Sarah tersenyum, dengan angkuh menegakkan lehernya.“Sudahlah, buruan masuk, cuman seorang pelayan, tunggu acara selesai biarin ayah dan ibu yang bereskan dia.”Air kolam yang dingin terus masuk ke hidung, aku sudah tidak ada tenaga, cuman bisa membiarkan tubuh tenggelam.Sebelum tutup mata, kedengar suara ayah.“Selamat datang semua, terimakasih sudah datang ke pesta ulang tahun putriku...”“Sesudah aku meninggal, jiwa saya tetap ada di rumah.Aku melihat ayah dan ibu berbicara:“Sudah lama tidak melihat Yanti, bulan depan ulang tahunnya, suruh dia pulang, putri kita sudah mau 18 tahun.”“Anak ini memang tidak tahu berterimakasih, telpon pun nggak angkat, lebih baik mati di luar aja!”Tapi ayah ibu.Aku sudah mati, mati di malam yang sangat dingin.Ulang tahun ke 18, aku sudah tidak bisa merayakannya.Aku ingat waktu kecil, ekonomi rumah tidak sebagus sekarang,Ayah tetap membeliku boneka edisi terbatas, hanya karena saat itu aku bilang suka.Di saat itu aku bermimpi ked
Di saat ayah dan ibu sampai di rumah sakit, dokter sangat tidak senang dengan mereka.“Yanti Rina adalah pasien yang sangat kuat, mengidap penyakit yang parah tapi tidak pernah mengatakan sakit di depan kami. Saat itu, dia masih di tahap awal, aku suruh dia menjalankan kemoterapi. Tapi dia bilang dia tidak ada uang, lalu pergi diam-diam aja.”“Kemoterapi? Kemoterapi apa? Kamu jangan sembarangan ngomong, putriku sehat sekali!” Ayah maju dan mau memukulnya.Dokter mundur beberapa langkah, mukanya penuh dengan kebencian.“Tidak pernah melihat orang tua seperti kalian, anak sudah meninggal begitu lama bahkan tidak tahu.”Ayah dan ibu seperti orang gila memegang bajunya dokter tidak mau lepas.“Yanti, di mana Yantiku? Kamu bilang dia sudah mati? Aku tidak percaya! Putriku baik-baik saja, mana mungkin meninggal. Kalian pasti lagi tipu aku, aku mau menuntut kalian!”Di samping, pasien-pasien lain terus berjalan melewati.“Ini bukannya orangtua Sarah? Kenapa mereka ada di sini? Apa Non
Mereka menyalakan senter dan masuk, yang terlihat hanyalah tempat bau menyengat yang dipenuhi sampah.Dalamnya ada kasur yang sangat jorok yang menjadi tempat tidurku. Satu-satunya barang bawaanku adalah boneka yang kubawa dari rumah.Boneka tersebut terlihat sangatlah jelas di dalam kamar ini, dan juga bisa kelihat boneka ini sudah lama, tapi masih dijaga dengan baik oleh pemiliknya, cuman ada beberapa tambalan.Di atas kasur terdapat banyak bercak darah, itulah yang kutinggalin sebelum meninggal.Ayah dan ibu tidak percaya dengan yang mereka lihat, Sarah berteriak dari luar pintu karena terlalu kotor, dia tidak mau masuk.“Jangan teriak lagi, kamu kira kamu manja sekarang ada gunanya? Sekarang kami tidak ada waktu mendengarmu, pergilah.”Sarah tidak menyangka ayah dan ibu bisa memarahinya. Dia langsung menangis, tetapi tangisan itu malah membuat ayah dan ibu makin emosi.“Kenapa menangis? Kamu lagi mengutuk siapa? Keluar kamu, jangan sampai aku melihatmu lagi.”Ayah dan ibu s
Setelah memperbesar, baru tahu ternyata yang ditelepon adalah dia sendiri, yang nanya bisa nggak kasih 200 Ribu.“Salahku saat itu tidak percaya kamu Yanti, ibu yang membuatmu menderita!”Habis itu, ibu nangis sampai pingsan.Ayah nanya bisa nggak bantuin untuk lihat CCTV di gudang sekolah.Dalam rekaman, aku membawa tubuhku yang tersisa 1 napas untuk berjalan pulang. Belum sampai depan pintu, aku sudah jatuh ke lantai, dan darah terus mengalir keluar. Dan ayah berdiri di jalan yang tidak jauh dariku, gandengin tangan Sarah mengantarnya ke sekolah.Andai saat itu, dia bisa perhatiin, apakah bisa melihat aku?Rekaman sampai di hari aku meninggal. Melihat Sarah membuka pintu kamarku, dan membuat mayatku di samping tong sampah.Saat ini, ayahku sudah nggak bisa menahan diri, berdiri dam memukul Sarah sampai mukanya berdarahan. Polisi segera menghentikannya, tetapi sudah terlambat.Semuanya sudah terlambat.“Tak kusangka, putri yang kuadopsi membuatku membunuh putri kandungku.”D
“Yanti, ayah bersalah padamu! Salah melihat orang dalam sekian tahun ini, membunuhmu dengan tanganku sendiri.”“Bu Rosa, adakah barang yang ditinggalkan Yanti?”“Nona ada satu buku harian, dia kasih ke aku, minta tunggu dia sudah pergi untuk kasih ke kalian.”“Hari ini ulang tahunku, ayah memberiku satu boneka, aku sangat suka. Aku akan membawanya terus, ini adalah tanda kesayangan ayah dan ibu!”“Belakangan ini, rumah kedatangan satu adik. Ayah suruh aku baik samanya, ibu juga sama. Tapi aku baik samanya, dia malah benci aku, aku nggak tahu kenapa. Tetapi, aku akan tetap dengar omongan ayah dan ibu, anggap dia sebagai adik kandung.”“Hari ini adik menjatuhkan simpanan kuno ayah, tapi dia bilang aku yang rusakin. Aku di pukul sampai seluruh tubuhku sakit, mau gimanapun aku jelasin, mereka tetap tidak mau mendengar, aku sedih kali.”Setiap lembaran, isiannya adalah cintaku sama ayah dan ibu.Lihat sampai situ, mereka menangis sampai tidak bisa bersuara, jelas-jelas disakiti begit
Saya didiagnosis kanker stadium akhir, ingin meminta 200 Ribu sama orangtua kaya aku untuk membeli baju meninggal, malah dimarahin 3 jam. “Kamu tau nggak 200 Ribu bisa untuk anak pegunungan hidup berapa lama? Kenapa aku melahirkan anak seperti kamu yang boros?”“Dari kecil dimanjain, mana mungkin kena kanker? Kalau berani, mati aja dulu biar aku percaya!”Aku dengan putus asa duduk di depan rumah sakit, di dalam saku masih ada 2 Ribu, cukup untuk naik busway pulang.Aku sudah berhari-hari tidak makan dengan cukup, tetapi orangtua kandung aku malah membawa adik yang diadopsi ke Disneyland.Mereka mengusir aku ke basement yang terpencil, dengan alasan anak perempuan tidak boleh dimanjain.Pulang ke basement, aku memeluk satu-satunya boneka punyaku, dan tidak ingin pulang ke rumah lagi.Di saat hampir tertidur, Ayah menelepon.Aku dengan tangan yang gemetar mengangkatnya, namun yang kudengar hanyalah teriak kemarahannya.“Dari mana dalam kartumu begitu banyak uang? Bajingan, kau
“Yanti, ayah bersalah padamu! Salah melihat orang dalam sekian tahun ini, membunuhmu dengan tanganku sendiri.”“Bu Rosa, adakah barang yang ditinggalkan Yanti?”“Nona ada satu buku harian, dia kasih ke aku, minta tunggu dia sudah pergi untuk kasih ke kalian.”“Hari ini ulang tahunku, ayah memberiku satu boneka, aku sangat suka. Aku akan membawanya terus, ini adalah tanda kesayangan ayah dan ibu!”“Belakangan ini, rumah kedatangan satu adik. Ayah suruh aku baik samanya, ibu juga sama. Tapi aku baik samanya, dia malah benci aku, aku nggak tahu kenapa. Tetapi, aku akan tetap dengar omongan ayah dan ibu, anggap dia sebagai adik kandung.”“Hari ini adik menjatuhkan simpanan kuno ayah, tapi dia bilang aku yang rusakin. Aku di pukul sampai seluruh tubuhku sakit, mau gimanapun aku jelasin, mereka tetap tidak mau mendengar, aku sedih kali.”Setiap lembaran, isiannya adalah cintaku sama ayah dan ibu.Lihat sampai situ, mereka menangis sampai tidak bisa bersuara, jelas-jelas disakiti begit
Setelah memperbesar, baru tahu ternyata yang ditelepon adalah dia sendiri, yang nanya bisa nggak kasih 200 Ribu.“Salahku saat itu tidak percaya kamu Yanti, ibu yang membuatmu menderita!”Habis itu, ibu nangis sampai pingsan.Ayah nanya bisa nggak bantuin untuk lihat CCTV di gudang sekolah.Dalam rekaman, aku membawa tubuhku yang tersisa 1 napas untuk berjalan pulang. Belum sampai depan pintu, aku sudah jatuh ke lantai, dan darah terus mengalir keluar. Dan ayah berdiri di jalan yang tidak jauh dariku, gandengin tangan Sarah mengantarnya ke sekolah.Andai saat itu, dia bisa perhatiin, apakah bisa melihat aku?Rekaman sampai di hari aku meninggal. Melihat Sarah membuka pintu kamarku, dan membuat mayatku di samping tong sampah.Saat ini, ayahku sudah nggak bisa menahan diri, berdiri dam memukul Sarah sampai mukanya berdarahan. Polisi segera menghentikannya, tetapi sudah terlambat.Semuanya sudah terlambat.“Tak kusangka, putri yang kuadopsi membuatku membunuh putri kandungku.”D
Mereka menyalakan senter dan masuk, yang terlihat hanyalah tempat bau menyengat yang dipenuhi sampah.Dalamnya ada kasur yang sangat jorok yang menjadi tempat tidurku. Satu-satunya barang bawaanku adalah boneka yang kubawa dari rumah.Boneka tersebut terlihat sangatlah jelas di dalam kamar ini, dan juga bisa kelihat boneka ini sudah lama, tapi masih dijaga dengan baik oleh pemiliknya, cuman ada beberapa tambalan.Di atas kasur terdapat banyak bercak darah, itulah yang kutinggalin sebelum meninggal.Ayah dan ibu tidak percaya dengan yang mereka lihat, Sarah berteriak dari luar pintu karena terlalu kotor, dia tidak mau masuk.“Jangan teriak lagi, kamu kira kamu manja sekarang ada gunanya? Sekarang kami tidak ada waktu mendengarmu, pergilah.”Sarah tidak menyangka ayah dan ibu bisa memarahinya. Dia langsung menangis, tetapi tangisan itu malah membuat ayah dan ibu makin emosi.“Kenapa menangis? Kamu lagi mengutuk siapa? Keluar kamu, jangan sampai aku melihatmu lagi.”Ayah dan ibu s
Di saat ayah dan ibu sampai di rumah sakit, dokter sangat tidak senang dengan mereka.“Yanti Rina adalah pasien yang sangat kuat, mengidap penyakit yang parah tapi tidak pernah mengatakan sakit di depan kami. Saat itu, dia masih di tahap awal, aku suruh dia menjalankan kemoterapi. Tapi dia bilang dia tidak ada uang, lalu pergi diam-diam aja.”“Kemoterapi? Kemoterapi apa? Kamu jangan sembarangan ngomong, putriku sehat sekali!” Ayah maju dan mau memukulnya.Dokter mundur beberapa langkah, mukanya penuh dengan kebencian.“Tidak pernah melihat orang tua seperti kalian, anak sudah meninggal begitu lama bahkan tidak tahu.”Ayah dan ibu seperti orang gila memegang bajunya dokter tidak mau lepas.“Yanti, di mana Yantiku? Kamu bilang dia sudah mati? Aku tidak percaya! Putriku baik-baik saja, mana mungkin meninggal. Kalian pasti lagi tipu aku, aku mau menuntut kalian!”Di samping, pasien-pasien lain terus berjalan melewati.“Ini bukannya orangtua Sarah? Kenapa mereka ada di sini? Apa Non
Sarah tersenyum, dengan angkuh menegakkan lehernya.“Sudahlah, buruan masuk, cuman seorang pelayan, tunggu acara selesai biarin ayah dan ibu yang bereskan dia.”Air kolam yang dingin terus masuk ke hidung, aku sudah tidak ada tenaga, cuman bisa membiarkan tubuh tenggelam.Sebelum tutup mata, kedengar suara ayah.“Selamat datang semua, terimakasih sudah datang ke pesta ulang tahun putriku...”“Sesudah aku meninggal, jiwa saya tetap ada di rumah.Aku melihat ayah dan ibu berbicara:“Sudah lama tidak melihat Yanti, bulan depan ulang tahunnya, suruh dia pulang, putri kita sudah mau 18 tahun.”“Anak ini memang tidak tahu berterimakasih, telpon pun nggak angkat, lebih baik mati di luar aja!”Tapi ayah ibu.Aku sudah mati, mati di malam yang sangat dingin.Ulang tahun ke 18, aku sudah tidak bisa merayakannya.Aku ingat waktu kecil, ekonomi rumah tidak sebagus sekarang,Ayah tetap membeliku boneka edisi terbatas, hanya karena saat itu aku bilang suka.Di saat itu aku bermimpi ked
Di saat ini juga, aku melihat layar besar di mall seberang pesta ulang tahun impian Sarah.Dia berdiri di depan kue setinggi 1.8m, memakai gaun mewah yang penuh dengan kristal, sambil menutup mata dan berdoa.“Doa ku adalah ayah dan ibu selalu bersamaku, semua anak yang sakit cepat sembuh.”Tepuk tangan begemuruh di bawah, hadiahnya menumpuk dari kamar sampai depan pintu.“Ayahku mengangkat tangannya, “Demi putriku, aku menyumbang 20 miliar untuk anak-anak yang sakit!”Tepuk tangan makin meriah di bawah, semuanya bersorak untuk ayah dan adik.Mereka bertiga berdiri di sana, terlihat keluarga yang sangat bahagia.Air mataku tetap tidak bisa ditahan.Penonton di belakang membuat sekeliling mall menjadi padat.“Saat uang ini turun, aku akan bawa anakku untuk berterimakasih sama nona Sarah, tanpa dia, anakku sudah tiada!”“Betul sekali, aku juga mau bawa anakku terimakasih sama dia, keluarga kami akan melayani Nona Sarah seumur hidup.”Saat ini, dokter yang tadi kasih obat kelua
Saya didiagnosis kanker stadium akhir, ingin meminta 200 Ribu sama orangtua kaya aku untuk membeli baju meninggal, malah dimarahin 3 jam. “Kamu tau nggak 200 Ribu bisa untuk anak pegunungan hidup berapa lama? Kenapa aku melahirkan anak seperti kamu yang boros?”“Dari kecil dimanjain, mana mungkin kena kanker? Kalau berani, mati aja dulu biar aku percaya!”Aku dengan putus asa duduk di depan rumah sakit, di dalam saku masih ada 2 Ribu, cukup untuk naik busway pulang.Aku sudah berhari-hari tidak makan dengan cukup, tetapi orangtua kandung aku malah membawa adik yang diadopsi ke Disneyland.Mereka mengusir aku ke basement yang terpencil, dengan alasan anak perempuan tidak boleh dimanjain.Pulang ke basement, aku memeluk satu-satunya boneka punyaku, dan tidak ingin pulang ke rumah lagi.Di saat hampir tertidur, Ayah menelepon.Aku dengan tangan yang gemetar mengangkatnya, namun yang kudengar hanyalah teriak kemarahannya.“Dari mana dalam kartumu begitu banyak uang? Bajingan, kau