Ada dendam yang dari kemarin sudah Arka tahan, pagi-pagi sekali ia pergi saat Ara masih tertidur lelap. Arka mengendarai motor trilnya menuju salah satu perumahan elite di Jakarta. Ia mengamati dari jauh rumah itu, seseorang harusnya sedang bersiap joging seperti yang biasa ia lakukan di pagi hari. Informasi itulah yang sudah Arka dapat tentang kegiatan setiap weekend pagi seorang Keanu. Tak berapa lama lelaki itu mulai muncul dan berlari kecil sepanjang jalan kompleks.
Jemari Arka mencengkeram erat gas di tangan kanannya, amarah begitu mendidih di kepala dengan hanya melihat punggung Keanu yang tengah berlari kecil setelah membuat seorang wanita hamil bertaruh nyawa. Lelaki itu berolahraga seperti tidak ada apa pun yang perlu ia sesali. Tatapan Arka menjadi sangat dingin, ia segera mengemudi motor trail menuju tubuh Keanu yang berjarak 500 meter dengan kecepatan tinggi.
Saat motor trail itu semakin dekat ke arah Keanu, lelaki itu sempat menoleh ke bel
Ara tidak bisa pulang ke rumah sementara masih ada banyak perban luka di lengan dan juga keningnya. Jika Gavin melihatnya seperti ini, lelaki itu pasti akan sangat dramatis mengetahui Ara baru saja kecelakaan. Ia kini lebih memilih tinggal di hotel untuk sementara waktu. Ara masih belum mengetahui bahwa kecelakaan yang menimpanya adalah perbuatan Keanu. Arka merahasiakan kebenaran itu agar Ara tidak merasa khawatir.“Apa kamu yakin tidak perlu dirawat di rumah sakit lagi?” tanya Tante Geby mendekati Ara yang tengah terbaring di ranjang dengan tatapan kosong.“Aku sudah jauh lebih baik Aunty, ini hanya luka ringan.”“Kamu belum menceritakan siapa yang membawamu ke rumah sakit?”“Aku tidak tahu, mungkin saja warga sekitar yang menelepon ambulans,” jawab Ara singkat, ia terlalu lelah jika harus mengatakan bahwa Arka yang telah membawanya ke rumah sakit. Tante Geby pasti akan mencecar banyak pertanyaan lai
Mivi mencengkeram erat pena tajam yang semakin ia tekankan ke leher hingga membentuk cekungan. Rasa pedih mulai menyeruak tapi tak Mivi hiraukan, bahkan ketika tetes darah keluar dari goresan ujung pena itu, ia tetap tak bergetar sedikit pun.“Letakkan itu? Kamu bisa terluka!” titah Ayah Mivi yang mulai khawatir melihat darah keluar dari leher putih putrinya.Kaki Dava terasa lemas, bukan karena rasa khawatir pada Mivi yang hendak bunuh diri, tapi tindakan konyol itu sudah membuat rencana putus yang selama ini ia harapkan kini mulai terlihat sia-sia. Dava tersungkur lemas di lantai setelah tak mampu lagi menopang kenyataan yang ada di depan matanya sendiri.‘Oh Shit! Sepertinya kisahku dan Mivi akan lebih lama daripada yang kuperkirakan,’ batin Dava.Ayah Mivi menatap Dava yang terkulai lemah di lantai. Ia mengartikan itu sebagai bentuk cinta mendalam Dava pada putrinya yang begitu terluka melihat usaha bunuh d
Gavin memilih melanggar janji yang sudah ia buat dengan Anastasya, ia kini melangkah dan hendak menghampiri Nayara.“Boleh bunga itu untukku?” Langkah Gavin tiba-tiba terhenti setelah mendengar suara wanita paruh baya dari arah sampingnya. Saat Gavin mengarahkan pandangan ke sumbur suara, mendadak kakinya lemas. Wanita yang baru saja mengajak ia bicara adalah Dokter Hana, wanita yang memergoki dirinya beberapa hari yang lalu. Ia adalah dokter senior dan juga kepala rumah sakit Jiwa di sini.Anastasya melihat dari kejauhan Dokter Hana yang sedang menghampiri Gavin. Seketika itu ia langsung berlari kecil dengan wajah pucat pasi menuju ke arah mereka.‘OH Tuhan, apakah dokter Hana memergoki penyamaran Gavin?’ guman Tasya dengan putus asa.Tangan Gavin bergetar semakin kencang saat menatap wanita berjubah putih di depannya, getaran itu membuat bunga yang sedang ia pegang ikut bergerak tremor mengikuti irama tangan Gavin. Gavin se
Ara sudah menghabiskan waktu tiga hari di hotel. Ia terus mengabaikan panggilan dan juga pesan-pesan dari Arka. Pagi ini ia memutuskan kembali bekerja di galerinya.“Sudah tiga hari ini Arka terus datang mencarimu, sehari tiga kali ia datang ke galeri,” terang Via sahabat sekaligus sekretaris dari Ara.Ara masih diam tak menjawab, ia memilih melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Saat membuka pintu ia melihat tiga bucket bunga sudah berjajar di meja kerjanya.“Itu semua dari Arka yang sudah rutin ia kirimkan tiga hari ini,” jelas ViaAra mendekat ke arah meja, jari lembutnya menyentuh perlahan bunga-bunga itu. Ia ingin tahu apa sebenarnya yang di inginkan Arka, bukankah sewaktu di rumah sakit ia sendiri yang mengatakan bahwa belum bisa menjadi ayah yang baik.‘Lalu ada apa dengan semua bunga-bunga ini? Apakah sebuah ketulusan atau hanya rasa bersalah?’ hati Ara di penuhi tanda tanya dengan perilak
Arka mendorong tubuh Anastasya yang semakin mendekap erat dirinya. Ada gurat wajah amarah yang coba Arka tahan.“Ini kantor Tasya, apa yang kau lakukan?” tanya Arka dengan nada suara meninggi. Wajah Arka jelas tidak senang pada perbuatan Anastasya.“Ma-maafkan aku tak mampu menahan diri,” jawab Anastasya dengan terbata-bata. Ia mulai ketakutan melihat ekspresi wajah Arka.Hatinya hancur, pria di hadapannya kini menatap dingin ke arahnya. Tak ada sikap hangat yang selama ini ia tunjukkan seperti biasanya. Dari cara Arka menolak pelukan darinya, Anastasya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa pria di hadapannya sudah berubah.“Duduklah!” pinta Arka tanpa menatap sedikit pun pada Anastasya. Mereka kini duduk berhadapan, tapi Arka tak menatap wajah Anastasya. Ia lebih memilih mengalihkan pandangan.Untuk beberapa saat mereka hanya duduk dalam senyap. Hawa dingin menyebar memenuhi ruangan, Anastasya hany
Ara tiba di kantornya, ia segera menuju lantai tiga tempat ruang kerjanya berada. Via yang sedang menyambut sepasang klien calon pengantin hanya bisa menatap pada Ara yang berjalan sambil setengah berlari. Wajah Ara carut marut, ia bahkan berlalu begitu saja tanpa menyapa para tamu di galeri seperti yang biasa ia lakukan.‘Ada apa lagi dengan dia?’ batin Via dengan menarik nafas dalam. Sedetik kemudian dia menarik senyum tipis ke arah dua klien.“Apa dia Arabella, desainer baju pengantin yang terkenal?” Mata calon pengantin wanita begitu berkilau setelah melihat Ara melewati mereka.“Bisakah baju pengantinku dibuatkan oleh dia? Aku bisa membayar lebih untuk itu,” pinta wanita yang merupakan pelanggan VIP di galeri Ara.Via tersenyum tipis, jika bukan karena dia tahu Ara sedang dalam emosi yang tidak stabil ia jelas akan mengiyakan secara langsung permintaan pelanggan VIP di hadapannya.“
Dava duduk di ujung ranjang hotel, bola matanya naik turun menatap wanita seksi yang berdiri di depan tubuhnya. Jemari lentik wanita itu segera merenggut gelas wine dan meneguknya secara nakal di hadapan Dava. Lidahnya menjilat lembut sisi cembung gelas wine, matanya menatap nakal ke arah Dava.Wanita ini adalah Claire, seorang artis berusia 30 tahunan dan janda satu orang anak. Ia adalah artis paling kontroversial di dunia hiburan saat ini, tidak ada prestasi yang berarti. Suaranya bahkan tidak merdu dan aktingnya sangat buruk, ia hanya mempertahankan popularitasnya dengan berbagai skandal.Claire adalah Friend with benefit bagi Dava, mereka sudah menjalin hubungan terlarang saat Claire masih gadis. Mereka berhenti ketika Claire menikah dengan seorang bule, tapi hubungan mereka kembali terjalin malam ini saat Claire sudah resmi bercerai.“Aku dengar kamu sedang menjalin hubungan dengan Mivi?” tanya Claire sambil melebarkan kedua kakinya dan kini duduk tep
Gavin memilih Nayara dan melepas semua hingar bingar lelaki cassanova yang selama ini ia sandang. Beberapa hari berpikir membuat ia mengetahui, tak akan pernah ada kebahagiaan lagi jika ia belum melakukan penebusan dosa pada Nayara. Ia tahu betul itu, dosanya pada Nayara bahkan menciutkan nyalinya untuk mengunjungi makam anak mereka.Ini adalah hari kedua ia bertugas sebagai tukang kebun di rumah sakit. Sejak kemarin ia hanya berani menatap Nayara dari jauh. Saat pagi wanita itu hanya duduk diam setelah merapikan rumput liar di taman bunga hortensianya. Saat siang ia akan menikmati makan siang di dalam kamar sendiri, setelah itu ia tak akan pernah keluar lagi dari kamarnya hingga ke esokan harinya.Gavin belum melihat Nayara ikut membaur bersama pasien yang lain. Ia seperti hidup di dunianya sendiri.Pagi ini Gavin masih mengamati Nayara sambil merapikan taman tak jauh dari wanita itu. Dokter Hana memang melarang Gavin langsung bertemu Nayara, ia ing
Lima tahun KemudianāHalo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,ā kata Ara di dalam teleponnya.āBukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.āHening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.āApakah Gavin dan Arka di sana sekarang?ā tanya Ara.āTidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?āTiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. āKabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,ā batin Gavin. āAku di rumah besar, Pulanglah!ā āBaik,ā jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. āApa kamu tidak bisa mencari gadis lain?ā Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. āDia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!ā āTidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!ā āKakek! Itu sangat keterlaluan!ā untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. āDia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah