“Sampai kapan kamu akan menghitungnya, sudah tiga kali mulutmu komat-kamit menghitung minumanku?” tanya Rangga seorang bartender tampan di club NintyNine.
Sedari tadi Dava hanya menggeser jari telunjuknya ke sana kemari menghitung barisan wiski di rak yang berada di hadapan-nya. Kepalanya bahkan di sandarkan kemeja, tanpa harus bertanya sudah di pastikan Dava sedang sangat kebosanan. Malam ini ia hanya sendiri tanpa kehadiran Arka dan Gavin, mereka mulai tidak tertarik lagi pada dunia malam. Gavin masih di sibukkan dengan pencarian keberadaan Nayara, jangankan untuk pergi ke kelab malam, urusan pekerjaan saja ia sering absen. Sementara Arka, sangat di sibukkan dengan tour pameran make up-nya bersama desainer baju Italia yang segera berlangsung. Kemarin ia di Thailand, hari ini ia sudah terbang ke Malaysia, esoknya ia sudah pindah lagi ke Singapura dan menjadikan pesawat sebagai satu-satunya tempat istirahat.
“Separu
Mivi gadis cantik dengan rambut sepanjang dagu terus membayangi Dava beberapa hari ini. Di sela rekaman lagu yang sedang ia kerjakan di kantor Manajemen Stone jari-jemarinya tak hentinya menggali semua media sosial mencari tahu tentang Mivi.“Sialan, harusnya aku tanyakan siapa nama lengkapnya! Aku bahkan tidak punya nomor telepon Mika untuk menanyakan tentang kakaknya yang cantik!” keluh Dava.“Memangnya siapa yang kamu cari?” tanya Jordi melihat Dava putus asa terus gagal dalam mencari seseorang di antara jutaan pengguna media sosial.“Mivi, wanita cantik yang kemarin kutemui di club, dia benar-benar wujud nyata dari gambaran gadis idamanku!”“Mivi?” Jordi mulai mengingat-ingat nama yang tidak asing.“Kamu mengenalnya?”“Tunggu sebentar, sepertinya dia mengirimkan undangan ulang tahun untukmu, tadi resepsionis memberikan undangan yang sudah data
Tiga pria berkumpul untuk menunjukkan kehebatan mereka masing-masing dalam sebuah tantangan membawa makanan yang mustahil untuk di dapatkan. Arka, Dava dan Gavin malam ini lebih memilih bercengkerama di apartemen Arka ketimbang menghabiskan waktu di club malam. Arka baru saja landing dari Malaysia sore tadi dan tidak punya cukup tenaga untuk bersenang-senang di Club, kedua temannya mengalah mendatangi Arka dan menghabiskan quality time di tempat Arka. “Aku membawakan kue jala kesukaan kita waktu SMP dulu!” Gavin membuka bungkus plastik berwarna putih dan menunjukkan kue berbentuk jaring laba-laba kenangan mereka selama SMP, mata Arka dan Dava berbinar, tak sabar mereka langsung menyerang kue hangat penuh kenangan. “Benarkah ini kue jala Pak Min?” tanya Dava dengan mulut penuh dengan ke jala, “Bukankah ia hanya buka di pagi hari?” lanjut Dava. “Aku menghargai tiga bungkus kue jalan ini dengan sekali pemasukan Pak Min selama
Arka mengeluarkan kembali mobil 4WD dari basement apartemennya. Di bak belakang terdapat motor trail yang sempat di rampas kuncinya oleh Dava. Setidaknya ia harus mampir ke tukang kunci dulu pagi ini baru bisa menuruni jalanan berlumpur dengan motor trail-nya. Sejak keributan antara Ara dan Gavin di apartemennya ia belum tidur hingga subuh ini. Ia ingin mengalirkan semua kegelisahan dengan menarik gas motor trail, menuangkan seluruh emosinya berpacu dengan adrenalin, emosi yang jika terus ia tumpuk tubuhnya bisa saja meledak dan terburai.“Kita coba trek baru saja di dataran tinggi yang berjarak 5km dari tempat kemarin. Kita bertemu di rest area 265, aku akan menunggumu di sana,” kata Divo sebelum menutup teleponnya.***“Bisa kita mulai?” tanya Divo pada Arka yang sudah siap di atas motor trail kesayangan-nya. Arka menaikkan jari jempol tangan kirinya tanda bahwa ia sudah siap. Divo dan Arka mulai memacu motor mereka
Cinta Pertama Tiga PriaPagi ini tiga pria tampan yang masih belum saling mengenal mulai memasuki pintu gerbang SMP sebagai siswa baru di kelas tujuh berserta ratusan murid lain. Mereka yang sudah sangat menyadari potensi fisik mereka yang tampan, menjadikan tiga pria itu sering melakukan tebar pesona pada murid baru perempuan. Tapi, ada yang jauh lebih menonjol dibanding ketampanan tiga pria itu, yaitu seorang siswi baru yang sangat cantik, begitu memesona hingga membuat siswi perempuan bahkan mulai iri melihatnya. Anastasya, gadis berkulit putih bak pualam, senyum indah dengan dua lesung pipi di kanan kirinya, kecantikannya bahkan seperti cuilan bidadari di Surga. Dava, Arka, dan Gavin yang belum saling mengenal tentu mulai berlomba mendapatkan hati gadis cantik itu, bahkan banyak senior rela putus dengan pacarnya untuk mengejar cinta Anastasya.Pria paling beruntung jatuh pada Dava, ia kebetulan satu kelas dengan Anastasya, ia bahkan duduk di bangku yang berad
Duduk di samping jendela kaca besar sebuah restoran, Dava tengah menunggu kedatangan seorang gadis. Siang tadi Pak Heru Ayah dari Mivi meneleponnya secara tiba-tiba, ia ingin membuat janji temu antara Dava dan putri tercintanya. Pak Heru ingin menjodohkan Dava dengan salah satu putrinya, di telepon pengusaha sukses itu bercerita salah satu anak gadisnya merengek agar di aturkan perjodohan dengan Dava.Dava jelas saja langsung menerima tawaran itu, Mivi adalah gadis yang begitu Dava idamkan. Meski baru dua kali bertemu, ia sangat yakin bahwa pada gadis inilah pencarian cintanya akan segera berlabuh. Sore ini adalah kencan pertama mereka, untuk pertama kali juga dalam hidup Dava ia begitu gugup menunggu kedatangan wanita. Ia sengaja datang lebih dulu dengan menyiapkan bucket bunga tulip berwarna merah muda yang sudah ia letakkan di meja.Seorang gadis datang memasuki restoran yang sudah di booking oleh pak Heru untuk putrinya. Dava mengalihkan perhatian
Gavin sudah mulai putus asa, beberapa anak buah yang ia suruh tak kunjung menemukan keberadaan Nayara, ia bahkan menyewa detektif swasta untuk menemukan mantan pacarnya tapi belum ada yang membuahkan hasil. Kini ia yang hampir kehilangan kewarasan mulai mempertaruhkan semuanya untuk menemui Keanu agar dapat memberitahunya di mana keberadaan Nayara dan anaknya. Tak ada lagi kesabaran yang tersisa untuknya menunggu kabar Nayara dari usahanya sendiri.Gavin sudah bersiap memasuki rumah Keanu, ia meletakkan harga dirinya di depan pintu, melucuti seluruh ego yang menahannya untuk datang menemui Keanu. Ini adalah jalan terakhir yang pada akhirnya di pilih oleh Gavin. Entah seperti apa yang akan terjadi nanti di dalam, ia sudah memutuskan datang kesini sendirian tanpa siapa-pun yang mengetahuinya.Keanu jelas menerima dengan dada membusung kedatangan Gavin, ia bahagia seperti Singa yang mendapati mangsa masuk ke dalam kandangnya sendiri. Robi membawa Gavin menuju ruang latiha
Mata Keanu berbinar setelah menemukan sebuah rumah sederhana di tepi pantai, ia turun dari mobil dengan membawa banyak hadiah. Senyumnya merekah lebar akhirnya bisa menemui kakaknya yang sudah dua bulan pergi tanpa kabar. tangan kanan lelaki itu mengepal, mengetuk perlahan pintu kayu bercat coklat yang telah pudar. Bik Sri membukakan pintu dengan perlahan, bukan senyuman yang terpancar untuk sambutan Keanu tapi malah mata merah yang sudah bengkak efek menangis dalam dua hari ini.“Ada apa Bik? Apa ada yang tidak beres?” tanya Keanu begitu melihat raut kesedihan Bik Sri. Wanita tua itu malah menangis kencang, tangannya memukul-mukul ke arah dada Keanu. Wanita itu terus menangis tanpa menjawab pertanyaan Keanu. Kaki Keanu mulai lemas, barang bawaan yang sempat ia genggam dengan tangan kiri berjatuhan perlahan. Ia meninggalkan Bik Sri yang masih menangis di depan pintu dan mulai memasuki rumah kecil itu.“Kak Yara, di mana kamu? Aku datang kak?&rdq
Satu hari setelah Gavin dihajar Keanu, ia mulai masuk kerja di kantor manajemen Stone. Luka lebam masih menghiasi beberapa daerah wajah, tubuhnya beraroma Koyo yang ia tempel di setiap sisi. Dava jelas terkejut melihat keadaan sahabatnya itu, entah apa yang terjadi pada Gavin. Sejak kejadian Ara di rumah Arka, mereka bertiga belum saling bertemu lagi.‘119. Ke kantor Gavin sekarang!’ bunyi pesan yang Dava kirim ke ponsel Arka.Dava belum berani bertanya pada Gavin, wajahnya terlihat dingin dan menakutkan. Dava lebih memilih menunggu kedatangan Arka untuk menginterogasi secara bersama. Ia hanya duduk diam di kursi tamu depan meja Gavin sambil membolak-balikkan majalah, matanya sesekali melirik ke arah Gavin yang sibuk mengecek berkas di atas mejanya.“Apa yang terjadi?” tanya Arka begitu masuk ke ruang kerja Gavin. Nafasnya naik turun karena bergegas datang setelah mendapat pesan 119 yang berarti keadaan darurat. Gavin langs
Lima tahun Kemudian“Halo Kak Nay, apakah Arka ada di rumahmu sekarang? Beritahu padanya untuk cepat pulang,” kata Ara di dalam teleponnya.“Bukankah dia ada di rumahmu? Dia berkata bahwa Arka sedikit tidak enak badan dan akan membawakan vitamin.”Hening sejenak di dalam sambungan telepon, mereka mencium aroma licik dari kedua suami mereka. Ara segera menambahkan Arumi ke dalam panggilan grup WA.“Apakah Gavin dan Arka di sana sekarang?” tanya Ara.“Tidak, bukankah dia ada di rumah Gavin untuk bermain bilyard?”Tiga wanita di dalam sambungan telepon itu terdiam. Amarah menjalar dari ujung kaki hingga kepala mereka. Nayara yang sedang memegang pisau dapur segera mencacah timun di talenan dengan keras, Ara yang sedang mengulaskan pensil alis di wajahnya mematahkan pensil itu hingga menjadi dua, sementara Arumi yang sedang mengolesi roti dengan selai stroberi melahap langsung dua lapis roti sekaligus.Ara mendengus saat ponsel Ar
Tiga hari kemudianAra sibuk membuat coretan di kertas putih dengan tatapan penuh antusias dari Nayara dan Gavin.“Bagaimana gaunnya tampak indah kan?”Ara menunjukkan hasil coretannya yang dibuat tak kurang dari lima menit.Gavin menggeleng, “Tidak, dadanya terlalu terbuka, buatlah seperti gaun Cate Maddleton waktu menikah. Tapi belahan dadanya jangan terlalu rendah.”Ara menghela nafas, ia kemudian membuat gambar lagi dengan inspirasi gaun pengantin Cate Maddleton namun sedikit ia rubah pada bagian bawah dan juga bagian lengan.“Seperti ini?” tanya Ara lagi.“Tidak-tidak, bagian roknya terlalu mengembang.”Ara kembali menyobek kertas itu, meremasnya dengan erat lalu membuangnya ke sampah. Ia kembali menggambar contoh baju pengantin dan menyodorkan kembali pada kakaknya.“Tidak, ini terlalu sederhana.”Ara yang jengkel akhirnya membanting pensilnya di me
Gavin bergegas menuju gedung pusat Leaf Corp masih dengan pakaian kemarin yang lusuh. Ia hanya sempat membasuh wajahnya dengan air mineral, sebenarnya ia bisa saja menggunakan toilet di SPBU tapi ia belum terbiasa menggunakan toilet bersama selain hanya untuk buang air dalam keadaan mendesak.Begitu memasuki ruang kerja kakeknya Gavin terkesiap begitu mendapati bahwa Nayara sudah berada di dalam.“Apa yang sudah kakek katakan padanya?” tanya Gavin dengan wajah yang dingin.Nayara segera bangkit dari tempat duduknya dan meraih lengan Gavin.“Tenanglah, Kakek hanya menyuruhku untuk berkunjung.”Kakek Gavin mendengus dengan wajah yang acuh, “Apa kamu selalu punya pikiran buruk tentang kakekmu?”Gavin terdiam dan Nayara hanya mampu mengucapkan kata “Maaf” untuk mewakili Gavin.“Lihatlah penampilanmu sangat mengerikan hanya dalam tiga hari setelah memutuskan hubungan dengan keluargamu s
Di pagi hari Dava terus menyeret tubuh Gavin untuk bangun, Gavin bersikeras melawan tindakan Dava. Ia tetap menarik selimut dan memilih tidur kembali. Dava tak menyerah dan terus menyeret tubuh Gavin turun dari ranjang.“Aku masih mengantuk, ini masih jam enam. Apa yang kamu inginkan sebenarnya!” pekik Gavin jengkel.“Bantu aku membeli Jas baru, ini adalah harus pernikahanku. Aku tidak mungkin memakai jas yang lama. Antar aku juga membeli cincin pernikahan. Ayolah waktuku tidak banyak!”“Pergilah tidur, sepertinya kamu masih bermimpi!”“Cepatlah mandi dan jadilah saksi di pernikahanku!”Dava mendorong tubuh Gavin ke kamar mandi. Gavin tak punya pilihan lain kecuali mandi dan mengikuti perkataan tuan rumah.Sepanjang pagi ia merasa lelah karena mengantar Dava membeli jas baru di salah satu desainer dan juga ke toko perhiasan. Ia bahkan melupakan jadwal sarapan karena terus mengikuti Dava.
Arumi sampai di rumah ketika tengah malam, ayahnya sudah menunggu dengan penuh amarah di ruang tamu. Lampu ruang tamu yang sengaja di matikan membuat Arumi tidak menyadari bahwa ayahnya tengah duduk menatap dirinya yang berjalan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri.“Apakah kamu baru saja bersenang-senang dengan Dava?”Arumi terkejut pada suara berat yang baru saja menghentikan langkahnya .“A-ayah,” keringat dingin mulai mengucur di dahi Arumi. Saat lampu di nyalakan ia bisa melihat seringai dingin dari tatapan ayahnya .“Maaf ayah, aku terlambat datang. Ada acara pesta pernikahan teman.”“Oh, ada Dava juga kan di sana? Kenapa kamu masih saja mengekor pada pria itu. Bukankah kamu bilang akan pergi melanjutkan study ke Australia?”“Ayah, itu adalah keputusan yang aku buat dalam keadaan tidak jernih. Aku tidak bisa pergi ke sana lagi sekarang.”“Apakah itu kare
Pernikahan berlangsung lancar, banyak pasang mata yang merasa iri pada visual kedua pengantin yang seperti pangeran dan putri dari negeri dongeng. Mereka bahkan berasal dari status tinggi yang sama. Saat Leaf Corp dan Sparkling Cosmetic bersatu, keduanya akan menjadi kekuatan bisnis yang besar. Kakek Gavin banyak mendapat sanjungan dari semua tamu bisnis tentang berapa beruntungnya ia mendapatkan cucu menantu dengan kualifikasi seperti Arka.“Aku merasa bahagia saat melihat pasangan Ara, tapi menjadi begitu jengkel saat menoleh pada pasangan Gavin,” keluh Kakek Gavin pada istrinya.“Kita sudah tua, kenapa kamu tak membiarkan mereka hidup dengan pilihannya masing-masing. Aku tidak ingin Gavin menjadi seperti Geby yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Aku sudah tua dan ingin mati dengan tenang tanpa memikirkan Geby dan juga Gavin akan menua sendiri.”Mendengar perkataan istrinya, urat tegang di wajah Kakek Gavin mengendur. Pandang
Ara bersiap di ruang tunggu pengantin perempuan, ia sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih off-shoulder dengan A-line dengan model ini bagian bahu dan leher Ara terlihat sangat indah dengan kulitnya yang seputih susu.Di dalam ruang itu Ara sedang di temani oleh Nayara dan juga Arumi yang tampak cantik dengan gaun bridesmaid model A-line berwarna biru laut.“Oh, ternyata kamu yang akhirnya di nikahi Arka?” kata Bela begitu memasuki ruang tunggu pengantin. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan belahan kaki hampir setinggi pangkal paha.Bela adalah teman kuliah Ara, ia pernah berpacaran dengan Arka satu tahun lalu selama satu bulan. Gadis itu masih tergila-gila dengan Arka, ia merasa sangat cemburu ketika Arka akhirnya memilih Ara sebagai pasangan hidup Arka.“Bagaimana kamu bisa masuk. Aku tidak merasa sudah mengundangmu!”“Kamu tidak mengundangku, tapi kakekmu mengundang ayahku!”Ara menghela
Telepon Gavin berdering setelah rapat, ia menarik nafas dalam saat melihat panggilan telepon yang tertera adalah dari kedua orang tuanya. ‘Kabar tentang Nayara pasti sudah terdengar sampai telinga mereka,’ batin Gavin. “Aku di rumah besar, Pulanglah!” “Baik,” jawab Gavin sebelum menutup telepon dari Kakeknya. Ia menarik nafas dalam bersiap untuk badai yang akan segera datang, mengingat kakeknya bahkan jauh-jauh datang dari Bogor di usia tuanya. “Apa kamu tidak bisa mencari gadis lain?” Lelaki tua itu memekikkan suaranya begitu Gavin memasuki ruang tamu. “Dia adalah satu-satunya wanita yang ingin aku nikahi!” “Tidak, Cari yang lain! Aku tidak ingin wanita gila menjadi cucu menantuku!” “Kakek! Itu sangat keterlaluan!” untuk pertama kali Gavin meninggikan suaranya pada lelaki tua itu. Kakek Gavin tidak bisa menyembunyikan betapa marah dan kecewanya dia pada cucu laki-laki yang ia miliki. “Dia menderita Skiz
Setelah sebuah kaki jenjang menariknya dari kerumunan wartawan dan membawanya ke dalam lift, pandangan yang tadi buram kini mulai mendapatkan cahayanya kembali. Pria yang tengah merengkuh bahunya adalah Dava, pria tampan yang selalu ada saat dirinya butuh pertolongan.Arumi menundukkan wajahnya yang memerah, ia tidak harus menatap Dava jika tidak ingin benteng yang baru saja ia bangun runtuh.“Kamu tidak harus melakukannya begitu jauh. Kamu hanya perlu jujur padaku tanpa harus mengatakannya ke seluruh dunia,” kata Dava. Begitu ia mendapatkan telepon dari Gavin soal jumpa pers yang akan di adakan Arumi, ia langsung loncat dari tempat tidurnya.“Aku harus sedia payung sebelum hujan, identitasku yang sebenarnya pasti akan terendus media suatu saat nanti.”Dava kehilangan kata-kata, bagaimanapun yang di katakan Arumi adalah kebenaran. Tidak mudah menyimpan rahasia tentang siapa dirinya, ia adalah seorang artis dengan banyak pesaing bah