Saat Andini berada di taman ponsel Andini berbunyi .
Tut tut tut Andini mengangkat teleponnya.
"Andini Ibumu pingsan, kamu dimana?" Suara telpon tetangga Andini, ia sangat khawatir melihat ibu Andini sangat pucat dan belum sadar.
"Di Rumah Sakit kak, ada apa dengan ibu kak" Andini menangis ia tak sanggup menahan tangisannya, ia berjalan masuk kedalam Ruangan Arjuna ia mengambil tasnya, Arjuna sangat terkejut melihat wanita yang berada di depannya menangis.
"Ada apa Andini?" Tanya Arjuna yang sangat mengkhawatirkan keadaan Andini. Ia memegang tangan Andini. Namun Andini terus berlari keluar ruangan. Arjuna meminta Basri untuk mengikutinya.
"Bas kejar Andini, ikuti dia aku sangat mengkhawatirkan keadaan Andini" perintah Arjuna. Arjuna sangat mengkhawatirkan keadaan Andini.
"Baik bos, aku akan mengejarnya" Basri mengejar Andini ia melihat Andini dan memanggilnya.
"Andini" panggil Basri Andini pun berhenti ia menengok melihat Basri memanggilnya, Basri pun menghampirinya.
"Ada apa kamu berlari sambil menangis" Andini tak bisa menjawab pertanyaan Basri ia hanya bisa menangis. Basri memberi pelukan kenyamanan untuk Andini, ia mencoba menenangkan Andini yang sedang menangis. " Sudah jangan menangis, katakan apa yang harus aku lakukan untukmu" Basri mencoba menenangkan Andini.
"Ibu pak, pingsan, aku takut ibu pergi" jawab Andini dengan suara tersedak sedak ia sangat sedih, Basri mengelap air mata Andini.
"Sudah jangan menangis, aku akan membantumu" jawab Basri sembari menenangkan hati Andini ia pun mengajak Andini pergi ke mobilnya,
"Ayo naik mobil, aku akan mengantarkanmu" Andini dan Basri berjalan menuju parkiran mobil Basri. Mereka berdua masuk kedalam mobil dan meninggalkan Rumah Sakit menuju Rumah Andini. Sesampainya di Rumah Andini sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumahnya, hatinya sangat hancur ketika melihat Bendera kuning di depan Rumah Andini.
"Ada apa ini kak, kenapa ada Bendera kuning di depan Rumahku" Andini menangis tersedu sedu. Ia sudah tak bisa menahan air matanya. Basri mencoba menenangkan Andini yang sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumahnya.
"Sudah Andini, jangan menangis kamu harus kuat menghadapi semua ini. Tegas Basri. Mencoba untuk menenangkan Andini, ia sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumah Andini, perasaan yang sangat kacau.
Saat Andini turun dari mobil ia sangat terkejut melihat banyak orang yang berdatangan ke Rumahnya. Ia pun pingsan. Basri yang berada di samping Andini segera membawa Andini masuk ke kamarnya. Basri pun keluar dan menanyakan siapa keluarga Andini.
"Maaf pak disini siapa kerabat Andini" tanya Basri. Kepada tetangga Andini
" Tidak ada pak. Mereka disini tidak memiliki kerabat" jawab tetangga Andini.
"Oh kalau begitu urus pemakamanya pak, ini uang untuk biaya pemakaman." Basri memberikan uang kepada warga yang akan membantu mengurus pemakaman.
Basri kembali masuk ke dalam kamar Andini. Ia menjaga Andini ia sangat tertarik melihat kecantikan Andini.
" Wajar kalau Bos mencintai Andini, wajahnya sangat cantik, sampai membuatku terpesona melihat kecantikan Andini." Gumam Basri yang melihat kecantikan Andini ia sangat terpesona.
Setelah tiga puluh menit Andini pingsan akhirnya ia sadar ia menangis dan Basri memeluknya.
"Sudah Andini kamu jangan sedih, kamu harus kuat menghadapi semua ini" Basri menasehati Andini, ia sangat kasihan melihat Andini yang hanya bisa menangis.
"Aku tidak punya siapa siapa lagi selain ibuku" Andini mengungkapkan kesedihan yang ia alami.
"Kamu masih punya aku, yang akan memperdulikan dirimu" jawab Basri. Orang orang yang melihat kedatangan Basri mengira kalau Basri pacarnya Andini.
"Oh itu pacarnya mba Andini" gumam salah satu tetangganya.
" Mungkin saja, kasian Andini kalau harus hidup sendiri" jawab tetangganya,
Andini berdiri ia pergi melihat ibunya, saat ia ingin menangis Basri selalu menasehati Andini.
"Jangan menangis, kasihan ibumu" Andini mendengar nasehat Basri.
"Ia aku harus tetap tegar, Ibuku sudah tenang ia sudah tidak merasakan sakit lagi" Andini bicara dalam hati. Ia mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. Ia tak mau egois karena takdir sudah Allah tetapkan. Andini pergi kekamar mandi ia mengambil wudhu dan membaca surat Yasin untuk ibunya. Basri pun membantu Andini untuk menguatkan hatinya. Saat ia duduk Arjuna menelponnya ia menanyakan apa yah terjadi.
Tut tut tut suara telepon Basri, Basri pun keluar ruangan ia berjalan menuju halaman rumah Andini. Ia mengangkat telpon Arjuna.
"Ia bos ada apa?" Tanya Basri.
"Apa yang terjadi Bas, ada apa dengan Andini" tanya Arjuna.
"Ibunya meninggal bos" Jawab Basri,
"Apa meninggal, " Arjuna tak percaya mendengar ucapan Basri.
"Iya bos, saya tidak bohong" Jawab Basri.
"Oh ta sudah, kamu bantu dia oke" Arjuna memerintahkan kepada Basri untuk menjaga Andini, ia tak bisa datang di acara pemakaman ibu Andini.
"Bos besar nggak tau kalau aku mulai mencintai Andini" gumam Basri dalam hati. Ia sangat senang bosnya memerintahkan untuk menjaga Andini
Basri masuk kedalam Ruangan untuk menemani Andini. Andini sangat sedih melihat ibunya yang sudah meninggal dunia. Ia berfikir ini kesempatan untuk menjadi seorang yang dibutuhkan Andini. Basri mencoba untuk memberikan kenyamanan kepada Andini, karena rasa kagum melihat Andini ia berharap bisa menjadi kekasihnya. Ia lupa kalau Andini adalah wanita yang dicintai oleh bosnya, Basri duduk di samping Andini ia mengelap air mata yang menetes membasahi pipinya, ia berharap kalau Andini bisa menaruh hati dan ia bisa mendapatkan pasangan.
"Sudah Andini jangan menangis, nanti kalau kamu menangis kasihan ibumu Andini" Basri mencoba menenangkan Andini, ia terus mengelap air mata Andini.
Teman teman Andini di kantor pun tiba mereka turut berduka cita atas meninggalnya Ibu Andini. Mereka mencoba untuk memotivasi Andini agar Andini bisa kuat menghadapi semua cobaan ini.
"Sudah Andini, kamu jangan sedih kamu harus kuat menghadapi semua ini" kata salah seorang teman Andini. Teman teman Andini merasa heran melihat Basri atasanya berada di samping Andini.
"Itu Basri kan, atasan kita" tanya teman Andini ke teman yang satunya.
"Iya, oh berarti selama ini Andini dekat dengan Basri" mereka merasa heran melihat Basri datang dan duduk di samping Andini. Mereka berpikir kalau Andini menjadi kekasih Basri. Kesalah pahaman mereka bisa menjadi gosip panas besok di kantor, rumor ini pun akan cepat tersebar.
Basri mengelus rambut Andini dengan begitu lembut, Ia merasa sangat sedih melihat Andini yang harus hidup sebatang kara, ia mencoba untuk menenangkan hati Andini. Namun teman temanya Andini merasa heran melihat kedekatan mereka, mereka pun berniat akan menjadikan ini sebuah rumor.
Persiapan pemakaman sudah selesai Basri menemani Andini untuk pergi ke pemakaman, Andini yang sangat hancur melihat ibunya yang sudah meninggal. Membuat Basri mencoba untuk menenangkan Andini dan membuat ia nyaman .Andini sangat nyaman dengan perlakuan khusus Basri ia sangat merasa nyaman Basri bisa menemaninya, setiap Andini menangis Basri selalu mengelap air mata Andini ia tak ingin melihat Andini sedih. Ibu Andini pun dimasukkan ke dalam kuburan, Andini sangat sedih melihat ibunya di masukkan ke dalam lubang kubur. Setelah pemakaman selesai Basri mengajak Andini pulang ke rumah, Andini pun mandi membersihkan dirinya, Basri keluar mencari pakaian untuk ia pakai." Aku harus mencari pakaian untuk mengganti pakaianku yang sudah kotor" ia pun menuju toko pakaian dan membeli pakaian. Setelah membeli pakaian Basri pun mandi di kamar mandi Andini. Andini mem
Pagi hari yang cerah Andini mulai membuka matanya, mata Andini sedikit membengkak, Andini pergi ke meja rias ia memandangi wajah cantiknya, ia melihat kedua bola matanya membengkak, ia pun teringat ibunya, ia pun kembali menangis.Hiks hiks hiksAndini menangis tersedu-sedu. Basri pun terbangun mendengar suara tangisan Andini, ia berdiri menuju kamar Andini. Ia melihat Andini sedang menangis, Basri pun duduk di sebelah Andini, ia memeluk Andini berusaha memberi kenyamanan, Andini pun mengeluarkan isi hatinya ia terus menangis."Keluarkan semua yang membuatmu sedih, aku siap mendengarkan kesedihanmu" Basri mencoba untuk menenangkan Andini. Andini merasa lega, semua yang membuatnya sedih sudah dikeluarkan. Basri melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30wib, Basri pun berpamitan untuk pergi pulang.
Setibanya di rumah Andini, Arjuna membantu Andini untuk menyiapkan makanan. Arjuna pun mengganti pakaian yang ia kenakan. Arjuna memakai baju koko, ia pun tampak tampan saat mengenakan, namun Andini merasa biasa saja tidak ada getaran cinta."Sudah kamu ganti pakaian dulu, ini sudah sore." Arjuna memerintahkan kepada Andini untuk segera mengganti pakaian yang ia kenakan."Oke aku akan mengganti pakaian yang rapi." Andini pun pergi untuk mandi. Setelah mandi ia keluar dengan mengenakan baju handuk. Ia menggelung rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menuju kamarnya. Tak sengaja Arjuna menabrak Andini.Bruk, Arjuna segera meraih tubuh Andini supaya tidak terjatuh. Andini menatap wajah Arjuna. Arjuna pun menatap wajah Andini. Saat Arjuna hendak menciumnya, Andini segera mengangkat tubuhnya menjauh meninggalkan Arjuna.Cup, Andini menutupi bibir Arjuna dengan tangan. Arjuna merasa malu saat Andini menolak ciumannya."Kenapa?" Tanya Arjuna. Ia ingi
Setibanya di rumah Andini, Arjuna membantu Andini untuk menyiapkan makanan. Arjuna pun mengganti pakaian yang ia kenakan. Arjuna memakai baju koko, ia pun tampak tampan saat mengenakan, namun Andini merasa biasa saja tidak ada getaran cinta."Sudah kamu ganti pakaian dulu, ini sudah sore." Arjuna memerintahkan kepada Andini untuk segera mengganti pakaian yang ia kenakan."Oke aku akan mengganti pakaian yang rapi." Andini pun pergi untuk mandi. Setelah mandi ia keluar dengan mengenakan baju handuk. Ia menggelung rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menuju kamarnya. Tak sengaja Arjuna menabrak Andini.Bruk, Arjuna segera meraih tubuh Andini supaya tidak terjatuh. Andini menatap wajah Arjuna. Arjuna pun menatap wajah Andini. Saat Arjuna hendak menciumnya, Andini segera mengangkat tubuhnya menjauh meninggalkan Arjuna.Cup, Andini menutupi bibir Arjuna dengan tangan. Arjuna merasa malu saat Andini menolak ciumannya."Kenapa?" Tanya Arjuna. Ia ingi
Setibanya di rumah Andini, Arjuna membantu Andini untuk menyiapkan makanan. Arjuna pun mengganti pakaian yang ia kenakan. Arjuna memakai baju koko, ia pun tampak tampan saat mengenakan, namun Andini merasa biasa saja tidak ada getaran cinta."Sudah kamu ganti pakaian dulu, ini sudah sore." Arjuna memerintahkan kepada Andini untuk segera mengganti pakaian yang ia kenakan."Oke aku akan mengganti pakaian yang rapi." Andini pun pergi untuk mandi. Setelah mandi ia keluar dengan mengenakan baju handuk. Ia menggelung rambutnya dengan handuk. Ia berjalan menuju kamarnya. Tak sengaja Arjuna menabrak Andini.Bruk, Arjuna segera meraih tubuh Andini supaya tidak terjatuh. Andini menatap wajah Arjuna. Arjuna pun menatap wajah Andini. Saat Arjuna hendak menciumnya, Andini segera mengangkat tubuhnya menjauh meninggalkan Arjuna.Cup, Andini menutupi bibir Arjuna dengan tangan. Arjuna merasa malu saat Andini menolak ciumannya."Kenapa?" Tanya Arjuna. Ia ingi
Basri membuntuti mobil Arjuna, mobil Arjuna berhenti di salah satu Restoran. Arjuna dan Andini sangat bahagia, namun Basri merasa kedekatanya membuat hatinya merasa sakit. Basri pun bersedia untuk menjadi informan ibu Arjuna."Mungkin kalau ibu Arjuna melarang mereka, Andini mungkin bisa jadi kekasihku." Basri sangat mengharapkan cinta Andini.Arjuna memesan makanan untuk mereka berdua. Setelah makanan yang mereka pesan datang, Arjuna segera menyuapi Andini."Ayo Andini, Ayo kita makan." Ajak Arjuna, namun Andini merasa tidak selera saat melihat makanan. Arjuna pun menyuapi Andini."Ayo makan," sesendok makanan mendarat di depan bibir Andini, Andini pun mulai membuka mulutnya."Ah bapak aku kan bisa makan sendiri." Rengek Andini."aku hanya ingin menyuapimu." Andini pun mengambil sendok dan menyuapi Arjuna, mereka semakin mesra. Setelah makan mereka pun kembali ke kantor saat mereka dalam perjalanan ke kantor. T
Basri berjalan kesana kesini ia sangat bimbang mengenai perasaan yang harus ia rasakan."Bagaimana perasaan ini, hatiku sakit sekali melihat Arjuna dan Andini bersama." Basri pun duduk di kursi kerjanya ia memegang pena dan memainkan pena di antara jari tangan nya."Aku bingung maju salah, mundur sakit." Basri berusaha untuk menenangkan pikirannya. Ia pun membuka laptopnya dan mengecek pekerjaannya ia tak ingin berlarut larut dalam kesedihan. Iya sudah merasakan nyaman saat ia mulai menyibukkan diri dengan bekerja, perasaan cemburu pun hilang.Arjuna dan Andini menuju kantor namun saat ia berada di mobil Arjuna menggoda Andini dan membuat Andini tersenyum tersipu malu."Kamu tau nggak apa yang membuatku bahagia?" Tanya Arjuna sembari menatap wajah
Sepulang dari kantor mama Arjuna sudah duduk di Ruang tamu, saat Arjuna masuk ibunya memanggilnya."Arjuna berhenti ada yang ingin mama bicarakan." Panggil mama Arjuna. Arjuna pun berhenti dan berjalan menuju ibunya, hatinya sangat kesal, raut wajah yang ceria sontak berubah menjadi masam."Ada apa sih mamah memanggilku, pasti gara gara si Syelin sialan itu." Gumam Arjuna dalam hati, Arjuna bukan tambah cinta dengan si Syelin ia justru tambah muak melihat wajah Syelin."Arjuna kenapa kamu kok tega berbuat seperti itu dengan Syelin?"tanya ibu Arjuna. Ibu Arjuna tidak tau sifat Asli Syelin."Mah mamah kan nggak tau gimana sih Shelin." Jawab Arjuna dengan suara lirih tapi sedikit kesal."Syelin baik, dan mamah sudah merencanakan Perjodohan kalian." Ibu Arjuna berniat untuk menjodohkan Arjuna, namun Arjuna menolak perjodohan itu. Ia tak ingin kalau ia menikah dengan seorang yang ia tidak nyaman bila bersamanya."Jodoh Perjodohan! Aku
Andini mulai merasakan sakit perut dan mulai terjadi pendarahan, Andini sangat terkejut ketika melihat banyak darah yang keluar."Ada apa ini, mengapa banyak darah," ucap Andini bingung. Ia pun mulai memegang perutnya."apakah janin ku tidak selamat," Andini mulai meneteskan air matanya.Arjuna masuk kedalam ruangan Andini, ia mulai memeluk istrinya sambil meneteskan air matanya."Maafkan aku sayang, aku tak bisa menjagamu," air mata Arjuna menetes begitu deras Andini pun mulai meneteskan air matanya."Ada apa sayang," tanya Andini. Hati Andini terasa begitu sedih ia mengusap air mata Arjuna dengan tangannya."Abang nggak usah sedih, mungkin ini memang sudah takdir kita, kita doakan yang terbaik untuk anak kita," ucap Andini. Andini sebenarnya sangat ingin memberitahu Arjuna insiden yang terjadi saat Arjuna di kantor, namun ia berpikir kembali kalau Arjuna ta
Selin masuk ke dalam rumah Arjuna, ia melihat ibu Arjuna sedang duduk di meja makan."Selamat pagi mah," sapa Selin. Mama lalu menengok ke belakang melihat wanita yang memanggilnya."Oh Selin, tumben sudah kesini," ucap Mama Arjuna. Selin lalu duduk di kursi yang bersebelahan dengan mama Arjuna."Mama tahu tidak siapa yang menggantikan Basri," ucap Shelin memberi tahu mama Arjuna. Mama pun menggelengkan kepalanya sembari menjawab."Mama tidak tau nak memang siapa yang menggantikan Basri," tanya Mama Arjuna. Selin pun mulai membisiki di telinga Mama Arjuna."Tania mah," Jawab Shelin dengan suara tersenyum."Lo apa hubungannya dengan Arjuna?" Tanya Mama Arjuna. Mama Arjuna tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Shelin."Kita bisa menggunakan Tania untuk mendapatkan Arjuna kembali," jawab Shelin. Shelin mulai memikirkan cara untuk membuat Arj
Arjuna membelikan Andini kalung ia sangat berharap Andini bisa merasa senang dengan apa yang Arjuna berikan."Terimakasih bang, aku sangat senang bisa mempunyai kalung ini tadinya aku hanya berharap bisa memiliki kalung ini," ucap Andini. Ia menatap dan melihat kalung yang Arjuna pakaikan."Kamu pantas mendapatkan kalung itu, bahkan aku ingin memberikanmu rumah," ucap Arjuna. Sembari menatap wajah istrinya. Namun tanpa diduga ternyata Andini menolaknya."Maaf bang aku nggak bisa, aku nggak mau di anggap wanita materialistis," jawab Andini seraya menundukkan kepalanya."Aku nggak mau kamu orang yang aku cintai tapi tidak pernah merasakan apa yang aku miliki," tegas Arjuna."Aku nggak mau hartamu mas, untuk bisa mendapatkan cintamu aku sudah bahagia," Arjuna lalu memeluk istrinya seraya mencium keningnya."Aku bahagia bisa menjadi kekasihmu," ucap Arjuna. Arjun
Arjuna membuka Diary Basri ia membaca tulisan yang tertulis di dalam buku harian Basri.Note"Andini jujur hati ini sangat sakit saat melihat dirimu orang yang ku cintai bersama Arjuna, kamu tahu semenjak hari itu aku sangat senang bisa melihat wanita cantik bisa tidur di sampingku, menatap wajahmu saat kau tertidur pulas, rasanya aku sangat ingin bisa memilikimu, tapi ternyata kamu lebih memilih Arjuna.Arjuna adalah sahabatku aku tak ingin melihat dia kecewa denganku, aku terus menutupi perasaan ku padamu, saat melihat dirimu menikah bersama Arjuna rasanya aku seperti ingin menabrakkan mobilku.Sakit Andini,,,Sakit sekali,,,
Saat dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, Arjuna mendapatkan telepon dari pihak polisi.Tut Tut TutSuara ponsel Arjuna berdering, Arjuna segera mengangkat panggilan teleponnya."Basri," Arjuna melihat nama Basri di panggilanya. Arjuna segera mengangkat telepon Basri."Halo Bas, ada apa?" Tanya Arjuna. Namun ternyata yang menelepon Arjuna bukanlah Basri melainkan polisi."Kami dari kantor polisi pak," ucap seorang polisi, Arjuna sangat terkejut ketika mendengar nama polisi."Polisi?" tanya Arjuna dengan penuh rasa kebingungan yang berada dalam pikirannya."Iya pak, kami polisi," tegas polisi itu."Maaf pak apa yang terjadi?" Tanya Arjuna. Arjuna sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Basri."Pemuda yang bernama Basri mengalami kecelakaan beruntun pak, ia belum sadar." Jawab polisi."Kecelakaan!" Arjuna terkejut."Iya pak, untuk lebih jelasnya silahkan bapak pergi ke Rumah saki
Rasa mual Andini membuatnya muntah sampai ia terlihat pucat dan lemas, Arjuna segera membawa Andini ke Rumah sakit, awalnya Andini menolak ajakan suaminya namun Arjuna tak ingin terjadi apa-apa pada bayinya, ia segera membawa Andini ke Rumah sakit."Ayo sayang wajahmu sangat pucat kamu harus mendapatkan pelayanan dokter," ucap Arjuna. Arjuna sangat mencemaskan keadaan Andini, ia tak ingin melihat Andini lemas tak berdaya, Andini tidak bisa makan, setiap makan ia terus memuntahkan makanan yang ia makan."Nggak mau bang, aku nanti juga baikan," ucap Andini dengan suara sangat lemas tak berdaya."Aku akan menggendongmu, dan membawamu ke rumah sakit," ajak Arjuna."Memang Abang punya mobil?" Tanya Andini."Aku bawa mobil kantor tadi," jawab Arjuna."Mobil kantor? Mobil siapa bang?" Andini tak ingin suaminya memakai mobil orang."Kamu lupa, aku bos disana, aku pemilik kantor, iya mobilku dong," jawab Arjuna dengan nada sedikit menggo
Mama dan Selin merencanakan sesuatu untuk membuat Arjuna jatuh cinta kepada Selin. Mama dan Selin merencanakan untuk memberikan obat perangsang di minuman Arjuna. Dan Selin datang setelah Arjuna meminumnya.Obe membuat minuman untuk diberikan kepada Arjuna, Selin memberhentikan Obe itu untuk memberikan obat perangsang di minuman Arjuna."Nanti kalau sudah 10 menit, kabari saya iya," ucap Selin memberi instruksi agar obe memberi tahu kalau Arjuna meminumnya. Namun obe itu membisikki Arjuna, ia tak suka melihat Selin bersama Arjuna."Pak ibu Selin memberikan obat perangsang di minuman bapak!" Ucap pegawai obe itu."Oh, terimakasih sudah memberi tau!" Arjuna berterima kasih kepada obe karena sudah memberitahu Arjuna.Arjuna menelpon Andini, ia meminta Andini segera mempersiapkan diri."Andini, Syelin memberikan obat perangsang di minumanku, tolong kamu persiapkan diri," ucap Arjuna dalam telepon.Andini segera bersiap-siap untuk me
Andini dan Arjuna pulang kerumahnya. Andini mulai merasakan takut saat akan memasuki rumah Arjuna, ibu mertuanya yang tak suka dengannya seperti petaka untuknya.Arjuna yang mengetahui sikap istrinya berubah ia segera merangkul pundak Andini. Seraya berkata di telinga Andini."Sayang nggak usah takut, aku kan selalu ada di sampingmu," bisikan Arjuna mengurangi rasa takut Andini."Iya bang, aku percaya dengan abang," ucap Andini dengan penuh rasa syukur. Andini sangat bersyukur bisa memiliki suami yang sangat sayang kepada dirinya.Andini melangkah menuju kamarnya, tiba-tiba datang Mama Arjuna dan memanggil Arjuna."Hey Arjuna," panggil mama Arjuna.Awalnya Arjuna tidak menghirauka
Pagi yang cerah Andini dan Arjuna bersiap-siap untuk pulang, Andini mengenakan dress berwarna pink yang terlihat cocok dengan warna kulitnya.Andini berjalan sambil menenteng tas ditangannya ditemani oleh suaminya. Arjuna terlihat sangat tampan ia mengenakan kemeja yang sangat cocok di badannya, kemeja berwarna biru muda sangat cocok dengan warna kulitnya.Mereka berdua sangat serasi, orang yang memandangnya nampak kagum melihat keduanya.Jadwal penerbangan mereka tinggal menunggu menit, Arjuna dan Andini naik ke atas pesawat, Andini sudah tidak takut saat pesawat mulai terbang namun Andini merasa mual.Hoek Hoek HoekArjuna segera mengambil tisu, Andini merasa sangat mual kepalanya pusing sekali, ia seperti masuk angin."Pusing bang," keluh Andini. Arjuna segera memijat tengkuk Andini."Mabuk pesawat?" tanya Arjuna. Arjuna merasa kasihan melihat istrinya yang sedang mabuk pesawat."Nggak bang, aku nggak pernah merasakan