Windi. Ia mempunyai toko sendiri. Nama tokonya adalah Istana Fashion. Dari Windi Almira banyak belajar mengenai bisnis toko online dan bagaimana bisa menarik pelanggan. Alhamdulilah! Setelah beberapa bulan kemudian, toko onlinenya semakin maju dan berkembang pesat. Orderan onlinenya semakin banyak. Ia semakin disibukkan oleh permintaan pelanggan. Terutama jenis pakaian wanita dewasa dan remaja. Almira bekerja dari rumah, selain bisa mengurus rumah, ia juga bisa mengurus ketiga buah hatinya. "Wind, makasih ya...berkat bantuan kamu toko online yang aku kelola lumayan maju." 'Oh iya Mira sama-sama aku senang

  • Cinta Sang Primadona   Bab 17 : Impian Dan Harapan Baru

    Suara adzan Subuh berkumandang, membangunkan Almira dari mimpi indahnya. Namun cuaca yang begitu dingin di pagi ini serta merta membuat dirinya menarik kembali selimut yang menutupi tubuhnya. "Wah sudah pagi, aku harus segera bangun karena aku tidak mau terlambat untuk mengurus pencairan asuransi nanti." Lalu ia segera bangkit dan berdiri, meletakkan selimut dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Brrrrrrr! Dinginnya sampai menusuk ke tulang. Samar-samar ia mendengar suara air hujan yang jatuh di atap rumah. Tik...! Tik...! Tik...! Ternyata sedari semalam hujan turun deras sekali. Namun karena merasa capek dan lelah sekali ia pun tidur nyenyak. Sehingga tak mendengat suara hujan yang turun tadi malam. Perlahan ia mengambil mukena dan langsung memakainya. Kemudian mengerjakan sholat Subuh dengan khusy

  • Cinta Sang Primadona    BAB 16 : Mencoba Ikhlas

    Suasana sibuk sekali malam itu. Para tetangga berinisiatif dan bahu membahu mempersiapkan segala keperluan untuk acara Tahlilan nanti. Ada yang menggelar tikar, menyapu rumah, mempersiapkan sound system, dan membentuk petugas-petugas yang akan bertugas nanti. Mulai dari MC, Qori, petugas peribadatan, dan doa. Sementara itu ibu-ibu warga komplek pun tak ketinggalan mempersiapkan snack atau konsumsi yang akan dihidangkan untuk para petakziah nanti. Hmmmmm! "Alhamdulilah ya Allah aku dikaruniai dan dikelilingi oleh tetangga dan teman-teman yang dengan rela mau menolong dan membantuku"gumam perempuan itu. Matanya sibuk mencari-cari keberadaan ibunya. Oh itu dia! Ibunya sedang menggendong Siska sambil mengobrol dengan tetangga lain. Ia pun berjalan dan mendekati ibunya dan berkata, "Almira, sudah sana nggak usah sibuk-sibuk! Kamu duduk saja di ruang tamu sambil menerima tamu yang d

  • Cinta Sang Primadona   BAB : 15 Luka itu datang lagi

    Ketika ia tersadar dari pingsannya, Ia pun melihat rumahnya ramai sekali. Dan terdengar para tamu yang datang membaca surah Yasin, Almira bingung dan bertanya pada ibu - ibu yang berada di dekatnya. "Ada apa ini bu, kok ramai sekali?" "Mbak Mira yang sabar ya, ini musibah mbak." "Musibah? Musibah apa bu?" Ia hampir saja berteriak. "Ia suami mbak Almira meninggal dalam kecelakaan tadi sore." "Ya Allah Ya Tuhanku!" "Mas Firman...!" "Huuu...! Huuu...! Huuu!" Almira pun menangis sesunggukkan ia tak menyangka harus kehilangan lagi suami tercinta. Terulang kembali luka lama sama seperti ia kehilangan suami pertama yaitu Putra. " Anak - anak saya kemana bu, kok nggak ada?" "Oh anak - anak mbak Mira ada tuh diasuh dan diungsikan ke rumah sebelah, kasihan nggak bisa tidur yang kecil mbak " Perlahan Almira mencoba bangkit dari tidurnya ia ingin melihat suaminya itu untuk yang terakhir kalinya. Dan ke

  • Cinta Sang Primadona   BAB : 14 Antara Ada Dan Tiada

    Almira mencoba melangkah masuk ke dalam rumah, sambil meringis menahan sakit ia pun berbicara sendiri. " Aduh! Mas Firman kemana sih? Kok lama amat. Perutku sakit mas, kamu kemana mas?" Sambil berjalan masuk ke rumah ia mencoba berpegangan dengan benda - benda apa saja yang di pegangnya. Dan akhirnya ia duduk di sofa ruang tamu sambil mengelus - elus perutnya yang terasa sakit itu. Ia pun membaca doa - doa yang ia bisa sambil terus berharap suaminya segera datang. Tak lama kemudian terdengar deruman mesin mobil masuk ke halaman rumah. Firman datangdengan tergopoh - gopoh, kemudian ia langsung mencari - cari dan memanggil nama istri tercintanya itu. "Sayang ...! Kamu dimana ini aku sayang?" Tak terdengar jawaban. Ia pun mulai merasa khawatir dan cemas. "Almira ...!" "Aku disini mas!" Firma

  • Cinta Sang Primadona   BAB : 13 Hidup Yang Baru

    "Ayo, abang Bilal mandi dulu yuk. Nanti kita jalan - jalan lagi keliling komplek bang!" ucap suami Almira pada jagoan kecilnya itu. Bilal pun berlari menghambur ke pelukan papa Firman sambil tertawa sumringah. Yah sudah dua bulan sejak pernikahan Almira dan Firman. Mereka telah tinggal di rumah kontrakkan Firman untuk sementara waktu. Alhamdulilah, Almira sedang mengandung buah cintanya dengan Firman. Sepertinya Allah mendengar doa - doa dari keduanya agar mereka segera mendapatkan adik untuk Bilal. Dimulai suatu pagi, ketika Firman hendak berangkat bekerja. Istrinya mendekat padanya sambil merapikan kerah baju suaminya yang agak sedikit terlipat. "Mas, sepertinya Bilal mau segera mendapat adik nih mas!" ucap istri cantiknya itu sambil tersenyum bahagia "Hah ...! Kamu hamil sayang ...!" "Iya mas! Aku juga nggak tau kalau kita akan secepat ini diberi momongan mas!" "Alhamdulilah!" "Ternyata apa yang menjadi k

  • Cinta Sang Primadona   BAB:12. Menikah

    "Aku harus yakin dengan pilihanku, kalau tidak aku akan menyesal. Putra adalah masa lalu, sedangkan Firman adalah masa depan. Ya Allah berilah hamba jalan keluar tuk memilih dan menjawab iya atau tidak!" batin perempuan itu. Malam itu tak seperti biasanya. Almira gelisah sekali, bukan karena suhu udara yang memang panas sekali, namun ia,gelisah memikirkan waktu kepulangan Firman yang tinggal lima hari lagi. Itu artinya siap atau tidak, ia harus segera memberi jawaban kepada Firman atas permintaan lelaki itu untuk menjadi istrinya. Secara sadar dan tidak ia sepertinya melihat Putra suaminya itu. Laki - laki itu berdiri di tepi tempat tidurnya mengenakan baju berwarna putih sambil tersenyum kepadanya dan menganggukkan kepalanya. Entah apa maksudnya. "Putra...!" Almira menyebut nama suaminya itu. "Kaukah itu sayang? Aku kangen sekali padamu sayang?"

  • Cinta Sang Primadona   BAB : 11 Menanti Kabar Bahagia

    "Aku berangkat dulu Almira, jaga diri kamu baik - baik. Jaga Bilal, dia sudah banyak kemajuan dan kepintaran. Aku pergi hanya dua bulan saja. Aku mohon setelah itu akan mendapat kabar yang baik darimu!"ucap lelaki itu pagi harinya pada Almira. Ia sengaja menemui perempuan itu di warung sambil sekalian pamit untuk berangkat menjalankan tugas di Halmahera. "Insya Allah akan aku pikirkan lagi mas, semoga kabar dariku nanti merupakan kabar baik untuk kita semua. Mas Firman hati - hati juga disana ya mas?" ucap perempuan itu sambil menahan isaknya yang hampir terlepas. Entah mengapa ia merasa sedih sekali melepas kepergian lelaki itu. Mungkinkah lelaki itu telah mendapat tempat tersendiri di hatinya. Sedangkan Bilal yang baru selesai disuapin makan itu hanya tersenyum sambil tangannya hendak meraih jemari tangan Firman. Dengan lembut lelaki itu meraih Bilal dari pelukan mamanya. Dan se

DMCA.com Protection Status