Setelah semua pelaku yang berniat mencelakaiku dijatuhi hukuman tanpa peringatan, Bu Eni memintaku untuk kembali ke kelas. Sementara Kak Febri masih tetap diminta tinggal bersama 6 siswi yang sudah diberi sanksi tegas di ruang BK.Aku berjalan menuju ke ruang kelas dengan malas. Pikiran campur aduk yang gak tahu harus senang atau sedih ini membuatku kehilangan minat untuk belajar, apalagi jika memikirkan Zendra. Entah bagaimana cara aku akan menghadapi dan menjelaskan pada Zendra tentang semua ini, terutama tentang janjiku yang sudah aku ingkari.Aku memukul - mukul keningku yang gak bersalah, tapi sedikit bodoh. Kenapa juga aku harus berjanji pada Zendra? Dan kenapa juga aku harus membela Kak Febri di ruang BK klo aku tahu ujung - ujungnya akan berdampak pada hubunganku dengan Zendra. Ah.. dasar bodoh!Aku terus merutuki diri sendiri hingga tak terasa aku sudah berada di depan pintu kelas. Mau tak mau aku harus mengikuti pelajaran dulu dengan pikiran gak karuan sebelum menghadapi ben
"Ini ada apalagi sih?" Bu Eni mulai murka ketika Desha dan Zendra di giring bersamaan oleh pak Yusdi diikuti aku dan Shinta di belakangnya. Belum lagi wajah Zendra yang bonyok gara - gara tanda yang sebelumnya dibuat Desha."Aduh kalian... kalian ini mau jadi apa?" Pak Yusdi yang baru duduk dan memperhatikan wajah Zendra langsung frustasi, ia lantas memijit keningnya begitu berhasil mempertemukan kami dengan bu Eni."Zendra kenapa mukamu memar - memar begitu?" Bu Eni menatap Zendra. "Kamu, Esha yang memukulinya?" Bu Eni menoleh pada Desha. Lalu, beliau menoleh kepadaku "Dan kamu Dinda, baru aja kamu keluar dari ruang BK beberapa jam yang lalu. Kok sudah masuk ke sini lagi" Tanya bu Eni tanpa jeda."Itu bu, lagian si Zendranya yang mulai duluan!" Desha mengadu lebih dulu."Naon sia teh?! Sia nu nenggeulan, kunaon aing nu disalahkeun" Zendra melotot pada Desha sambil meringis memegangi wajahnya yang memar - memar dan mengeluarkan darah.("Apa sih kamu?! Kamu yang memukul saya, kenapa sa
Di skors ya? Seminggu? Emang boleh di skors saat kelas XII sedang mempersiapkan ujian akhir nasionalnya? Emang boleh jadi libur panjang sebelum musim liburan?Aku mendengus kesal, menendang kerikil kecil di halaman sekolah. Hingga seseorang memekik kesakitan karena kerikil itu mengenai dirinya. Lelaki itu berdiri tak jauh dariku. Menatap tajam bersiap mengoceh padaku."Loe tuh kalau kesel sama gue bilang gak usah main lempar batu sembunyi tangan, udah kaya peribahasa aja!" Katanya setelah menghampiriku."Mau kesel gimana sih? kenal sama loe juga nggak. Gue itu gak sengaja ngenainnya, maaf aja kalo gitu!""Hah loe gak kenal gue? Loe yakin gak kenal gue padahal tiap hari keluar masuk ke kelas gue?""Jangankan kenal, ngeliat loe aja baru sekarang!""Buseeet ada orang cakep begini loe gak tau. Ya udah nih kenalan dulu!" Lelaki itu tersenyum, lalu mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri dengan begitu percaya diri, "nama gue Herdi!" Katanya.Aku melirik sinis tangan lelaki itu. Tet
Siang hari itu Ka Alif dengan kendaraannya membawaku ke rumah Amanda, namun kami hanya berdiam diri agak jauh dari rumah tersebut. Mengamati keadaan rumah dan mencari sosok Amanda di sana."Gue kangen dia, Dinda!" Kata Kak Alif sedih. Matanya berkaca - kaca menahan tangis menatap rumah yang nampak sepi tanpa aktifitas itu.Wanita malam memang akan tertidur dari pagi hingga siang hari, terkadang bahkan sampai sore karena waktu malam mereka habis digunakan untuk bekerja."Loe mau kita ke sana?" Tanyaku menawarinya.Sebenarnya aku juga merindukan sosok itu. Aku berharap dia ada di sana dan tetap ada bersama kami. Sejak kepergian Amanda, ka Alif juga gak periang seperti sebelumnya. Dia malah jadi orang yang lebih serius dan pemurung.Kak Alif menggeleng, "Dia gak mungkin masih di sana. Gue juga malu mau nemuin dia setelah di tolak""Ya udah biar gue yang ke sana"Aku turun dari motornya, berjalan menuju warung yang berwarna biru. Menanyakan keberadaan Amanda. Namun benar Amanda sudah gak
"Loe mau gak kalau kita pacaran?" Tanya Herdi padaku.Ini adalah hari pertamaku kembali masuk ke sekolah setelah di skors dan di perpanjang dengan libur yang diadakan saat siswa kelas XII melangsungkan ujian akhir nasional.Menunggu pengumuman kelulusan mereka, semua kelas jadi agak kacau dan jarang belajar. Belum lagi pesona kakak - kakak kelas yang bertebaran merayu adik kelas sana - sini. Bukannya berdoa supaya mereka lulus, mereka justru sibuk nyari gebetan adik kelas. Gak makin heboh gimana sekolah ini.Selain acara belajar mengajar yang jadi kacau, seluruh kegiatan extrakulikuler juga di berhentikan untuk sementara waktu. Semua keadaan menjadi sangat berbeda, begitu juga Zendra yang selalu bebas mesra - mesraan dengan Shinta di kelasnya membuat mata dan hatiku menyala setiap saat."Mau!" Jawabku sekenanya dan mataku tetap tertuju pada sepasang manusia yang sibuk bermesraan itu. "Mau asal hubungan kita harus lebih mesra daripada itu!" Timpalku lagi, jariku menunjuk Zendra dan Shi
Umay mengeratkan pegangan tangannya padaku, lalu menarikku hingga tubuhku yang kecil ini jatuh tepat di atas badannya yang bidang. Saat itu kami masih di kantin dan aku dibuat terkejut dengan sikap implusif Umay. Gak berhenti sampai di situ kini tangannya melingkar, membelai rambutku."Loe apa - apaan sih?" Tanyaku kesal. Tubuhku yang berbungkuk dipeluk olehnya ingin segera aku tarik, namun Umay gak melepaskan dan semakin mengeratkan pelukkannya."Diem dulu!" Bisiknya pelan."Hei kalian apa - apaan?" Suara bentakkan itu mengejutkanku, namun dengan santai Umay segera menjawab setelah melepaskan pelukkannya padaku."Gue cuma lagi nenangin Dinda aja, katanya dia lagi sedih"Aku semakin dibuat kaget karena suara yang membentak tadi adalah suara Zendra dan dia sudah berdiri di dekat kami sekarang. Melihat Umay yang memelukku, dia nampak begitu kesal dari sebelumnya. Apa Umay sengaja melakukan ini?"Sia gelo? Eta mantan kabogoh babaturan maneh, ari maneh sudi mulung runtah babaturan soranga
Beberapa minggu kemudian, hari yang gak pernah aku harapankan akhirnya tiba. Hari dimana sekolah kami mengadakan pelepasan kelas XII.Seluruh persiapan sudah lengkap tersedia, tenda, panggung, kursi - kursi dan meja yang telah tertata rapi. Semua sudah disiapkan panitia.Aku memilih kursi paling belakang, sebenarnya aku justru gak ingin hadir dan melihat acara yang ada hari ini. Aku gak ingin mengenang apapun dari perpisahan. Apalagi orang - orang yang akan meninggalkan. Tapi pagi tadi Kak Febri sudah menjemputku di rumah. Katanya aku harus tetap datang untuk melihat. Baginya mungkin ini menyenangkan, akan ada suasana baru, akan ada kehidupan baru di luar sana yang menyambutnya, dan meninggalkan kami, adik - adik kelasnya yang menyebalkan. Tapi nggak untuk aku yang justru akan kehilangan.Aku dan kak Febri berpisah begitu tiba di sekolah. Aku duduk di sini dan dia sibuk entah pergi kemana, yang pasti sedang mempersiapkan acara inti yang terselenggara hari ini."Sendirian Dinda?" Tanya
Aku dan Umay kembali ke kursi di depan panggung. Menyaksikan acara inti dari keseluruhan acara hari ini. Acara pelepasan kelas XII.Mereka berbaris di hadapan kami semua, dengan bangga dan bahagia, tapi aku justru menangis melihat kebahagiaan yang terlukis di wajah mereka. Berat untuk melepaskan yang sudah pernah dekat dan untuk kesekian kalinya aku harus menerima kehilangan.Setelah hari ini, sekolahan akan berlangsung seperti biasanya tanpa mereka. Terutama tanpa Kak Febri yang menyebalkan, tanpa Kak Alif yang rese juga tanpa Kak Wito yang perhatian. Si ketua osis yang pertama kali aku cintai di sekolah ini.Satu tahun berlalu begitu saja. Gak terasa pertemuan itu sekarang hanya menyisakan momen perpisahan.Aku banyak belajar dari mereka, aku banyak mendapat pengalaman yang mengesankan, yang belum pernah aku dapatkan selama aku duduk di bangku SMP. Tentu saja, pusat dari segala usia adalah saat - saat remaja. Saat masa putih abu - abu. Masa peralihan di antara anak - anak menuju dew
Perpisahan itu nyata adanya. Kehilangan orang - orang dalam hidup adalah kebiasaan yang tidak pernah membuatku terbiasa.Aku hanya orang biasa yang tidak mampu menahan beban kerinduan dari sebuah kata yaitu PERPISAHAN.Aku menulis buku ini sebagai sebuah penghormatan juga pengenang untuk orang - orang yang pernah hadir dengan baik dihidupku.Memberiku suka dan duka, tawa dan tangis yang sampai 16 tahun ini masih aku ingat dengan baik.Alur ceritanya memang tidak semuanya sama. Karena aku hanya mencoba mengulang yang ada dalam ingatanku yang sudah tidak terlalu baik ini.Mungkin bagi yang lain, di sepanjang hidup mereka, Tuhan masih menyisakan beberapa sahabat terbaik untuk bersama mendampingi hingga akhir usia. Berbeda denganku yang benar - benar harus kehilangan semuanya tanpa tersisa.Aku harap dengan buku ini, aku dapat mengingat semua orang - orang terbaik dalam hidupku terutama saat aku berada di masa peralihan dari anak - anak menuju dewasa.Sejujurnya dari masa SMK lah semua ke
Malam itu setelah aku kembali dari tahlilan 40 harian mendiang kak wito, aku baru ingat kalau malam ini ada janji bertemu dengan Gugun. Begitu sampai rumah aku kembali berpamitan kepada mama untuk pergi menemui Gugun yang mungkin sudah menungguku di halte.Aku sedikit berlari agar dapat cepat sampai di halte. Aku melirik pada jam tanganku dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sedikit gak yakin jika Gugun masih menungguku di halte bis yang aku janjikan.Nafasku terengah - engah karena sudah berlari cukup jauh, tetapi usahaku gak sia - sia karena ternyata Gugun memang masih menungguku di sana."Maaf gue baru datang, udah lama nunggunya?" Tanyaku begitu sampai di halte."Saya nunggu kakak dari jam 7 malam di sini. Saya kira kakak gak akan datang""Loe gila nungguin gue sampai 2 jam? Kenapa loe gak pulang aja sih?""Saya takut saat saya pulang kakak malah datang dan ngira saya bohong karna gak menemukan saya di sini. Jadi saya tunggu, saya fikir saya akan tetap menunggu sampai jam 12 m
"Loe bener - bener ya, masa minta mantan gue buat traktir kita" aku mendumel kesal begitu kami berjalan kembali masuk ke sekolah."Ya biarin aja sih lagian Esha juga ikhlas kok traktir kita. Kali aja loe jadi bisa mempertimbangkan buat dia jadi pacar loe lagi" jawab Eka santai."Gak ya klo harus balikan lagi sama mantan. Kecuali....""Zendra? Ah bosen gue dengernya""Perasaan gue masih banyak banget buat dia, Ka""Udahlah lupain soal dia. Mending loe pacarin tuh adik - adik kelas biar loe makin populer" Eka menjeda ucapannya sebentar, membuatku penasaran "Populer dengan total mantan terbanyak haha" Eka terbahak meledekku."Sialan loe" Aku mengeplak lengan Eka.Memang dia pikir semudah itu aku bisa berganti hati, meskipun aku memang bisa melakukannya apa bisa menjamin dengan memacari sembarang orang sebagai pelampiasan bisa membuatku cepat move on."Oh iya loe nanti ikut kegiatan pramuka enggak?" Tanyaku teringat bahwa hari ini sudah hari jumat dan sekolah kami rutin mengadakan kegiata
Matahari siang cukup terik membakar tubuhku. Perjalanan dari sekolah menuju rumahku gak melulu dipayungi oleh pepohonan. Terkadang aku juga melewati lapang gersang dan trotoar yang banyak kios tanpa ada satu pun pohon yang tumbuh di sana.Hari itu aku pulang bersama Eka dan beberapa teman lain. Dan otakku hampir mendidih karena mereka yang terus membahas masalah Gugun yang dihukum berkeliling kelas untuk meminta maaf."Menurut gue parah sih si hendrik. Dia udah kelas XII pikirannya masih aja lemot" Ucap Nina yang saat itu berjalan bersama kami. Dia adalah siswi dari kelas akutansi."Iya jahat banget si Hendrik apalagi ya ampun gue gak tega liat cowok ganteng dihukum begitu" Sahut Eka dengan nada manja."Tapi menurut gue ada benernya juga kok Hendri hukum adik kelas begitu biar gak ngelunjak" Mira malah mengompori."Gak bisa gue gak terima kalau hukumannya dengan cara begitu. Dulu aja waktu angkatan kita gak ada tuh kakak kelas yang menghukum adik kelasnya begitu" Balas Nina.Aku yang
Aku menuju kantin dan memesan sesuatu di sana. Sejak kelulusan Kak Febri, aku gak kesulitan memesan makanan di kantin meskipun kondisi kantin dalam keadaan penuh sesak. Pelayan kantin selalu mendahulukan pesananku untuk tiba lebih dulu. Kemudahan yang aku dapat itu, aku yakin gak lepas dari campur tangan kak Febri, karena hanya dia yang selalu didahulukan oleh penjaga kantin saat memesan sesuatu. Sambil menunggu aku duduk di kursi tempat biasa kak Febri duduk di sana. Ajaibnya sejak dia gak ada di sekolah ini pun kursi itu selalu kosong gak ada yang berani menempati."Hai kak... akhirnya kita dipertemukan lagi" Gugun berdiri di depanku."Eh... iya...kita udah beberapa kali ketemu yaa hari ini""Tiga kali kak, mungkin sampai kita pulang nanti akan bertambah" Katanya tersenyum padaku."Mm mungkin. Gue sering mondar - mandir di sekolah ini jadi wajar kalau loe bakal sering ketemu gue. Siap - siap aja buat bosen ngeliat muka gue""Saya gak mungkin bosen lihat wajah kakak, justru sebalikn
Angin di awal bulan juli berhembus dengan sejuk. Desirannya menggoyahkan dedaunan dan pepohonan yang tumbuh di sekitar gerbang sekolahku. Sinar mentari hadir ke permukaan bumi dengan leluasa tanpa penghalang, membentuk bayang - bayang di atas jalan berbatu tempat yang aku pijak kini.Aku berdiri di sini, di atas jalan berbatu beberapa meter di depan gerbang sekolah. Melihat beberapa motor melintas memasuki gerbang sekolah. Beberapa hari yang lalu, tempat ini menjadi tempat untuk saling berucap sampai jumpa dan salam perpisahan dengan orang - orang yang pernah dekat denganku. Di sini tempat pertama kali aku bertemu dengan Kak Wito dan di tempat ini pula lah kami mengakhiri pertemuan kami untuk selama - lamanya.Hari perpisahan memang hari paling menyakitkan sedunia. Satu hari yang amat berharga dari 365 yang ada dalam setahun. Beberapa jam yang mewakili keakraban yang terjalin selama ini dan sekarang mereka sudah benar - benar pergi.Aku berdiri di sini, berusaha mengingat segala hal y
Aku bolak - balik mengoper chanel tv karena merasa bosan. Seharian suntuk selama berhari - hari kegiatanku selalu itu - itu saja semenjak libur sekolah. Bangun tidur, sarapan, bantuin mama beresin rumah, nonton tv, sampai waktu kembali malam.Oh Tuhan! Apes banget nasib si jomblo kesepian ini."Dinda mama pergi dulu ya, kamu hati - hati di rumah"Mama berpamitan padaku. Pakaiannya sudah sangat lengkap dan rapi."Mama mau kemana?" Tanyaku heran, tentu saja karena mama memang gak pernah tampil serapih ini selain pergi ke acara undangan. Tapi beberapa hari ini aku gak pernah lihat ada surat undangan jadi gak mungkin dong mama pergi untuk menghadiri acara pernikahan."Mama mau ada perlu. Mama pergi ya sayang, jangan lupa kunci pintu" Katanya lalu keluar.Aku yang penasaran, langsung mengendap - endap mengikuti mama. Di halaman rumah sudah ada sebuah mobil berwarna biru menunggu lalu gak lama seorang pria yang usianya terlihat lebih muda dari mama keluar dari mobil itu. Gak lupa mereka cip
Kak Febri menurunkanku di halaman rumah setelah kami menghadiri acara tahlilan di hari ke tujuh di rumah almarhum Kak Wito."Gue gak masuk ya, soalnya gue buru - buru""Sok sibuk banget sih loe, Kak""Gue langsung pulang. Lagipula tadi gue udah pamitan sama mama""Ya udah deh terserah loe. Hati - hati di jalan ya kak!"Aku melambaikan tangan pada motor Kak Febri yang berlalu pergi. Lalu setelah motor itu sudah semakin menjauh aku masuk ke dalam rumah. Menemukan mama yang masih menungguku pulang di sofa ruang tamu."Sudah pulang Dinda?" Tanya mama menyambutku."Iya mah, mama kok belum tidur?""Mama lagi nungguin kamu. Febri mana gak mampir dulu?""Dia langsung pulang, buru - buru katanya""Oh dia langsung berangkat ya?""Berangkat ke mana?""Ke bandung. Memang Febri gak bilang sama Dinda?"Aku syok, gak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Ternyata kehilanganku gak cukup berhenti sampai kak wito, setelah kak Alif di acara tahlilan tadi sempat mengucapkan perpisahan karena diri
Aku dan Umay kembali ke kursi di depan panggung. Menyaksikan acara inti dari keseluruhan acara hari ini. Acara pelepasan kelas XII.Mereka berbaris di hadapan kami semua, dengan bangga dan bahagia, tapi aku justru menangis melihat kebahagiaan yang terlukis di wajah mereka. Berat untuk melepaskan yang sudah pernah dekat dan untuk kesekian kalinya aku harus menerima kehilangan.Setelah hari ini, sekolahan akan berlangsung seperti biasanya tanpa mereka. Terutama tanpa Kak Febri yang menyebalkan, tanpa Kak Alif yang rese juga tanpa Kak Wito yang perhatian. Si ketua osis yang pertama kali aku cintai di sekolah ini.Satu tahun berlalu begitu saja. Gak terasa pertemuan itu sekarang hanya menyisakan momen perpisahan.Aku banyak belajar dari mereka, aku banyak mendapat pengalaman yang mengesankan, yang belum pernah aku dapatkan selama aku duduk di bangku SMP. Tentu saja, pusat dari segala usia adalah saat - saat remaja. Saat masa putih abu - abu. Masa peralihan di antara anak - anak menuju dew