“Kita keluar makan malam.” Bayu tersenyum dan melepaskan tangannya dari wajah Alien. Dia berjalan masuk ke dalam kamar meninggalkan Alien yang ‘patah’. Bayangan indahnya Itali dan percintaan yang romantis terbayang di benak Alien. Sekali lagi Bayu menghempaskan keinginannya tanpa ampun. Kadang, Ali
“Marcella….” Bayu mendesis perlahan. Alien yang sedang menikmati pertunjukan sama sekali tidak menyadari ketegangan di wajah Bayu. Hati Bayu dipenuhi pelangi warna warni. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa melihat lagi wajah Marcella dari dekat. Lebih dari dua tahun Bayu menahan diri untuk tida
Jantung Bayu tidak berada di tempatnya. Tubuhnya membeku, hatinya ngilu dan matanya yang biasa tegas kali ini terlihat sayu. Ingin rasanya Bayu meraih Marcella untuk masuk ke pelukannya. Melumat bibirnya dan mencecap setiap rasa cinta yang pernah mereka rasakan. Bayu tidak mengerti apa yang Marcell
Marcella mendongak dan menatap Bayu di balik bulu mata lentiknya. Bagaimana pun Marcella berusaha menyembunyikan perasaannya pada Bayu, itu sama sekali tidak menghalangi pancaran sedih dan terkejut di matanya. “Mattew? Kenapa dengan Mattew?” tanya Marcella. Bayu mengerutkan kening. Dia tidak suka
“Gadis itu?” Sarah memiringkan kepalanya dan menunggu Marcella menjelaskan dengan ekspresi tidak sabar. Tatapan Marcella menerawang jauh. Dia sepertinya sedang mencoba untuk mengingat sesuatu. Memorinya berputar cepat pada waktu di mana dia melihat Bayu memanjakan seorang gadis di restaurant. “Buk
“Maaf… aku kurang hati-hati. Apakah kau terluka?” Marcella segera menolong gadis yang jatuh terduduk. Gadis itu menyeringai kesakitan. Dia mengusap bokongnya yang terbentur lantai. Dengan sedikit bantuan dari Marcella, dia berdiri dan tersenyum ketika menyadari bahwa Marcella terlihat cemas dengan
Satu jam kemudian mereka memasuki halaman luas sebuah mansion. Bangunan itu terlihat seperti istana yang berdiri di tengah taman yang sejuk dan asri. “Kau tinggal di mansion ini?” Marcella memandang keluar jendela. Marcella adalah wanita yang berasal dari kalangan atas. Dengan rangkaian bisnisny
“Dengar, Ary. Kau tidak boleh keluar rumah tanpa pelayan. Setidaknya kau harus pergi bersama sopir. Jangan membuatku mati karena khawatir. Cukup satu kesalahan yang harus kita telan seumur hidup.” Lalu Bayu pun berbalik meninggalkan meja makan. Langkahnya cepat dan panjang mengisyaratkan kemarahan d