“Jika yang tenggelam bukan kapalmu, haruskah kau peduli?” tanya Bayu. Manu tersenyum penuh misteri. Mobil mereka mulai memasuki jalan bebas hambatan, Manu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Satu hal yang membuat Bayu dan Manu sama-sama bahagia adalah adrenalin yang terus berpacu dengan mesin
Daniel mengangkat bahu, perlahan dia melangkah ke sofa yang ada di sisi tepi ruangan Marcella. Sambil melihat ke arah Antony, Ronald menyilangkan kaki. Senyumnya jelas memperlihatkan kemenangan. “Sebuah perusahaan besar milik Gunawan Tjandra. Aku tidak tahu siapa CEO dari perusahaan itu sekarang. K
“Yah, sesekali memiliki waktu untuk diri sendiri bukankah itu baik juga?” Sekilas ingatan tentang keju dan coklat kesukaan Marcella melintas dalam benaknya. Tak ayal itu membuat Marcella tersenyum. Daniel bahagia melihat Marcella merasa lebih baik setelah hal buruk yang terjadi. Dia tau, selama beb
“Kita keluar makan malam.” Bayu tersenyum dan melepaskan tangannya dari wajah Alien. Dia berjalan masuk ke dalam kamar meninggalkan Alien yang ‘patah’. Bayangan indahnya Itali dan percintaan yang romantis terbayang di benak Alien. Sekali lagi Bayu menghempaskan keinginannya tanpa ampun. Kadang, Ali
“Marcella….” Bayu mendesis perlahan. Alien yang sedang menikmati pertunjukan sama sekali tidak menyadari ketegangan di wajah Bayu. Hati Bayu dipenuhi pelangi warna warni. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa melihat lagi wajah Marcella dari dekat. Lebih dari dua tahun Bayu menahan diri untuk tida
Jantung Bayu tidak berada di tempatnya. Tubuhnya membeku, hatinya ngilu dan matanya yang biasa tegas kali ini terlihat sayu. Ingin rasanya Bayu meraih Marcella untuk masuk ke pelukannya. Melumat bibirnya dan mencecap setiap rasa cinta yang pernah mereka rasakan. Bayu tidak mengerti apa yang Marcell
Marcella mendongak dan menatap Bayu di balik bulu mata lentiknya. Bagaimana pun Marcella berusaha menyembunyikan perasaannya pada Bayu, itu sama sekali tidak menghalangi pancaran sedih dan terkejut di matanya. “Mattew? Kenapa dengan Mattew?” tanya Marcella. Bayu mengerutkan kening. Dia tidak suka
“Gadis itu?” Sarah memiringkan kepalanya dan menunggu Marcella menjelaskan dengan ekspresi tidak sabar. Tatapan Marcella menerawang jauh. Dia sepertinya sedang mencoba untuk mengingat sesuatu. Memorinya berputar cepat pada waktu di mana dia melihat Bayu memanjakan seorang gadis di restaurant. “Buk
“Dan dia jatuh cinta padamu.” Bayu menyimpulkan. Marcella tersenyum sedih. “Katakanlah begitu. Tapi, Avan bukanlah alasan aku memutuskan untuk tidak kembali padamu. Itu adalah dia hal yang berbeda.” “Apakah dia lebih baik dariku?” tanya Bayu. Marcella mengerling. “Kenapa aku harus membandingkan k
Bayu meraih tangan Marcella. Hatinya bergetar. Semula dia memang berniat untuk tetap memberikan investasi itu pada Naomi Company. Jika itu berarti kemenangan Marcella dan membalaskan sakit hatinya pada Bayu, maka dia akan dengan senang hati memberikan kemenangan itu pada Marcella. Namun ternyata, j
Pria yang sejak tadi memilih diam itu pun melihat ke arah Nirina. “Apa kau sedang mengancamku?” tanya Bayu. “Tentu saja tidak, Bayu. Ini bukan ancaman, ini adalah hal yang akan tampil menjadi kenyataan. Video pelecehan yang pernah kau lakukan pada Marcella, ada di tangaku.” Nirina menoleh ke salah
Kamera wartawan berkilatan di depan mereka. Itu sama sekali tidak mengganggu bagi Nirina. Dia tersenyum bangga dan bahagia dengan para pewarta yang ada bersama mereka. Marcella duduk tenang dan anggun di sebelahnya sementara Bayu duduk di sisi yang lain. Itu adalah ruang pertemuan di dalah satu hot
Marcella duduk diam sambil memutar-mutar gelas berisi air yang ada di depannya. Kata-kata Nindia mengandung banyak kekhawatiran. Dalam hati Marcella selalu bersyukur karena ibu yang dia miliki adalah Nindia. Wanita yang tegar dan tidak terpengaruh oleh keadaan. Kebijakannya dalam menentukan banyak h
Sesaat semua orang memejamkan mata. Beberapa dari mereka adalah orang yang belum pernah melihat kekejaman Bayu yang hanya terdengar dari telinga. Ketika akhirnya mereka melihat dengan mata kepala sendiri dengan siapa mereka sedang bekerja, tak urung mereka pun berubah menjadi jeli. “Berterima kasih
Bayu berdiri cepat. Dia membuka salah satu laci yang ada di belakangnya. Sepucuk senjata dengan segera berada di tangannya. Bayu dengan cekatan memasang beberapa peluru dan melepaskan pengaman pelatuknya. Manu berdiri. “Tidak, Bayu. Bukankah kiat sudah sepakat untuk tidak menggunakan cara ini lagi
Tidak ada satu jawaban pun yang diterima Bayu. Sepanjang malam, ratusan kali dia menyentuh ponselnya hanya untuk melihat bahwa Marcella tidak sama sekali menanggapi pesan yang dia kirimkan. Pertanyaan bergelayutan di benak Bayu. Apakah istrinya belum membaca pesannya? Atau Marcella memang sudah tida
“Tidak mungkin Marcella melakukan itu, Kak. Dia bukan wanita yang bisa membalas dendam dengan cara yang kejam.” Aryani menyangkal. “Bukankah itu menurutmu. Kenyataannya tidak seperti itu. Orang paling baik sekali pun bisa melakukan hal kejam ketika mereka melewati batas rasa sakitnya.” Bayu memijat