Share

7. Hadir kembali

Author: Hujan Aksara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

[Hallo, sayang. Kamu apa kabar?] sebuah pesan singkat yang masuk pada ponsel milik Nisa, yang saat ini sedang berada di kantor, baru saja selesai mengajar.

Nisa terbelalak ketika melihat siapa yang mengirimkan pesan itu kepadanya, ia hanya mengernyitkan keninganya saja meski di dalam hatinya ada rasa bahagia yang menyeruak begitu saja. Itu adalah pesan dari Dani, lelaki berdarah Jawa, yang berhasil menaklukan hatinya Nisa.

Nisa yang memang belum sepenuhnya bisa melupakan lelaki tersebut, tentu saja ia langsung membalas pesannya, meski awalnya ragu, baru satu minggu Nisa dan Dani tidak saling memberi kabar, selepas kejadian Rika yang melabrak Nisa di lapangan sekolah.

Sebenarnya, Nisa ingin sepenuhnya menjauh dari lelaki itu, akan tetapi hatinya selalu berkata lain, ia selalu tidak mampu untuk menolak Dani ketika datang kepadanya lagi, ia selalu tidak bisa menolaknya. Apa mungkin karena rasa cintanya kepada Dani? Atau memang hanya sebatas nafsu belaka saja?

“Kenapa nomorku diblokir, Mas?” Nisa mengirimkan pesan tanya kepada Dani, sebab ia masih tidak terima dengan tindakan Dani yang lari begitu saja setelah ketahuan istrinya, bahkan memblokir kontaknya.

Ia sendiri tahu bahwa dirinya itu hanya dijadikan sebatas permainan oleh Dani, akan tetapi Nisa yang memang masih amat polos dan dibutakan oleh cinta, dapat mudah masuk kembali pada perangkapnya yang penuh dengan kata lembut yang mampu melunakan hatinya.

Sebab memang Nisa sebelumnya tidak pernah mendapatkan perhatian lebih dari seorang lelaki, bahkan tidak dari Kakak lelakinya sendiri.

[Ya ampun, Nis. Kan kita baru saja ketahuan oleh Istriku. Kita harus lebih hati-hati lagi, makanya aku memblokir kontak kamu, kemarin juga ketahuan oleh istriku karena kamu yang selalu kirim pesan tidak tahu waktu, kan?]

[dan kamu tidak usah khawatir ketahuan lagi, kalau aku membuka blokiran kontakmu dan mengirim pesan kepadamu, itu artinya kita sedang aman, tidak akan ketahuan lagi oleh istriku.]

Dani mengirimkan pesannya lagi, ia memberikan alasan semasuk akal mungkin kepada Nisa agar bisa diterima oleh akal sehat wanita muda nan polos itu.

Hening beberapa saat, Nisa hanya menatap isi pesan dari Dani dengan penuh kebingungan, apa memang ia harus melanjutkan kembali kisah cintanya itu dengan lelaki yang sudah beristri.

Ia sendiri memang merasa amat sangat mencintai lelaki itu, hal yang tak pernah ia duga sebelumnya, bahkan sedikit pun tidak akan pernah tertarik kepada lelaki beristri dengan selisih usia 7 tahun, yang ia anggap dulu hanya sebatas Kakak dari temannya saja, Ana.

Akan tetapi buktinya? Pertahanan Nisa runtuh dan dapat ditaklukan oleh usaha keras Dani selama satu tahun ini, sehingga posisinya kini diketahui oleh Rika, istri syah Dani, apa Nisa akan terus bertahan dengan hubungan gelap dan perasaannya?

[Kok gak dibalas, Nis? Kamu masih marah? Maafkan Mas, ya sayang,] Dani mengirimkan pesan singkat lagi kepada Nisa karena pesan sebelumnya tak juga mendapat balasan dari Nisa.

Entahlah, Nisa sendiri kini bingung dengan apa yang seharusnya ia lakukan, jika menuruti keinginan hati, tentu saja ia merasa sangat gembira dengan kehadiran Dani kembali, meskipun hanya sebatas melalui chat saja, itu sudah lebih dari cukup baginya.

Akan tetapi, ia sudah mendapat peringatan langsung dari istrinya Dani untuk menjauhi suaminya itu. Ahh, Nisa merutuki dirinya sendiri yang kini malah jatuh cinta kepada suami orang, bahkan lebih mirisnya, cintanya kepada lelaki itu begitu besar, ia ingin memiliki Dani, seutuhnya.

“Aku gak marah, hanya saja untuk apa lagi hubungan kita ini dilanjutkan, Mas? Jika kamu sendiri pun malah bersembunyi dari istrimu, bahkan nomorku pun diblokir, aku tidak bisa menghubungi Mas lebih dulu. Mana janji manismu dulu yang katanya sudah siap untuk menjadikan aku istri kedua?”

Nisa terpaksa mengirimkan pesan demikian lagi kepada Dani, dan setelah itu ia tak lagi mendapat balasan pesan dari lelaki itu. bahkan kini profile kontak Dani hilang kembali, bukan lagi photonya, yang tentunya itu berarti bahwa Dani sudah memblokir kembali nomornya Nisa.

Nisa menghela nafasnya panjang dan berat, dan mengaduh, menggerutu atas sikap pengecut lelaki itu ketika ditagih janji manisnya yang akan menikahi Nisa meski harus menjadi istri kedua, “dasar, pengecut!”

Riri dan Deden yang saat itu baru saja tiba di kantor pun ikut mengernyitkan dahinya, saling menatap, bertanya-tanya dalam hati keduanya, ada apa lagi dengan Nisa yang mengaduh pelan itu, namun nampak jelas dalam pendengaran keduanya.

“Eh, kenapa, Bu Nisa?” tanya Deden kepada Nisa dengan wajah penasaran.

Nisa tak menjawab, sebab tak ada gunanya juga untuk dibahas, meski pada intinya pun Deden juga tahu dengan apa yang menimpa Nisa kali ini, sudah satu minggu ini wajahnya nampak lebih kusut dan layu, tidak ceria seperti biasanya.

“Saya tahu apa yang sedang menimpa Bu Nisa, kalau menurut saya, memang sudah seharusnya Bu Nisa mengambil tindakan ini untuk menjauh dengan Pak Dani,” ucap Deden, lelaki berusia 32 tahun juga, yang sama-sama memiliki postur tubuh tinggi seperti Dani, hanya saja Deden yang tak rajin olahraga seperti Dani menjadikan tubuhnya biasa saja, tidak terlalu kekar, berotot.

Nisa menoleh ke arah lelaki itu, juga pada Riri yang hanya diam saja, mungkin sahabatnya itu sudah bosan memberikan nasihat kepadanya.

“Cerita saja kepada saya, siapa tahu bisa membantu,” ucap Deden lagi seraya tersenyum manis menawarkan kepada Nisa, wanita muda yang menurut pengakuan Dani kepada istrinya itu bahwa Nisa norak, jadul, dan kolot.

Karena Nisa memang selalu memakai pakaian gombrang dan juga hanya make up tipis, dengan kerudung yang selalu menutupi dadanya. Kebiasaan berpakaian di pesantren dulu masih melekat pada dirinya dengan cukup kuat.

Meski wajah kusam Nisa kini sudah mulai dipoles oleh skincare hasil jualannya sendiri, akan tetapi tentu saja dapat dikalahkan oleh Rika yang memang berpenampilan glamour serta rajin perawatan ke klinik kecantikan.

Meski demikian, sikap Nisa yang berbeda dari wanita lainnya menjadikan daya tarik sendiri di mata lelaki, termasuk Dani yang tertarik juga sehingga ikut mempermainkan dirinya.

“Masih masalah si Mas itu?” Deden menebak kepada Nisa seraya mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban dari Nisa.

“Duh, Bu! Padahal banyak lho di luar sana lelaki yang suka sama Bu Nisa, termasuk Pak Wahyu, eh tapi jangan deh, dia itu playboy.” Deden masih saja bersungut-sungut meyakinkan Nisa bahwa ketika ia mau melepaskan lelaki beristri itu, tentu saja akan banyak datang lelaki yang lebih baik.

Nisa memberengut ketika Deden menyebutkan nama Wahyu di depannya itu, sebab memang ia sendiri sedikit illfeel (mati rasa) kepada lelaki tersebut.

“Ha ha ha. Jangan bawa-bawa nama Pak Wahyu, Pak Deden!” Riri kini nimbrung ketika melihat reaksi wajah Nisa yang memberengut.

“He he he. Lalu bagaimana kabarnya dengan teman saya itu, Bu? Kalian berdua udah ketemu?” tanya Deden lagi kepada Nisa menanyakan temannya yang ia kenalkan kepada Nisa.

DEG

Nisa hampir saja lupa dengan lelaki itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Inayah Fauziah Rahmah
hmm baguss critanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   8. Guru Comel

    “Memangnya istrinya Pak Dani kemarin ngedatangin Bu Nisa di sekolahnya untuk apa?” tanya Bu Siti, guru honorer yang usianya sudah mencapai angka 29, akan tetapi masih jomblo, kini ia bertanya kepada Dani, penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Yaa, Bu Siti memergoki Rika mendatangi Nisa di lapangan sekolah tempat Nisa mengajar, kebetulan saat itu situasainya sepi, anak-anak dan guru yang lainnya sudah pulang, termasuk Bu Siti yang tidak sengaja memergokinya juga ketika menuju rumahnya untuk pulang. Dani sempat diam beberapa saat, dan menoleh ke arah Bu Siti ketika mengatakan demikian, hal yang tak pernah ia duga bahwa akan ada orang yang melihat ketika istrinya mendatangi Nisa. “Eh, kata siapa, Bu?” tanya Dani pura-pura tidak tahu dengan berusaha menyembunyikan rasa kikuknya dari Siti, bersikap biasa saja. “Kemarin ketika saya mau pulang ke rumah, karena rumah saya melewati sekolah SMP tempat Bu Nisa mengajar ‘kan,” jawab Bu Siti menjelaskan kepa

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   9. Sentuhan Lembut Dani

    “Mas, jangan!” Nisa memelas, wajahnya pias penuh ketakutan jika ketahuan orang lain, pasrah, Nisa sama sekali tidak menghentikan tangan kekar milik Dani, yang kini sudah menjalar pada balik baju Nisa sehingga menjadikan wanita itu melenguh, dan sebuah desahan lepas dari mulutnya. “Aahh.”“Lembut sekali, sayang,” ucapnya berkomentar ketika tangannya itu sudah meremas lembut dada Nisa, yang posisi wanita itu ada di jok belakang, merebahkan dirinya, sedangkan Dani, ada di jok depan, tanpa menatap atau mengarah kepada Nisa, Dani juga menikmati aksinya dengan tangan menjulur ke belakang.Meski Nisa menolak apa yang dilakukan oleh Dani saat ini, akan tetapi ia tetap menikmatinya, terlebih memang ini adalah pertama kalinya bagi Nisa disentuh bagian tubuhnya dengan langsung. Ternyata rasanya sangat menggairahkan, bahkan nafsunya memberontak, menuntut untuk terus disentuh lagi, dan lagi. Wanita lugu itu merasakan sensasi yang begitu mendebarkan, bahkan menjadikan dirinya

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   10. Boneka Mainanmu

    “Ihh apaan sih, Mas? Mana mungkin aku suka sama Pak Andri, astaga! Dia lebih pantas menjadi bapakku dari pada pasangan.” Nisa menolak tuduhan Dani bersungut-sungut, bahkan kini membuat lelaki itu cekikikan.Dani memang suka sekali membuat Nisa seperti itu, menggodanya, dan bersifat manja kepadanya, itu artinya ia telah berhasil menjadikan Nisa takluk dalam kungkungannya, bukankah memang demikian adanya, bahwa seorang wanita akan nampak lebih manja kepada lelaki yang sudah membuatnya nyaman?“Dasar! Malah ketawa lagi!” ucap Nisa lagi, di antara malam yang semakin larut saja."Lagi pula kenapa juga sih sampai bertanya begitu sama aku? Memangnya kamu tadi ketemu sama orang yang kegeeran tersebut?” tanya Nisa lagi penasaran.“Iya, tadi ketemu di warung kopi sebrang jalan sana! Kayaknya dia suka sama kamu, Nis! Bahkan dia begitu percaya diri, mengira kamu pun ada rasa juga kepadanya,” jawab Dani lagi menjelaskan dengan detail.Berbeda dengan Nisa yang kini

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   11. Kamu Ketahuan Selingkuh Lagi

    “Duh, sayang, jangan parno begitu dong! Iya, kemarin malam aku mimpiin kamu di sana karena saking kangennya, makanya aku ketika datang ke rumah, udah gak tahan lagi ingin minta jatah sama kamu, he he he.” Dani mencoba menjelaskan.Akan tetapi Rika masih memasang wajah menyelidik, seolah ia tidak begitu saja percaya kepada ucapan suaminya itu.“Serius, sayang! sumpah deh, kemarin malam itu aku mimpiin kamu!” Dani menegaskan lagi agar istrinya percaya.“Ayo dong, sayang! aku udah gak kuat nih, pengin dipuasin sama kamu di ranjang, apa kamu gak kangen gitu dengan punyaku yang besar dan perkasa ini?” Dani menggoda Rika, yang memang alat kelelakiannya itu cukup besar dan panjang, menyesuaikan dengan postur tubuh yang tinggi dan pola hidup sehat dengan olah raga.“Aku juga udah kangen dengan service kamu yang selalu bisa membuatku puas, merem melek.” Dani tak habis-habisnya merayu Rika agar lelaki itu mendapat kepuasan seks yang kemarin malam terangsang oleh Nisa.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   12. Mengulangi Kesalahan yang Sama

    “Kamu kenapa sih, sayang? tiba-tiba jadi merajuk begini?” tanya Dani tak mengerti dengan apa yang terjadi kepada istrinya, tiba-tiba saja Rika marah kembali ketika menjemput Dani di sekolah, bahkan rencana untuk makan siang di luar pun batal.Rika masih memalingkan wajah dari suaminya itu, tanpa berkata sekali pun, padahal baru saja ia luluh dua hari lalu, setelah diberikan hadiah gelang emas sebagai kado ulang tahunnya.“Kalau kamu hanya diam saja seperti itu, mana aku tahu alasannya, ayo dong, sayang, cerita, dan beritahu aku kenapa kamu malah marah tiba-tiba saja begini? Padahal aku sama sekali tidak membuat salah kepada kamu, bukan?” Dani masih saja bersungut-sungut, belum tahu apa yang menjadikan istrinya marah, lelaki itu bertanya berulang kali kepada Rika, seraya matanya kembali focus ke depan, pada jalan, karena memang saat ini Dani sedang mengemudikan mobil yang sebelumnya dibawa oleh Rika ke sekolah.“Dan kamu yakin acara makan siang kita dibatalk

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   13. Haruskah Menyerah?

    “Eh, dari mana kamu tahu masalah itu?” tanya Dani kepada Rika setelah beberapa saat tadi hening, dan wajahnya pias. “Kamu sudah berbohong kepada aku, Mas!” sahut Rika lagi pada suaminya itu seraya menatapnya dengan tajam. “Aku sama sekali tidak berbohong, sayang, aku sudah memblokir nomor kontaknya, dan jika kemarin di perkemahan bertemu, itu artinya hanya tidak sengaja saja.” Dani masih membela dirinya sendiri, padahal sudah jelas ketangkap basah oleh Rika. Rika tak langsung menjawab, ia masih menahan emosinya untuk tidak meluap, ia tahu bahwa apa yang baru saja ia lakukan tadi pada ponsel milik Dani dengan memasang CCTV dan juga menyadap ponselnya sudahlah cukup. “Lagi pula aku sudah tidak bisa lagi berbohong, karena kamu sudah memasang alat pelacak dan juga penyadap di HPku,” ucap Dani mulai melembut lagi mencoba untuk menenangkan hati istrinya. Rika menghela nafas lagi, lalu mengembuskannya, wanita itu sedang mencoba untuk mengontrol emosinya,

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   14. Diusir oleh Nisa

        “Dih, awas kamu, Bu Nisa! Aku jampi-jampi, baru tahu rasa kamu!” Wahyu bersungut-sungut seraya menjalankan sepeda motor bebeknya karena baru saja diusir oleh Nisa.    Sebenarnya memang bukan salah Nisa, dia sendiri yang salah karena datang begitu saja ke rumah Nisa, tanpa memberi kabar terlebih dulu, sedangkan Nisa sudah menjelaskan kepadanya di sekolah bahwa ia tidak pernah menerima tamu lelaki.    Itu pulalah alasannya kenapa Wahyu datang tanpa memberi kabar terlebih dulu kepada Nisa, sebab yang ada tentunya akan dilarang, akan tetapi siapa sangka meski sudah datang ke rumahnya pun, ia diusir, meski dengan cara lembut, tentu saja pengusiran tetaplah menyakitkan.    “Sombong kamu itu, Bu Nisa!” gerutu Wahyu lagi, seolah ia sedang berbicara langsung dengannya, padahal hanya berbicara dengan angin saja selama tiga puluh menit, melajukan sepeda motornya.    Lelaki itu kini memarkirkan sepeda motornya di sebuah rumah, yang tak lain adalah rum

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   15. Jampi-jampi

    ‘Sudah hampir satu bulan lamanya, tidak ada kabar dari Mas Dani. Apa memang benar bahwa sekarang Mas Dani akan pergi selamanya karena sudah ketahuan istrinya lagi?’ Bathin Nisa dalam hatinya.Nisa merenung menatap hamparan sawah yang hijau sejauh mata memandang melalui kaca jendela kereta ekonomi Rangkasbitung-Merak, seraya menyandarkan tubuhnya di kursi tersebut.Ya, wanita polos itu baru saja pulang dari kampusnya di Jakarta, ia kembali melanjutkan belajarnya pada tingkat yang lebih tinggi lagi, terlebih agar membuat dirinya lebih luas lagi pergaulannya, yang saat ini benar-benar kudet, katro, dan kuno.‘Seharusnya kamu gak pernah hadir dalam hidupku, Mas, jika akhirnya hanya membuat luka saja padaku,’ ucap Nisa lagi dalam hatinya, merutuk keadaan. ‘Ahh, aku saja yang memang bodoh, bisa tergoda oleh lelaki seperti itu.’ Nisa terus menerus memaki keadaan dan juga memaki dirinya juga yang begitu bodoh.Ia, menyesali semua tindakannya, ia menyesal tela

Latest chapter

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   115. Sudah sadar

    “Nisa menolak, Neng. Dan kedua orang tuanya pun sudah tidak bisa lagi membujuknya, karena Nisa sudah memberikan peringatan kepada kedua orang tuanya untuk tidak lagi ikut campur dengan urusannya, apa lagi yang menyangkut masa depannya, bahkan Nisa akan meninggalkan rumah jika bapak dan ibunya tetap memaksakan kehendak.”Bu Wawat panjang lebar memberikan penjelasan kepada Eneng dan suaminya yang ada di sana, termasuk Reza, seketika wajah ketiganya pun kini berubah menjadi muram, hanya kekecewaan saja yang terpancar.“Kamu yang sabar, ya Reza! mungkin memang sudah sebaiknya kita harus introspeksi diri atas apa yang pernah kita lakukan pada Nisa, Bunda juga menyesal, Za, sungguh menyesal, gak kebayang jika anak perempuan bunda pun akan diperlakukan seperti Nisa oleh ibu mertuanya…“Yang jelas Bunda sebagai orang tua, akan membawa kembali si Anggi ke rumah jika ia diperlakukan tidak baik oleh suami dan mertuanya.” Eneng panjang lebar, ia kini sudah sadar, ya sepenuhnya, sudah menga

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   114. Ditolak juga

    “Eh, Bu Wawat,” seru Bu Aisyah ketika tahu bahwa yang bertamu ke rumahnya itu adalah Bu Wawat, entah mau apa? Apa mungkin ada kaitannya dengan pesan yang dikirimkan oleh Erma kepada Nisa tadi malam? Begitu pikir Bu Aisyah di dalam hatinya. “Ayok silakan masuk, Bu!” Bu Aisyah mempersilakan Bu Wawat untuk masuk ke dalam rumahnya. Duduk di ruang tamu dengan sofa yang sudah pudar warnanya, kusam, akan tetapi di atas meja itu sudah ada air mineral gelas dan toples berisi kue kering, sehingga Bu Aisyah tidak pelru repot-repot lagi membuatkan minum untuk tamu yang datang. “Mohn maaf nih, Bu, kalau pagi-pagi udah ke sini, he he.” Bu Wawat basa-basi kepada bu Aisyah, sebelum akhirnya mengatakan tujuan dan maksudnya datang ke rumahnya. “Gak apa-apa, Bu. Saya sudah beres semuanya kok, Nisa juga udah berangkat sekolah,” sahut Bu Aisyah seraya masih tersenyum juga. “Sebenarnya saya datang ke sini untuk minta maaf, dengan kabar dua hari lalu yang saya berikan, mengenai pernikahan Reza, terny

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   113. Nisa Menolak

    “Nis, saya mau tanya sama kamu, boleh?” Erma mengirimkan pesan kepada Nisa atas permintaan ibunya sendiri, Bu Wawat, bahkan wanita paruh baya itu pun masih di sana menunggu balasan Nisa.“Gimana, Er? Udah ada balasan dari Nisa belum?” tanya Bu Wawat tidak sadar kepada anaknya itu,yang masih setia menunggu.“Belum, Mah. Sabar dulu, kan baru dikirim tadi pesannya juga,” jawab Erma kepada Mamahnya yang memang sudah tidak sabaran lagi, lalu kini Bu Wawat hanya diam saja, seraya matanya kini focus kembali pada TV, karena ia sedang menonton acara sinetron kesukaannya.“Tapi kalau Nisa nolak, kenapa Mamah gak bujuk orang tuanya aja kayak kemarin, aku rasa Nisa akan nurut aja kalau orang tuanya yang minta,” celetuk Erma memberikan saran jika memang nanti Nisa menolak untuk diajak rujuk oleh Reza.Bu Wawat terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh anaknya itu, mengenai saran untuk membujuk orang tuanya Nisa saja, yang menurut Erma lebih efektive.“Eh, iya juga, ya.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   112. Minta tolong

    “Iya, Teh, rujuk, Reza ingin rujuk dengan Nisa, dan Neng pun kini sadar dengan kesalahan Neng, bahwa gak ada lagi memang yang bisa menerima Reza selain Nisa, makanya Neng ingin agar Reza kembali rujuk dengan Nisa.” Eneng menjelaskan lagi.Bu Wawat hanya menghela nafasnya saja pelan ketika mendengar penjelasan dari adiknya itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menyangka bahwa adiknya saat ini bisa mengakui kesalahan dirinya sendiri, tidak seperti biasanya, yang selalu keras kepala.“Tapi kalau Nisa menolak gimana? Kok kalian bisa sih semudah itu berpikir kalau Nisa mau menerima begitu aja setelah apa yang kalian lakukan?” Bu Wawat tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu, ya meskipun Eneng itu adalah adiknya sendiri, akan tetapi setelah tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, seperti apa yang Nisa katakan pada Bu Rini dan Bu Ineu pada beberapa bulan lalu, maka ia faham dan mengerti bahwa adik dan keponakannya itu salah.“Ya, siapa tahu, karena setahu Neng

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   111. Ajakan rujuk

    “Tuh, kan Bun! benar apa kataku juga, gak ada wanita yang mau menerimaku selain Nisa,” keluh Reza atas nasib yang menimpanya, ya selama satu tahun perceraian ini, sudah 3 kali ia dikenalkan dengan anak dari teman Ayah dan Bundanya.Akan tetapi, pada pertemuan kedua atau ketiga setelah perkenalan, sang wanita akan mundur dengan teratur, karena menganggap bahwa Reza bukanlah lelaki yang baik untuk dijadikan suami.Ya meskipun pengakuan Eneng dan Toni adalah bahwa Reza bercerai karena ditinggalkan oleh istrinya yang tidak bertanggung jawab. Akan tetapi ternyata perlahan, semuanya terbuka, siapa yang sebenarnya bersalah dalam perceraian tersebut.“Sabar, Reza! teman Ayah dan Bunda masih banyak yang punya anak single, kamu tenang aja dulu, ya. Baru juga nyoba tiga kali, kamu jangan bosan!” Eneng meyakinkan anaknya itu bahwa suatu saat nanti akan ada wanita yang mau menerimanya sebagai suami.“Tapi, Bun, aku yakin gak akan mudah, coba aja dulu kalau aku gak bercerai dengan Nisa, k

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   110. Pamer

    Hari berganti menjadi minggu, begiut pula dengan minggu kini sudah berganti menjadi bulan, kondisi Nisa saat ini sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi penyerangan yang terjadi dari keluarga mantan suaminya. Mungkin sudah bosan juga.“Nisa belum menikah lagi, Bu Aisyah? Kalau Reza Alhamdulillah udah menikah lagi, dapat istri PNS (pegawai negeri sispil)” ungkap Bu Wawat ketika bertemu dengan ibunya Nisa, ya lebih tepatnya sengaja mendatangi rumahnya Nisa ketika Nisa sedang di sekolah, entah untuk apa, hanya sekadar untuk memberikan informasi tidak jelas saja.“Oh begitu, ya syukur kalau Reza sudah menikah lagi, kalau Nisa belum, kayaknya dia masih belum siap juga,” jawab Bu Asiyah kikuk, meski di dalam hatinya menggerutu, ‘untuk apa juga bilang itu ke saya? Apa Cuma mau pamer aja kalau setelah lepas dari Nisa bisa langsung nikah lagi?’Bu Wawat mangguk-mangguk saja ketika mendengar jawaban dari Bu Aisyah itu mengenai responnya kepada Reza.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dul

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   109. Love yourself

    [“Jadi benar dengan kabar yang tersebar, Nis? Kamu sudah resmi bercerai?”] isi pesan yang dikirimkan oleh Dani kepada Nisa pada siang hari itu, ketika Nisa sedang berada di kantor sekolah, seperti biasanya.Nisa diam sejenak ketika mendapati isi pesan dari Dani yang kini tiba-tiba datang kembali setelah beberapa bulan ini menghilang, seperti biasaya, datang dan pergi begitu saja karena memang ada istrinya pula yang harus dijaga.Wanita muda itu kini menghela nafasnya panjang, berat, ia tahu dengan kondisinya saat ini jika membalas pesan Dani hanya akan membuat suasananya semakin kacau saja, akan ada salah faham antara Dani dan istrinya lagi.“Kenapa? Kayaknya gabut banget?” tanya Riri kepada Nisa kini sedang menyandarkan tubuhnya itu di sandaran kursi.Nisa tak menjawab, ia tak ingin Riri tahu bahwa dirinya baru saja mendapat pesan dari Dani, ia tak ingin Riri tahu juga jika Dani kembali mengirim pesan, karena memang tak ada gunanya juga, untuk saat ini Nisa ingin menjauhi Da

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   108. Gosip Menyebar

    “Wah, Nis, gila tahu gossip kamu rame banget, emangnya gimana tadinya sampe debat gitu sama Bu Ineu dan Bu Rini si ratu gossip?” tanya Riri kepada Nisa ketika di sekolah, seperti biasa, penasaran, karena memang Riri yang jarak rumahnya hanya sekitar 500 m saja, tentu sudah dapat mendengar desas desus apa yang terjadi kepada Nisa.Nisa hanya mengerutkan dahinya saja, tidak langsung menjawabnya. Dan membuat Riri harus bertanya untuk kedua kalinya.“Dih, kamu kebiasaan deh kalau aku nanya, pasti gak langsung dijawab, harus dua kali nanya aja,” keluh Riri, menggerutu, tidak suka dengan kebiasaan Nisa. Nisa terkekeh saja, sebelum akhirnya ia menjawab.“Ya, merekanya duluan yang lebih dulu marah-marah gak jelas di depan rumah orang, ya aku lawanlah, sekalian orang model begitu harus dikasih pelajaran, biar kapok, mereka pikir, aku akan diam aja kali, ya, gak bakal ngelawan,”“Ha ha ha. Iya juga sih, benar. Banyak yang bilang ibu-ibu, katanya lu adalah orang yang paling berani melaw

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   107. Malah membela

    “Gimana, Teh? Aman kan semuanya? Udah beres?” baru saja Bu Ineu sampai di rumah Eneng, akan tetapi sang pemilik rumah sudah memberondongi tanya kepadanya, menanyakan hal yang memang ia tugaskan kepada Tetehnya itu untuk menyebarkan gossip mengenai Nisa.Akan tetapi orang yang ditanya kini malah menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa, lalu menghela nafas berat, dan diam saja untuk beberapa saat sehingga menjadikan Eneng bertanya-tanya.“Kok lemas gitu sih, Teh? Ada apa memangnya?” tanya Eneng lagi penasaran dengan tetehnya itu, yang ia harapkan tentunya mendapat kabar baik mengenai nama baiknya itu di kampung, meski pada faktanya bertolak belakang dengan keinginan wanita tersebut.“Kenapa kamu gak bilang kalau si Reza itu impoten, Neng?” Bu ineu bertanya langsung saja pada masalah intinya, sehingga menjadikan Eneng tersentak dan hanya membulatkan matanya saja, sempurna, tidak percaya dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh tetehnya itu.“Lho kok Teh Ineu malah nanya itu sih

DMCA.com Protection Status