Share

Kencan Pertama

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 22:42:46
"Sedari tadi kau memerhatikan lautan, apakah semenarik itu?" tanya Adriel yang duduk disamping Rigel.

Rigel menatap lurus ke depan. Ia duduk dihamparan pasir halus yang lembut. Senja ini udara terasa sejuk dan angin bertiup sepoi-sepoi. Rigel tak hanya memandangi laut tapi juga semesta yang hendak berganti ke malam.

"Menurutmu, apakah salah jika kita pernah membenci seseorang?" tanya Rigel sambil menoleh menatap Adriel yang sedari tadi sedang memandanginya itu.

Adriel tak langsung menjawab tapi ia memandangi langsung kedua mata merah cerah Rigel, berkilau bagaikan batu kecubung merah. Adriel saat itu memakai kemeja putih polos dan sebagian lengannya digulung sampai ke siku, tubuhnya dua kali lipat lebih besar dari Rigel yang kecil disampingnya itu. Adriel mengikat sebagian rambut pirang emasnya. Ia tersenyum lebar pada Rigel. "Kedua matamu yang cantik itu tampak terisi banyak bekas luka, siapa pun yang sudah membuat luka seperti itu pastilah orang yang jahat," jawab Adriel.

"Itu be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Bisikan Malam

    "Satu bulan sudah berlalu sejak interogasi pertama," ucap Harlan yang duduk didepan Rigel. Harlan terus memandangi Rigel yang sudah sebulan lamanya tak ia temui. Keberadaan Gadis itu nyaris sulit ditemukan, dia baru memiliki kesempatan bertemu dengan Rigel untuk melanjutkan penyelidikan kasus ledakan gedung pusat Tyre. "Kau banyak berbasa-basi," celetuk Rigel sambil mendelik malas.Harlan menghela napas. "Dengar, sebentar lagi dia akan datang bersama Pak Hamza ... aku mohon kepadamu untuk menuruti prosedur dan menjawab dengan patuh," beritahu Harlan yang sebenarnya masih perduli pada Rigel. Pria itu sama sekali belum dapat berpaling dari mantan kekasihnya itu. "Jangan beritahu soal sikap dari Ibu Direktur, aku sangat tahu sikapnya kepadaku yang sejak dulu menyebalkan saat masih di unit Rumah Sakit ... Harlan, jangan menceramahiku, lagi pula siapa juga yang membuatku sampai mengundurkan diri jika bukan Wanita itu?" Rigel langsung menyahut tanpa perduli pada tanggapan Harlan karena Pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penerus Takhta

    Derap suara langkah terdengar jernih. Sepasang kaki kokoh mengenakan sepatu boots hitam mengkilap. Pria bermata biru tengah berjalan lurus pada koridor berlantai keramik kaca. Seluruh prajurit membungkuk hormat padanya saat ia tiba didepan sebuah pintu berukir bunga teratai. "Yang Mulia, apa yang akan Anda katakan pada Raja Averian?" tanya Kaelar yang berdiri disamping dirinya itu. Adriel menghela napas. Kerah baju formal khas kerajaan mendadak membuat sesak dirinya. "Lebih baik terus terang saja," jawab Adriel singkat. Kaelar membungkuk hormat sambil membukakan pintu berukiran bunga teratai itu untuk Adriel. "Semoga berhasil Yang Mulia," ucap Kaelar. Pria itu akan menunggui tuannya diluar ruang singasana Raja Averian. Kaelar sendiri tidak tahu tanggapan tuannya yang masih sangat berusaha mendapatkan Rigel. Dia tahu jika Rigel sendiri belum ingin membina hubungan tapi tidak juga menolak kehadiran Adriel padanya.Adriel melangkah memasuki sebuah ruangan megah yang dikelilingi oleh j

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Kabar Kehamilan

    "Dia baik-baik saja, masalah nausea dan dehidrasi ringan seperti ini biasa terjadi pada masa-masa awal kehamilan," jawab Alex."Oh pantas saja, Apa?!" Corrie membelalakkan kedua matanya tapi tak lama ia langsung menoleh pada Harlan dengan tatapan nanarnya. "Bisa-bisanya kau melakukan itu lagi!" bentak Corrie penuh amarah.Harlan sendiri melotot tak percaya. "Kenapa aku? aku sendiri kesulitan mencari keberadaannya selama satu bulan lamanya," sahut Harlan. "Tenanglah kalian berdua, kita bisa tanyakan semua ini saat Rigel bangun nanti," ucap Alex menengahi. Alex menghela napas, tidak hanya Corrie yang terkejut dan menduga Harlan adalah ayah dari bayi itu tapi Alex pun sama menduganya. Alex memerhatikan gerakan Harlan yang beranjak berdiri hendak pergi. Dia tak mencegah Harlan tapi setelah itu langsung beralih menatap Corrie dengan tatapan serius. "Dua bulan lalu, kami pernah bertemu Rigel karena saat itu Rigel mengalami insiden kejadian tidak diinginkan karena salah seorang penduduk te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Nyaris Petaka

    "Tolong!" teriak Rigel seraya berlari di koridor Rumah Sakit yang hening ini. Sejenak Rigel merasa heran karena tiada satu petugas pun yang tampak berlalu-lalang. Rigel sempat berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang kemudian mendapati Pria itu masih mengejarnya. Rigel kembali berlari menuruni anak tangga darurat karena ia hendak menutup pintu darurat yang memiliki tuas yang kuat. Tujuannya untuk menghambat pergerakan Pria itu. "Aku harus melakukan sesuatu," ucap Rigel setelah menutup pintu dan memutar tuas. Rigel segera berlari menuruni anak tangga hingga menuju lantai dasar. "Tolong, seseorang mengancam keselamatanku," ucap Rigel sembari menghampiri Pos Keamanan yang terletak di luar Rumah Sakit. Rigel menyentuh bahu dari Tentara yang memang menjaga fasilitas Rumah Sakit milik Tyre ini tapi Rigel langsung terkejut saat melihat Pria itu langsung ambruk kemudian tergeletak bersimbah darah. "Oh, ya Tuhan!" jerit Rigel takut sendiri. Rigel merasakan benang string nyaris mengenainya t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Murka Sang Bintang

    "Rig, kau tidak apa-apa?" tanya Adriel cemas. Rigel mengangguk pelan. Ia berusaha beranjak duduk kemudian langsung memeluk Adriel. "Maaf, sedikit lagi aku hampir akan melukai anakmu," ucap Rigel. Adriel melotot tak percaya. Ia pun langsung melepaskan mantel jaket hitamnya kemudian memasangkannya pada Rigel. "Kau harus menjelaskannya nanti setelah keadaanmu lebih baik," ucap Adriel beranjak berdiri seraya menggendong tubuh Rigel. . . . Tak terhitung sudah berapa kali Adriel mundar mandir di depan ruang perawatan Rigel. ia menunggu dokter memeriksa kondisinya. Sementara Kaelar yang ikut datang pun hanya bisa memerhatikan Adriel yang tampak cemas itu. Adriel menghela napas cukup panjang. "Sungguh Yang Mulia, Anda harus lebih tenang," tegur Kaelar. Adriel menghentikan langkahnya. "Jelas saja, dia mengandung anakku, Ya Tuhan!" jerit Adriel setelah itu mengusak rambutnya dengan kasar. "Kepalaku terasa sakit," ucap Adriel setelah itu mengeluh. Ia memikirkan nasib Rigel yang saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Sebuah Keajaiban

    Adriel duduk di sebuah bangku tepat disampingnya Rigel. Gadis bermata ruby itu masih pulas tidur diatas ranjang Rumah Sakit. Selain wajah Rigel yang pucat, perban di kedua tangannya juga memenuhi kulit cantiknya. Adriel murka karena kedua mata birunya menyalang tajam usai memandangi Rigel yang tak berdaya ini. "Harus kubunuh," ucap Adriel geram sendiri. Adriel itu seorang Pangeran dari sebuah Planet yang istimewa, dia juga terlahir dengan keajaiban karena ia punya kekuatan yang tidak biasa. Kedua tangan Adriel yang terkepal itu mulai membeku. Dia menguarkan energi yang dingin disekitarnya akibat emosionalnya yang tak mampu dikelola sendiri. Kaca-kaca jendela mulai membentuk rembetan bekuan air. Hawa udara mulai jadi dingin. Adriel menyadari dirinya lepas kendali usai kedua kelopak mata Rigel perlahan-lahan terbuka. "Dingin," gumam Rigel sambil meringkuk."Ah, astaga," ucap Adriel tersentak terkejut. Ia mulai menyelimuti Rigel dengan selimut. Dia bahkan beranjak berdiri untuk menutup

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta dan Obsesi

    Rigel sendiri termangun tak percaya. "Apa katamu?" tanya Rigel yang sulit percaya. Rigel menggeleng kemudian beranjak berdiri dari ranjang kasurnya. "Berhentilah bercanda," ucap Rigel. "Itu benar apa adanya," jawab Adriel tegas. Kini Pria itu melangkah maju sambil meraih kedua pundak Rigel. "Karena aku sudah terus terang padamu, jadi kau harus menikah denganku dan ikut denganku ke kampung halamanku," ucap Adriel. Kepala Rigel terasa berdenyut pusing. "Sudah sejak awal aku katakan aku tidak mau menjalin hubungan ...," ucap Rigel terjeda karena Adriel langsung memotong ucapannya. "Ini berbeda!" bentak Adriel tanpa sadar. Adriel langsung tertohok usai melihat Rigel yang terkejut seraya membulatkan kedua matanya. "Maafkan aku Rigel, jika saja kau mengerti ... semua hal ini telah berbeda karena kau mengandung anakku, penerusku, pewarisku," ucap Adriel memohon. Sulit percaya dengan sikap Adriel yang berubah pesat ini. Rigel hanya bisa mematung seribu bahasa. Rigel bisa melihat kedua ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta dan Dusta

    "Aku ditipu oleh Pria lagi," kekeh Rigel tertawa nanar. "Selalu saja begitu, tidak Harlan, bahkan kini Adriel ya?" Rigel kini menatap Kaelar yang masih terdiam menatapnya. "Yah, sepertinya kau memang bawahannya, sejak awal ... kalian memang aneh," celetuk Rigel seraya beranjak bangkit. Rigel yang sebenarnya hendak beranjak ke kamar mandi tapi sempat dihadang oleh Kaelar. Rigel membelalakkan kedua matanya. "Baiklah, apa maumu?" ketus Rigel."Kita harus segera bersiap agar bisa pergi bukan?" tanya Kaelar memastikan.Rigel memutar kedua bola matanya dengan malas. "Sabar juga ada batasannya, kau dan Adriel apa tidak tahu perkara privacy? sudahlah menerobos masuk, menganggu istirahat dan bosmu memaksaku menikah dengannya," ucap Rigel bernada dingin."Ah, maaf, kalau begitu saya keluar." Kaelar berucap sambil beranjak keluar dari ruang perawatan Rigel. Rigel pun segera beranjak ke kamar mandi. Usai melepas seluruh pakaiannya kemudian masuk ke dalam bathtub berisi air hangat. Rigel hanya i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16

Bab terbaru

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Seikat Bunga Mawar Putih

    "Apa kau mencintaiku atau hanya butuh anak ini?" tanya Rigel. Adriel langsung menatap Rigel dengan dingin. "Aku tentu saja mencintaimu," jawab Adriel sambil beranjak berdiri. "Nanti malam kedua orang tuaku hendak bertemu denganmu," ucap Adriel sambil meninggalkan ruangan kamar dari Rigel. Ia tak memerdulika Rigel yang terkejut dan terdiam usai mendengar ucapan Adriel. Rigel terdiam, yang ia dengar hanyalah langkah kaki Adriel yang telah keluar dari kamarnya. Rigel pun tidak memerdulikan Adriel lagi namun setelah itu ia menghela napas. "Aku benar-benar terkurung disini tanpa perduli alasanku setuju atau tidak," ucap Rigel tiba-tiba saja murung.Rigel yang lelah menanggapi ajakan makan malam dari Adriel pun memilih terlelap dengan pulas. Sejak siang sampai menjelang malam ia habiskan dengan tertidur lelap. Rigel terbangun dari tidur pun karena suara seorang pelayan yang membangunkannya."Nona, Nona bangunlah," ucap Pelayan itu pelan dan berhati-hati. Rigel segera terbangun sambil mem

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Pertikaian

    "Kenapa dokter itu aneh?" tanya Rigel pada Kaelar yang berdiri disudut ruangan itu.Rigel memerhatikan Tabib yang hanya meletakkan tangan ke perutnya. Sekilas memang ada berkas cahaya dari tangan Tabib itu. "Apa kalian tidak punya dokter?" celetuk Rigel yang sambil berbaring di atas kasur itu. Sementara Si Tabib mulai mendelik heran padanya."Kelelahan, dan beban pikiran yang tinggi," ucap Sang Tabib. Kaelar lantas mendekati Rigel. "Jadi kondisinya dan bayinya?" tanya Kaelar perlahan, nyaris seperti bisikan."Anaknya baik-baik saja," jawab Tabib sembari beranjak berdiri. "Berikan dia istirahat yang cukup, dan minum ramuan yang akan aku racik," ucap Tabib seraya beranjak pergi meninggalkan kamar ini.Rigel langsung membalikkan tubuhnya. "Aku lebih percaya dokter dari pada dukun," ketus Rigel. Ketika Kaelar mau angkat bicara, Pria itu langsung berdiri tegap ketika Adriel memasuki kamar. Adriel langsung menatap Rigel yang berbaring memunggunginya. Peluh pada dahi Pria bermata biru itu

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tuhan, Apa yang Sudah Terjadi?

    "Dimana aku?" tanya Rigel seorang diri. Ia langsung menyibak selimut lembut itu kemudian beranjak berlari menuju pintu. Rigel mengedor-gedor pintu sekuat tenaga tapi semuanya sia-sia karena sudah terkunci.Rigel memengangi kepalanya sendiri. "Benar, sebelum itu aku berada di Rumah Sakit," ucap Rigel sambil memandangi dekorasi dan perabotan mewah namun terkesan tua itu. Ia seperti merasa ada di kamar seorang Permaisuri Kerajaan. Kain-kain yang terhias di kamar ini berwarna emas, putih dan merah. "Adriel itu, jangan-jangan dia yang membawaku kemari!" jerit Rigel menyadari sesuatu. "Benar sekali, Permaisuriku," celetuk Adriel yang memasuki kamar sambil diikuti dua orang prajurit berzirah besi. "Kau benar-benar gila!" teriak Rigel sambil melempari Adriel dengan bantal dan guling. Rigel jadi kesal usai Adriel mengakui jika semua ini ulanya, dia jadi pergi ke tempat antah berantah yang bahkan belum pernah ia kunjungi."Rig, dengar ... semua ini demi dirimu," ucap Adriel.Rigel beranjak b

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Sangkar Megah

    "Kau sungguh keterlaluan, memaksaku kemudian menerobos masuk seperti itu," omel Rigel. Rigel menghela napas cukup panjang karena dirasa jika berbincang saat ini dengan Adriel akan jadi sia-sia. "Kepalaku terasa mau pecah," gumam Rigel sambil menduduki dirinya di sebuah sofa. Adriel masih berdiri sembari memandangi Rigel yang kini sedang memijit pelipisnya sendiri. Adriel sendiri sebenarnya tidak tega jika harus memaksa Rigel tapi marabahaya yang menimpa Wanita itu sudah terjadi dua kali. "Maafkan aku Rig," ucap Adriel sembari mendekatinya."Apa? apa yang sedang kau coba lakukan?" tanya Rigel mendadak takut sekaligus merinding karena Adriel yang memakai kemeja polos putih itu membuka dua kancing teratasnya. Rigel sebenarnya mau melarikan diri tapi terlanjur terpojok karena kedua tangan kekar Pria itu mengukungnya seraya memengangi sofa.Adriel mendekati telinga kiri Rigel sampai kedua mata merah Rigel bisa melihat anting di telinga kanan Adriel yang berdenting lembut itu. Ketika Rige

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta dan Dusta

    "Aku ditipu oleh Pria lagi," kekeh Rigel tertawa nanar. "Selalu saja begitu, tidak Harlan, bahkan kini Adriel ya?" Rigel kini menatap Kaelar yang masih terdiam menatapnya. "Yah, sepertinya kau memang bawahannya, sejak awal ... kalian memang aneh," celetuk Rigel seraya beranjak bangkit. Rigel yang sebenarnya hendak beranjak ke kamar mandi tapi sempat dihadang oleh Kaelar. Rigel membelalakkan kedua matanya. "Baiklah, apa maumu?" ketus Rigel."Kita harus segera bersiap agar bisa pergi bukan?" tanya Kaelar memastikan.Rigel memutar kedua bola matanya dengan malas. "Sabar juga ada batasannya, kau dan Adriel apa tidak tahu perkara privacy? sudahlah menerobos masuk, menganggu istirahat dan bosmu memaksaku menikah dengannya," ucap Rigel bernada dingin."Ah, maaf, kalau begitu saya keluar." Kaelar berucap sambil beranjak keluar dari ruang perawatan Rigel. Rigel pun segera beranjak ke kamar mandi. Usai melepas seluruh pakaiannya kemudian masuk ke dalam bathtub berisi air hangat. Rigel hanya i

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta dan Obsesi

    Rigel sendiri termangun tak percaya. "Apa katamu?" tanya Rigel yang sulit percaya. Rigel menggeleng kemudian beranjak berdiri dari ranjang kasurnya. "Berhentilah bercanda," ucap Rigel. "Itu benar apa adanya," jawab Adriel tegas. Kini Pria itu melangkah maju sambil meraih kedua pundak Rigel. "Karena aku sudah terus terang padamu, jadi kau harus menikah denganku dan ikut denganku ke kampung halamanku," ucap Adriel. Kepala Rigel terasa berdenyut pusing. "Sudah sejak awal aku katakan aku tidak mau menjalin hubungan ...," ucap Rigel terjeda karena Adriel langsung memotong ucapannya. "Ini berbeda!" bentak Adriel tanpa sadar. Adriel langsung tertohok usai melihat Rigel yang terkejut seraya membulatkan kedua matanya. "Maafkan aku Rigel, jika saja kau mengerti ... semua hal ini telah berbeda karena kau mengandung anakku, penerusku, pewarisku," ucap Adriel memohon. Sulit percaya dengan sikap Adriel yang berubah pesat ini. Rigel hanya bisa mematung seribu bahasa. Rigel bisa melihat kedua ta

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Sebuah Keajaiban

    Adriel duduk di sebuah bangku tepat disampingnya Rigel. Gadis bermata ruby itu masih pulas tidur diatas ranjang Rumah Sakit. Selain wajah Rigel yang pucat, perban di kedua tangannya juga memenuhi kulit cantiknya. Adriel murka karena kedua mata birunya menyalang tajam usai memandangi Rigel yang tak berdaya ini. "Harus kubunuh," ucap Adriel geram sendiri. Adriel itu seorang Pangeran dari sebuah Planet yang istimewa, dia juga terlahir dengan keajaiban karena ia punya kekuatan yang tidak biasa. Kedua tangan Adriel yang terkepal itu mulai membeku. Dia menguarkan energi yang dingin disekitarnya akibat emosionalnya yang tak mampu dikelola sendiri. Kaca-kaca jendela mulai membentuk rembetan bekuan air. Hawa udara mulai jadi dingin. Adriel menyadari dirinya lepas kendali usai kedua kelopak mata Rigel perlahan-lahan terbuka. "Dingin," gumam Rigel sambil meringkuk."Ah, astaga," ucap Adriel tersentak terkejut. Ia mulai menyelimuti Rigel dengan selimut. Dia bahkan beranjak berdiri untuk menutup

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Murka Sang Bintang

    "Rig, kau tidak apa-apa?" tanya Adriel cemas. Rigel mengangguk pelan. Ia berusaha beranjak duduk kemudian langsung memeluk Adriel. "Maaf, sedikit lagi aku hampir akan melukai anakmu," ucap Rigel. Adriel melotot tak percaya. Ia pun langsung melepaskan mantel jaket hitamnya kemudian memasangkannya pada Rigel. "Kau harus menjelaskannya nanti setelah keadaanmu lebih baik," ucap Adriel beranjak berdiri seraya menggendong tubuh Rigel. . . . Tak terhitung sudah berapa kali Adriel mundar mandir di depan ruang perawatan Rigel. ia menunggu dokter memeriksa kondisinya. Sementara Kaelar yang ikut datang pun hanya bisa memerhatikan Adriel yang tampak cemas itu. Adriel menghela napas cukup panjang. "Sungguh Yang Mulia, Anda harus lebih tenang," tegur Kaelar. Adriel menghentikan langkahnya. "Jelas saja, dia mengandung anakku, Ya Tuhan!" jerit Adriel setelah itu mengusak rambutnya dengan kasar. "Kepalaku terasa sakit," ucap Adriel setelah itu mengeluh. Ia memikirkan nasib Rigel yang saat

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Nyaris Petaka

    "Tolong!" teriak Rigel seraya berlari di koridor Rumah Sakit yang hening ini. Sejenak Rigel merasa heran karena tiada satu petugas pun yang tampak berlalu-lalang. Rigel sempat berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang kemudian mendapati Pria itu masih mengejarnya. Rigel kembali berlari menuruni anak tangga darurat karena ia hendak menutup pintu darurat yang memiliki tuas yang kuat. Tujuannya untuk menghambat pergerakan Pria itu. "Aku harus melakukan sesuatu," ucap Rigel setelah menutup pintu dan memutar tuas. Rigel segera berlari menuruni anak tangga hingga menuju lantai dasar. "Tolong, seseorang mengancam keselamatanku," ucap Rigel sembari menghampiri Pos Keamanan yang terletak di luar Rumah Sakit. Rigel menyentuh bahu dari Tentara yang memang menjaga fasilitas Rumah Sakit milik Tyre ini tapi Rigel langsung terkejut saat melihat Pria itu langsung ambruk kemudian tergeletak bersimbah darah. "Oh, ya Tuhan!" jerit Rigel takut sendiri. Rigel merasakan benang string nyaris mengenainya t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status