Home / Romansa / Cinta Pertamaku, Suami Orang / 5. Rayuan Pamungkas Dani

Share

5. Rayuan Pamungkas Dani

Author: Hujan Aksara
last update Last Updated: 2022-03-30 21:33:32

[“Lho, kok kamu malah diam aja, Nis? Terus kok malah ditutup lagi sih bajunya? Padahal aku masih memandangi keindahan dua balon air itu, sayang, yang lebih besar dari milik istriku”] tanya Dani di ujung sana dengan memasang wajah kecewa kepada Nisa, dan tentunya sinar mata memelas.

“Duh, Mas, bukannya aku gak mau ngelakuin ini, tapi kan buat apa juga? Percuma! Gak ada kerjaan, kayak orang gila gak sih kita ngelakuin ini?” balas Nisa kepada Dani bersungut-sungut menganggap hal yang dilakukannya itu adalah hal gila.

Akan tetapi sebaliknya, tentunya hal gila yang menurut Dani malah seperti mainan yang ia sukai saja, bisa melihat tubuh polos di balik pakaian yang selalu ditutup rapat oleh sang pemiliknya, bukankah yang tertutup itu selalu membuat penasaran?

Wajah Dani semakin memelas, sorot matanya menggambarkan bahwa lelaki itu sedang terangsang untuk melakukan hubungan badan, entahlah apa yang sebenarnya ada di dalam benak lelaki tersebut, benak seorang guru yang seharusnya tidak layak melakukan hal demikian.

Mungkin karena dia belum dapat jatah dari istrinya makanya menjadikan Nisa sebagai alat untuk memuaskan dirinya saja? Wajahnya memelas, penuh tuntutan kepada Nisa, seolah ia sudah tidak kuat lagi menahan gejolak hasratnya malam ini, terlebih tadi dada Nisa sudah terlihat, sehingga menjadikan lelaki itu semakin meninggi saja libidonya.

Ahh, naluriah saja sebagai lelaki, siapa pula yang tidak tergoda dan terangsang jika melihat dua gundukan kenyal dan besar itu? terkadang melihat belahannya saja sudah terangsang, apalagi ketika melihatnya dengan utuh.

[“Please, Nis! Kali ini saja, ya! Aku udah gak kuat nih, temanin aku, ya untuk mengeluarkannya,”] ucapnya lagi pada Nisa memelas.

Nisa menggelengkan kepalanya lagi pertanda ia menolak permintaan Dani untuk memperlihatkan bagian sensitivenya, bahkan yang tadi sudah dibuka pun, ia tutup kembali.

“Aku kangen sama Mas, pengin lihat wajah Mas aja, gak mau begituan!”

Dani tidak menjawab, ia masih menatap Nisa dengan sorot mata memelas, penuh harapan agar permintaannya itu dilakukan oleh Nisa sesuai dengan apa yang biasanya mereka lakukan selama tiga bulan ini.

“Udahlah, Mas! Lebih baik kita ngobrol masalah lain aja, ya. Kayak tadi sebelumnya, dan kayak dulu-dulu, gak usah bahas begituan lagi, aku gak suka!” Nisa masih menolak, mencari-cari alasan meski pada awalnya Nisa sudah nampak takluk kepada Dani.

Tapi ternyata salah, kali ini Nisa masih mengulurnya, karena wanita lugu itu masih belum terima sepenuhnya jika ia dibuang begitu saja, lalu ketika ada maunya, didatangi lagi. Mungkin jika Dani tidak memblokir kontaknya, dan pergi begitu saja ketika Rika melabrak Nisa, tentu saja gadis polos itu akan melakukannya dengan senang hati, meski awalnya terpaksa juga.

[“Iya, Nis, nanti setelah aku puas, kita bisa lanjutkan ngobrolnya lagi, ya. Kan kamu tahu sendiri kalau pacarmu ini punya libido yang tinggi, dan istriku tidak bisa mengimbanginya, hanya kamulah yang bisa mengimbanginya jika dilihat dari cara bagaimana posture tubuh kamu.”]

Dani kembali merayu Nisa dengan jurus pamungkas yang lainnya, mengangkat hatinya dan membandingkan dirinya dengan istrinya, tentu saja itu akan membuatnya kembali luluh, Dani yakin akan hal itu, sebab memang naluriah wanita akan suka jika ia dipuji, terlebih ketika dibandingkan denan rifalnya.

Dalam proses video call tersebut, biasanya memang Nisa memperlihatkan bagian tubuhnya kepada Dani, yang saat itu entah ia melakukan apa kepada alat kelelakiannya, yang jarang sekali diperlihatkan kepada Nisa, sebab Dani tahu bahwa Nisa enggan untuk melihatnya.

Entahlah Nisa sendiri merasa takut dan jijik ketika mellihat alat vital Dani, bahkan ia akan mual dan muntah-muntah ketika lelaki itu dengan sengaja menggodanya, mengirimkan photo kejantanannya sendiri, jangankan melihat alat vital Dani, melihat punyanya sendiri pun dia akan mual dan muntah.

Atau sesekali Nisa dibimbing oleh Dani untuk menyentuh bagian sensitivenya saja, atau melakukan sesuatu, akan tetapi tetapi Nisa tidak pernah benar-benar melakukannya karena Nisa selalu merasa ngeri dan takut jika bagian sensitivenya di bawah sana disentuh, sekali pun oleh tangannya sendiri.

Dani sudah dikendalikan oleh hasratnya yang memang tinggi itu, akan tetapi dengan sikapnya yang tunduk kepada istri, maka ia hanya menjadikan Nisa sebagai bahan klimaksnya saja melalui video atau photo, tidak pernah punya nyali untuk melakukan hal tersebut.

Dan Nisa yang memang sangat cinta kepada lelaki tesrebut, terkadang ia harus mengesampingkan akal sehatnya dan menuruti apa yang diinginkan lelaki tersebut.

[“Please, Nis! Tolong aku, ya! Aku janji malam ini akan menemani kamu sampai tertidur, karena memang istriku juga tidak ada di rumah. Katanya kamu kangen sama aku, kan? Ayolah, Nis!”] Dani masih merayu Nisa, menjanjikan akan menemani Nisa sampai tertidur.

Nisa memang senang sekali jika ia tidur ada yang menemani di ujung sana, seolah sedang dibacakan dongeng saja hingga terlelap.

Nisa menghela nafasnya panjang, ia berpikir lagi dan menimbang-nimbang keinginan Dani, apa memang ia harus kembali menurutinya? Padahal dulu ketika masa PDKT satu tahun, Dani tak pernah meminta hal ini.

Ia selalu menjadi pendengar setia bagi Nisa dan sering kali menemani dirinya sampai tertidur pulas, itulah yang membuat gadis polos itu menjadi nyaman kepada Dani, dan dari kenyamanan itulah timbul yang namanya cinta.

Bukankan rasa nyaman itu lebih berbahaya dari pada cinta sendiri? begitu katanya, ah entahlah, saat ini Nisa sendiri tidak bisa membedakannya apa yang dirasakan Dani kepadanya, apa benar ia mencintainya? Atau memang benar dengan kata hatinya bahwa lelaki itu hanya sebatas mempermainkan dirinya saja?

Nalar Nisa sendiri kini tidak bisa bekerja dengan normal karena sudah dibutakan oleh yang namanya cinta.

“Baiklah kalau memang begitu, tapi janji, ya setelah ini kamu harus menemani aku, Mas.” Nisa meminta syarat juga kepada Dani, sehingga kini wajah yang tadi penuh rasa kecewa dan sedih, kini berubah menjadi cerah.

Kini Nisa sungguh sudah melucuti semua pakaian yang menutupi tubuhnya itu, semuanya hingga polos, tak ada satu helai benang pun. Mata Dani pun kini mulai bersinar-sinar dengan expresinya yang memang seperti sedang menahan kenikmatan seraya tangannya di bawah sana tidak berhenti.

[“Aku pengin lihat ke bawah, Nis,”] pintanya lagi semakin menjadi, Nisa terdiam sejenak, hingga akhirnya ia pun kini mengarahkan kamera ponselnya itu ke arah bawahnya, sesuai dengan yang diminta oleh kekasih gelapnya.

[“Nis, coba sentuh dan masukan kedua jarimu ke sana, ya! Aku pengin lihat,”] pintanya lagi dengan suara yang sedikit sudah terengah-engah.

“Duh, Mas! Kamu kamu tahu bahwa aku takut untuk melakukan apa pun pada alat vitalku, karena aku trauma dan ngeri sendiri ketika melihat khasus pembunuhan beberapa tahun lalu pada wanita muda yang mati karena dimasukkan gagang pacul dari alat vitalnya.”

Nisa memberikan alasan dan memang alasan itu benar adanya, dan Dani pun sudah tahu akan hal tersebut, maka ia pun dapat memakluminya, hingga akhirnya kini terdengar bahwa nafas lelaki itu semakin menderu saja.

Yaaa, Dani sudah mendapatkan pelepasannya, dan ketika ia hubungan video call pun terputus.

“Ihh, dasar! Kebiasaan! Kalau udah puas dan enak aja, dimatiin begitu aja, kabur!” Nisa menggerutu ketika ia sadar bahwa hubungan video call itu dengan Dani sudah terputus.

“Ada apa, Nisa? Teriak-teriak begitu!” terdengar suara tanya dari luar sana, yang tak lain adalah ibunya Nisa sendiri.

Nisa tersentak ketika ibunya ternyata masih ada di ruang tamu, yang mana kamarnya berhadapan langsung dengan ruang tamu itu, ia khawatir jika apa yang tadi diucapkan dan dilakukannya itu dengan Dani diketahui oleh ibunya.

“Nisa, Nis! Kamu kenapa?” tanya ibu lagi, kini wanita itu seraya mengetuk pintu kamar Nisa.

Related chapters

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   6. Obrolan di kantor

    “Gak apa-apa, Bu. Nisa hanya kesal karena baca buku aja,” kilah Nisa pada ibunya beralasan. “Oh, ya sudah kalau memang kamu tidak kenapa-kenapa, ibu pikir kamu sedang marah sama orang,” sahut Ibu lagi, Nisa pun hanya nyengir lebar saja, agar tidak membuat ibunya curiga bahwa ia baru saja melakukan hal yang tak semestinya dilakukan dengan Dani. “Ya sudah kalau gitu kamu tidur, sana!” Ibunya menyuruh Nisa untuk masuk kembali ke kamarnya, dan Nisa pun hanya menganggukkan kepalanya juga. ***[Gimana, Bu? Kapan kita bisa bertemu?] tanya seorang lelaki melalui pesan singkat pada Nisa, yang memang sudah satu bulan ini keduanya menjalin hubungan komunikasi jarak jauh.Ya lebih tepatnya lelaki tersebut yang sepertinya memang tertarik kepada Nisa meski belum pernah saling bertemu secara langsung.Nisa menghela nafasnya panjang ketika mendapati pesan seperti itu dari Roni, lela

    Last Updated : 2022-04-05
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   7. Hadir kembali

    [Hallo, sayang. Kamu apa kabar?] sebuah pesan singkat yang masuk pada ponsel milik Nisa, yang saat ini sedang berada di kantor, baru saja selesai mengajar. Nisa terbelalak ketika melihat siapa yang mengirimkan pesan itu kepadanya, ia hanya mengernyitkan keninganya saja meski di dalam hatinya ada rasa bahagia yang menyeruak begitu saja. Itu adalah pesan dari Dani, lelaki berdarah Jawa, yang berhasil menaklukan hatinya Nisa. Nisa yang memang belum sepenuhnya bisa melupakan lelaki tersebut, tentu saja ia langsung membalas pesannya, meski awalnya ragu, baru satu minggu Nisa dan Dani tidak saling memberi kabar, selepas kejadian Rika yang melabrak Nisa di lapangan sekolah. Sebenarnya, Nisa ingin sepenuhnya menjauh dari lelaki itu, akan tetapi hatinya selalu berkata lain, ia selalu tidak mampu untuk menolak Dani ketika datang kepadanya lagi, ia selalu tidak bisa menolaknya. Apa mungkin karena rasa cintanya kepada Dani? Atau memang hanya sebatas nafsu belaka saja?

    Last Updated : 2022-04-05
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   8. Guru Comel

    “Memangnya istrinya Pak Dani kemarin ngedatangin Bu Nisa di sekolahnya untuk apa?” tanya Bu Siti, guru honorer yang usianya sudah mencapai angka 29, akan tetapi masih jomblo, kini ia bertanya kepada Dani, penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Yaa, Bu Siti memergoki Rika mendatangi Nisa di lapangan sekolah tempat Nisa mengajar, kebetulan saat itu situasainya sepi, anak-anak dan guru yang lainnya sudah pulang, termasuk Bu Siti yang tidak sengaja memergokinya juga ketika menuju rumahnya untuk pulang. Dani sempat diam beberapa saat, dan menoleh ke arah Bu Siti ketika mengatakan demikian, hal yang tak pernah ia duga bahwa akan ada orang yang melihat ketika istrinya mendatangi Nisa. “Eh, kata siapa, Bu?” tanya Dani pura-pura tidak tahu dengan berusaha menyembunyikan rasa kikuknya dari Siti, bersikap biasa saja. “Kemarin ketika saya mau pulang ke rumah, karena rumah saya melewati sekolah SMP tempat Bu Nisa mengajar ‘kan,” jawab Bu Siti menjelaskan kepa

    Last Updated : 2022-04-05
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   9. Sentuhan Lembut Dani

    “Mas, jangan!” Nisa memelas, wajahnya pias penuh ketakutan jika ketahuan orang lain, pasrah, Nisa sama sekali tidak menghentikan tangan kekar milik Dani, yang kini sudah menjalar pada balik baju Nisa sehingga menjadikan wanita itu melenguh, dan sebuah desahan lepas dari mulutnya. “Aahh.”“Lembut sekali, sayang,” ucapnya berkomentar ketika tangannya itu sudah meremas lembut dada Nisa, yang posisi wanita itu ada di jok belakang, merebahkan dirinya, sedangkan Dani, ada di jok depan, tanpa menatap atau mengarah kepada Nisa, Dani juga menikmati aksinya dengan tangan menjulur ke belakang.Meski Nisa menolak apa yang dilakukan oleh Dani saat ini, akan tetapi ia tetap menikmatinya, terlebih memang ini adalah pertama kalinya bagi Nisa disentuh bagian tubuhnya dengan langsung. Ternyata rasanya sangat menggairahkan, bahkan nafsunya memberontak, menuntut untuk terus disentuh lagi, dan lagi. Wanita lugu itu merasakan sensasi yang begitu mendebarkan, bahkan menjadikan dirinya

    Last Updated : 2022-04-05
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   10. Boneka Mainanmu

    “Ihh apaan sih, Mas? Mana mungkin aku suka sama Pak Andri, astaga! Dia lebih pantas menjadi bapakku dari pada pasangan.” Nisa menolak tuduhan Dani bersungut-sungut, bahkan kini membuat lelaki itu cekikikan.Dani memang suka sekali membuat Nisa seperti itu, menggodanya, dan bersifat manja kepadanya, itu artinya ia telah berhasil menjadikan Nisa takluk dalam kungkungannya, bukankah memang demikian adanya, bahwa seorang wanita akan nampak lebih manja kepada lelaki yang sudah membuatnya nyaman?“Dasar! Malah ketawa lagi!” ucap Nisa lagi, di antara malam yang semakin larut saja."Lagi pula kenapa juga sih sampai bertanya begitu sama aku? Memangnya kamu tadi ketemu sama orang yang kegeeran tersebut?” tanya Nisa lagi penasaran.“Iya, tadi ketemu di warung kopi sebrang jalan sana! Kayaknya dia suka sama kamu, Nis! Bahkan dia begitu percaya diri, mengira kamu pun ada rasa juga kepadanya,” jawab Dani lagi menjelaskan dengan detail.Berbeda dengan Nisa yang kini

    Last Updated : 2022-04-05
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   11. Kamu Ketahuan Selingkuh Lagi

    “Duh, sayang, jangan parno begitu dong! Iya, kemarin malam aku mimpiin kamu di sana karena saking kangennya, makanya aku ketika datang ke rumah, udah gak tahan lagi ingin minta jatah sama kamu, he he he.” Dani mencoba menjelaskan.Akan tetapi Rika masih memasang wajah menyelidik, seolah ia tidak begitu saja percaya kepada ucapan suaminya itu.“Serius, sayang! sumpah deh, kemarin malam itu aku mimpiin kamu!” Dani menegaskan lagi agar istrinya percaya.“Ayo dong, sayang! aku udah gak kuat nih, pengin dipuasin sama kamu di ranjang, apa kamu gak kangen gitu dengan punyaku yang besar dan perkasa ini?” Dani menggoda Rika, yang memang alat kelelakiannya itu cukup besar dan panjang, menyesuaikan dengan postur tubuh yang tinggi dan pola hidup sehat dengan olah raga.“Aku juga udah kangen dengan service kamu yang selalu bisa membuatku puas, merem melek.” Dani tak habis-habisnya merayu Rika agar lelaki itu mendapat kepuasan seks yang kemarin malam terangsang oleh Nisa.

    Last Updated : 2022-04-06
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   12. Mengulangi Kesalahan yang Sama

    “Kamu kenapa sih, sayang? tiba-tiba jadi merajuk begini?” tanya Dani tak mengerti dengan apa yang terjadi kepada istrinya, tiba-tiba saja Rika marah kembali ketika menjemput Dani di sekolah, bahkan rencana untuk makan siang di luar pun batal.Rika masih memalingkan wajah dari suaminya itu, tanpa berkata sekali pun, padahal baru saja ia luluh dua hari lalu, setelah diberikan hadiah gelang emas sebagai kado ulang tahunnya.“Kalau kamu hanya diam saja seperti itu, mana aku tahu alasannya, ayo dong, sayang, cerita, dan beritahu aku kenapa kamu malah marah tiba-tiba saja begini? Padahal aku sama sekali tidak membuat salah kepada kamu, bukan?” Dani masih saja bersungut-sungut, belum tahu apa yang menjadikan istrinya marah, lelaki itu bertanya berulang kali kepada Rika, seraya matanya kembali focus ke depan, pada jalan, karena memang saat ini Dani sedang mengemudikan mobil yang sebelumnya dibawa oleh Rika ke sekolah.“Dan kamu yakin acara makan siang kita dibatalk

    Last Updated : 2022-04-06
  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   13. Haruskah Menyerah?

    “Eh, dari mana kamu tahu masalah itu?” tanya Dani kepada Rika setelah beberapa saat tadi hening, dan wajahnya pias. “Kamu sudah berbohong kepada aku, Mas!” sahut Rika lagi pada suaminya itu seraya menatapnya dengan tajam. “Aku sama sekali tidak berbohong, sayang, aku sudah memblokir nomor kontaknya, dan jika kemarin di perkemahan bertemu, itu artinya hanya tidak sengaja saja.” Dani masih membela dirinya sendiri, padahal sudah jelas ketangkap basah oleh Rika. Rika tak langsung menjawab, ia masih menahan emosinya untuk tidak meluap, ia tahu bahwa apa yang baru saja ia lakukan tadi pada ponsel milik Dani dengan memasang CCTV dan juga menyadap ponselnya sudahlah cukup. “Lagi pula aku sudah tidak bisa lagi berbohong, karena kamu sudah memasang alat pelacak dan juga penyadap di HPku,” ucap Dani mulai melembut lagi mencoba untuk menenangkan hati istrinya. Rika menghela nafas lagi, lalu mengembuskannya, wanita itu sedang mencoba untuk mengontrol emosinya,

    Last Updated : 2022-04-06

Latest chapter

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   115. Sudah sadar

    “Nisa menolak, Neng. Dan kedua orang tuanya pun sudah tidak bisa lagi membujuknya, karena Nisa sudah memberikan peringatan kepada kedua orang tuanya untuk tidak lagi ikut campur dengan urusannya, apa lagi yang menyangkut masa depannya, bahkan Nisa akan meninggalkan rumah jika bapak dan ibunya tetap memaksakan kehendak.”Bu Wawat panjang lebar memberikan penjelasan kepada Eneng dan suaminya yang ada di sana, termasuk Reza, seketika wajah ketiganya pun kini berubah menjadi muram, hanya kekecewaan saja yang terpancar.“Kamu yang sabar, ya Reza! mungkin memang sudah sebaiknya kita harus introspeksi diri atas apa yang pernah kita lakukan pada Nisa, Bunda juga menyesal, Za, sungguh menyesal, gak kebayang jika anak perempuan bunda pun akan diperlakukan seperti Nisa oleh ibu mertuanya…“Yang jelas Bunda sebagai orang tua, akan membawa kembali si Anggi ke rumah jika ia diperlakukan tidak baik oleh suami dan mertuanya.” Eneng panjang lebar, ia kini sudah sadar, ya sepenuhnya, sudah menga

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   114. Ditolak juga

    “Eh, Bu Wawat,” seru Bu Aisyah ketika tahu bahwa yang bertamu ke rumahnya itu adalah Bu Wawat, entah mau apa? Apa mungkin ada kaitannya dengan pesan yang dikirimkan oleh Erma kepada Nisa tadi malam? Begitu pikir Bu Aisyah di dalam hatinya. “Ayok silakan masuk, Bu!” Bu Aisyah mempersilakan Bu Wawat untuk masuk ke dalam rumahnya. Duduk di ruang tamu dengan sofa yang sudah pudar warnanya, kusam, akan tetapi di atas meja itu sudah ada air mineral gelas dan toples berisi kue kering, sehingga Bu Aisyah tidak pelru repot-repot lagi membuatkan minum untuk tamu yang datang. “Mohn maaf nih, Bu, kalau pagi-pagi udah ke sini, he he.” Bu Wawat basa-basi kepada bu Aisyah, sebelum akhirnya mengatakan tujuan dan maksudnya datang ke rumahnya. “Gak apa-apa, Bu. Saya sudah beres semuanya kok, Nisa juga udah berangkat sekolah,” sahut Bu Aisyah seraya masih tersenyum juga. “Sebenarnya saya datang ke sini untuk minta maaf, dengan kabar dua hari lalu yang saya berikan, mengenai pernikahan Reza, terny

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   113. Nisa Menolak

    “Nis, saya mau tanya sama kamu, boleh?” Erma mengirimkan pesan kepada Nisa atas permintaan ibunya sendiri, Bu Wawat, bahkan wanita paruh baya itu pun masih di sana menunggu balasan Nisa.“Gimana, Er? Udah ada balasan dari Nisa belum?” tanya Bu Wawat tidak sadar kepada anaknya itu,yang masih setia menunggu.“Belum, Mah. Sabar dulu, kan baru dikirim tadi pesannya juga,” jawab Erma kepada Mamahnya yang memang sudah tidak sabaran lagi, lalu kini Bu Wawat hanya diam saja, seraya matanya kini focus kembali pada TV, karena ia sedang menonton acara sinetron kesukaannya.“Tapi kalau Nisa nolak, kenapa Mamah gak bujuk orang tuanya aja kayak kemarin, aku rasa Nisa akan nurut aja kalau orang tuanya yang minta,” celetuk Erma memberikan saran jika memang nanti Nisa menolak untuk diajak rujuk oleh Reza.Bu Wawat terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh anaknya itu, mengenai saran untuk membujuk orang tuanya Nisa saja, yang menurut Erma lebih efektive.“Eh, iya juga, ya.

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   112. Minta tolong

    “Iya, Teh, rujuk, Reza ingin rujuk dengan Nisa, dan Neng pun kini sadar dengan kesalahan Neng, bahwa gak ada lagi memang yang bisa menerima Reza selain Nisa, makanya Neng ingin agar Reza kembali rujuk dengan Nisa.” Eneng menjelaskan lagi.Bu Wawat hanya menghela nafasnya saja pelan ketika mendengar penjelasan dari adiknya itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menyangka bahwa adiknya saat ini bisa mengakui kesalahan dirinya sendiri, tidak seperti biasanya, yang selalu keras kepala.“Tapi kalau Nisa menolak gimana? Kok kalian bisa sih semudah itu berpikir kalau Nisa mau menerima begitu aja setelah apa yang kalian lakukan?” Bu Wawat tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu, ya meskipun Eneng itu adalah adiknya sendiri, akan tetapi setelah tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi, seperti apa yang Nisa katakan pada Bu Rini dan Bu Ineu pada beberapa bulan lalu, maka ia faham dan mengerti bahwa adik dan keponakannya itu salah.“Ya, siapa tahu, karena setahu Neng

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   111. Ajakan rujuk

    “Tuh, kan Bun! benar apa kataku juga, gak ada wanita yang mau menerimaku selain Nisa,” keluh Reza atas nasib yang menimpanya, ya selama satu tahun perceraian ini, sudah 3 kali ia dikenalkan dengan anak dari teman Ayah dan Bundanya.Akan tetapi, pada pertemuan kedua atau ketiga setelah perkenalan, sang wanita akan mundur dengan teratur, karena menganggap bahwa Reza bukanlah lelaki yang baik untuk dijadikan suami.Ya meskipun pengakuan Eneng dan Toni adalah bahwa Reza bercerai karena ditinggalkan oleh istrinya yang tidak bertanggung jawab. Akan tetapi ternyata perlahan, semuanya terbuka, siapa yang sebenarnya bersalah dalam perceraian tersebut.“Sabar, Reza! teman Ayah dan Bunda masih banyak yang punya anak single, kamu tenang aja dulu, ya. Baru juga nyoba tiga kali, kamu jangan bosan!” Eneng meyakinkan anaknya itu bahwa suatu saat nanti akan ada wanita yang mau menerimanya sebagai suami.“Tapi, Bun, aku yakin gak akan mudah, coba aja dulu kalau aku gak bercerai dengan Nisa, k

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   110. Pamer

    Hari berganti menjadi minggu, begiut pula dengan minggu kini sudah berganti menjadi bulan, kondisi Nisa saat ini sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi penyerangan yang terjadi dari keluarga mantan suaminya. Mungkin sudah bosan juga.“Nisa belum menikah lagi, Bu Aisyah? Kalau Reza Alhamdulillah udah menikah lagi, dapat istri PNS (pegawai negeri sispil)” ungkap Bu Wawat ketika bertemu dengan ibunya Nisa, ya lebih tepatnya sengaja mendatangi rumahnya Nisa ketika Nisa sedang di sekolah, entah untuk apa, hanya sekadar untuk memberikan informasi tidak jelas saja.“Oh begitu, ya syukur kalau Reza sudah menikah lagi, kalau Nisa belum, kayaknya dia masih belum siap juga,” jawab Bu Asiyah kikuk, meski di dalam hatinya menggerutu, ‘untuk apa juga bilang itu ke saya? Apa Cuma mau pamer aja kalau setelah lepas dari Nisa bisa langsung nikah lagi?’Bu Wawat mangguk-mangguk saja ketika mendengar jawaban dari Bu Aisyah itu mengenai responnya kepada Reza.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit dul

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   109. Love yourself

    [“Jadi benar dengan kabar yang tersebar, Nis? Kamu sudah resmi bercerai?”] isi pesan yang dikirimkan oleh Dani kepada Nisa pada siang hari itu, ketika Nisa sedang berada di kantor sekolah, seperti biasanya.Nisa diam sejenak ketika mendapati isi pesan dari Dani yang kini tiba-tiba datang kembali setelah beberapa bulan ini menghilang, seperti biasaya, datang dan pergi begitu saja karena memang ada istrinya pula yang harus dijaga.Wanita muda itu kini menghela nafasnya panjang, berat, ia tahu dengan kondisinya saat ini jika membalas pesan Dani hanya akan membuat suasananya semakin kacau saja, akan ada salah faham antara Dani dan istrinya lagi.“Kenapa? Kayaknya gabut banget?” tanya Riri kepada Nisa kini sedang menyandarkan tubuhnya itu di sandaran kursi.Nisa tak menjawab, ia tak ingin Riri tahu bahwa dirinya baru saja mendapat pesan dari Dani, ia tak ingin Riri tahu juga jika Dani kembali mengirim pesan, karena memang tak ada gunanya juga, untuk saat ini Nisa ingin menjauhi Da

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   108. Gosip Menyebar

    “Wah, Nis, gila tahu gossip kamu rame banget, emangnya gimana tadinya sampe debat gitu sama Bu Ineu dan Bu Rini si ratu gossip?” tanya Riri kepada Nisa ketika di sekolah, seperti biasa, penasaran, karena memang Riri yang jarak rumahnya hanya sekitar 500 m saja, tentu sudah dapat mendengar desas desus apa yang terjadi kepada Nisa.Nisa hanya mengerutkan dahinya saja, tidak langsung menjawabnya. Dan membuat Riri harus bertanya untuk kedua kalinya.“Dih, kamu kebiasaan deh kalau aku nanya, pasti gak langsung dijawab, harus dua kali nanya aja,” keluh Riri, menggerutu, tidak suka dengan kebiasaan Nisa. Nisa terkekeh saja, sebelum akhirnya ia menjawab.“Ya, merekanya duluan yang lebih dulu marah-marah gak jelas di depan rumah orang, ya aku lawanlah, sekalian orang model begitu harus dikasih pelajaran, biar kapok, mereka pikir, aku akan diam aja kali, ya, gak bakal ngelawan,”“Ha ha ha. Iya juga sih, benar. Banyak yang bilang ibu-ibu, katanya lu adalah orang yang paling berani melaw

  • Cinta Pertamaku, Suami Orang   107. Malah membela

    “Gimana, Teh? Aman kan semuanya? Udah beres?” baru saja Bu Ineu sampai di rumah Eneng, akan tetapi sang pemilik rumah sudah memberondongi tanya kepadanya, menanyakan hal yang memang ia tugaskan kepada Tetehnya itu untuk menyebarkan gossip mengenai Nisa.Akan tetapi orang yang ditanya kini malah menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa, lalu menghela nafas berat, dan diam saja untuk beberapa saat sehingga menjadikan Eneng bertanya-tanya.“Kok lemas gitu sih, Teh? Ada apa memangnya?” tanya Eneng lagi penasaran dengan tetehnya itu, yang ia harapkan tentunya mendapat kabar baik mengenai nama baiknya itu di kampung, meski pada faktanya bertolak belakang dengan keinginan wanita tersebut.“Kenapa kamu gak bilang kalau si Reza itu impoten, Neng?” Bu ineu bertanya langsung saja pada masalah intinya, sehingga menjadikan Eneng tersentak dan hanya membulatkan matanya saja, sempurna, tidak percaya dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh tetehnya itu.“Lho kok Teh Ineu malah nanya itu sih

DMCA.com Protection Status