Hayoo... siapa yang cekikikan baca chapter ini? Gemes2 gimana gitu.
“Semua ini berjalan tidak seperti yang aku inginkan.” Marcella duduk di ranjang kamarnya dengan perasaan putus asa. Tentang sebuah kesepakatan di mana Marcella berpikir dialah yang menjadi pembeli, Bayu sama sekali tidak bersikap seperti barang yang sudah Marcella dapatkan. Lalu tentang kecepatan
“Kau ini cerewet sekali. Aku sudah menyelesaikan semua dan kau hanya perlu berangkat.” Marcella menutup kata-katanya sambil mengambil selembar tissu di atas meja dan mengelap bibirnya. Itu gerakan yang biasa, tapi efeknya membuat jantung Bayu bersorak. Semua segera kembali normal manakala dia mengi
“Aku sedang ada pasien. Bisakah kau menunggu di luar?” tanya dokter Diana. Sebagai jawaban, Bayu justru melayangkan pandangan pada pasien dokter Diana. Tatapannya penuh ancaman untuk mengusir pasien itu keluar. Melihat tidak ada sela untuk menenangkan Bayu, dokter Diana meminta pasien yang bersaman
“Kenapa kau melihatku seperti hantu?” tanya Marcella tanpa meihat ke arah Bayu yang baru datang di depannya. Pria itu mematung melihat Marcella. Kata-kata Andreas berlomba di dalam kepalanya. Dia mulai menelusuri apa yang membuatnya berpikir bahwa Marcella adalah wanita yang begitu buruk. Menggunak
Pertanyaan yang membuat Bayu nyaris kehilangan nafas. Apa yang harus dia katakan pada Hadiwijaya? Bahwa dia adalah pengangguran yang baru dipecat saat menikah dengan putrinya? “Bayu pemilik perusahaan software. Ya, masih perusahaan baru jadi mungkin belum banyak yang tahu. Dia akan berhasil dengan
“Jangan berpikir mesum. Aku sengaja menyewa kamar yang luas agar kau bisa tidur di salah satu sudut kamar ini. Tidak mungkin untuk terpisah kamar, karena orang tuaku pasti akan bertanya-tanya.” Marcella menggerutu. Jawaban Marcella memperlihatkan perasaan dan kekhawatirannya. Alih-alih terlihat mem
“Kenapa kau bertanya tentang itu?” Marcella balik bertanya dengan ketus. “Itu bukan urusanmu!” Air mata Marcella kembali jatuh. Bayu kehilangan semua kesabaran yang dia miliki. Air mata Marcella menghidupkan bara api di dalam diri Bayu. Dia merengkuh wajah Marcella. Mata mereka bertemu dan tidak be
“Kau yang mengatakan itu.” Bayu menjawab ringan. Marcella mencoba mengingat. Memang benar, sejak awal dia yang mengatakan bahwa ini adalah perjalanan pertama Bayu keluar negeri. Bayu tidak pernah mengatakan hal itu. Pemikiran bahwa Bayu adalah pria miskin telah membingkai Marcella untuk mengambil k