Perhatian Nathan saat ini membuat Celline senang, sekaligus sedikit bergidik takut. Tidak biasanya Nathan akan bersikap seramah dan selembut ini padanya.
"Jadi, apa yang telah kau lakukan pada Rachel?" Tanya Nathan tak sabar dan langsung to the point. Hal ini membuat Celline yang baru saja menenggak anggurnya tersedak.
"Uhuuk.. uhuuk.. a-apa maksudmu?" Celline balik bertanya dengan suara terbata-bata.
"Bukankah kau datang menemui Rachel? Memintanya untuk merancang set kamar pengantin? Untukmu dan Untukku? Hahaha.. Sudah kukatakan, jangan meminta terlalu banyak padaku." Nathan mengatakannya dengan nada tajam dam tawa yang mengerikan.
"Ya, dia bekerja di bidang itu, tentu saja aku datang menemuinya untuk meminta bantuan jasanya. Aku ingin dia secara khusus merancang set kamar pengantin kita. Aku mamberitahunya tentang kehamilanku. Dia akan memberikan box bayi sebagai bonus dan kado pernikahan kita. Bukan kah itu sangat bagus. Kurasa dia sudah mere
Tak dapat dipungkiri, bagaimana pun Rachel mencoba untuk tidak peduli dan tidak mengingat masalah itu. Tetap saja ia memikirkannya. Rachel tidak bisa benar-benar berkonsetrasi saat bekerja. Bella yang melihat sahabatnya itu sedang tidak dalam keadaan baik - baik saja, berinisiatif menemuinya. Bella ingin menanyakan dengan jelas apa yang terjadi. Saat jam istirahat, Bella menghampiri Rachel ke ruangannya. "Haii pejuang dollar, apa kau akan terus mengerjakan desain itu sampai melupakan jam makan siangmu?" Tanya Bella dan duduk di kursi depan meja Rachel. "Kau duluan saja, aku masih sibuk. Lagi pula aku belum lapar." Jawab Rachel yang masih fokus menggores pensil di atas kertas putih itu. " Please Ra, jangan menyiksa diri sendiri. Aku tidak tau masalahmu apa saat ini. Tapi aku ingin kau menceritakannya padaku sekarang. Bukankah aku ini sahabatmu? Lalu kau anggap apa diriku? Kau ingin membuatku menjadi sahabat yang buruk?" Bella menodong Rac
Rachel percaya pada Bella. Bella lah orang yang selama ini ada untuknya. Jika tanpa campur tangan Bella selama ini, entah bagaimana kini nasib dia dan putrinya. "Aku akan menjauhinya Bell." Rachel kembali berbicara. "Lakukan semua yang terbaik untukmu dan juga Key." Pinta Bella sungguh-sungguh. "Kau benar, aku harus memikirkan perasaan Key. Syukur lah selama ini aku belum memperkenalkan mereka secara resmi." Rachel terlihat sangat lega. "Kau membuat keputusan yang berguna untuk saat sekarang." Canda Bella. "Aku hanya memikirkan Key. Jika dia terbiasa dengan Nathan di sisinya, itu akan sangat melukai hati juga perasaannnya saat mendengar kabar ini." Terang Rachel. "Kau benar. Pria brengsek itu bahkan belum sempat memberikan kalian kebahagiaan, sekarang malah menambah luka." Umpat Bella lagi. "Aku juga seorang wanita yang pernah mengandung anaknya. Aku tau bagaimana rasanya menanggung semua itu sendiri. Meski akhirnya aku sampai
"Kita tidak ada pilihan lain, Nathan. Sebaiknya kau bersikap baik padanya." Ucap Jeny, ibu Nathan. "Tapi, Mi, aku sama sekali tidak pernah mencintainya. Bahkan sedikit pun tidak pernah menyukainya." Bantah Nathan "Jika kau tidak menyukainya, bagaimana mungkin saat ini dia bisa mengandung anakmu?" Tanya Jeny lagi. "Itu karena dia menjebakku, Mi. Dia membuatku mabuk dan memasukkan obat perangsang dalam minumanku. Jika aku sadar, menyentuhnya pun aku tak sudi." Elak Nathan sekali lagi. "Lagi pula, apa Mami yakin itu adalah anakku? Mengingat seberapa liarnya dia selama ini, aku tidak percaya sedikit pun itu adalah bayiku." Lanjut Nathan emosi. "Nathan.." teriak Jeny pada putra semata wayangnya itu. "Jadi lah pria yang bertanggung jawab. Walau pun kau mabuk saat melakukannya, tetap saja pada akhirnya itu bayimu. Calon cucu Mami. Darah keturunan Darke." Ucap Jeny bahagia mengingat bahwa sebentar lagi dia akan menjadi GrandMa. "Aku pa
"Sayang, benarkah begitu? Kapan kau bertemu dengannya? Kenapa kau tidak mengajakku. Aku juga ingin melihatnya. Benarkah aku sudah menjadi GrandMa?" Tanya Jeny beruntun pada Frans. "Tentu saja, aku bahkan hanya melihatnya dari jauh. Dia sangat dingin seperti Nathan. Cara bicaranya sangat angkuh. Aku suka saat dia berbicara." Kenang Frans saat melihat Key dari jauh tempo hari. Hatinya melunak saat melihat gadis kecil itu. Karena itu sekarang dia berusaha membantu Nathan agar tidak bertindak gegabah. "Apakah Papi mengikutinya?" "Benar, awalnya Papi hanya ingin melihat bagaimana kehidupan Rachel saat ini. Siapa sangka Papi menemukan dia telah memiliki seorang Putri. Papi tidak perlu mencari informasi atau test DNA lagi setelah melihat seberapa miripnya dia dengan dirimu." "Tentu saja. Dia adalah darah dagingku. Keturunan Darke." Ucap Nathan bangga.". "Hei, kenapa kalian melupakan keberadaanku disini? Kalau begitu kapan kita akan membaw
Seminggu sudah waktu berlalu. Nathan tidak pernah menemui Rachel, bahkan dia juga tidak menghubungi Rachel lewat telepon atau pesan. Hal ini tentu membuat Rachel menjadi lebih mengerti akan posisinya saat ini. Dia menjadi sangat membenci Nathan. Namun ia tidak dapat berbuat banyak. Rachel hanya mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Furniture set kamar pengantin yang di pesan Celline sedang dalam tahap pengerjaan. Itu sudah mencapai 90%. Karena Rachel meminta para pekerja untuk menyelesaikan itu terlebih dahulu. Dalam ruangannya, Rachel memutar-mutar ponselnya. Awalnya ia ingin menelpon Nathan. Tapi entah mengapa, jarinya seakan tidak mampu untuk menekan nama dalam layar ponselnya itu. Setelah berusaha beberapa menit, Rachel memberanikan diri untuk melakukan panggilan ke nomor Nathan. Setelah menunggu beberapa saat, tidak ada jawaban. Rachel mengulang sampai 3x. Saat panggilan terakhir hampir saja di putuskan, tiba-tiba terdengar suara
Rachel hanya terdiam sebelum mengatakan yang belum sempat ia katakan tadi. "Dia sengaja menghindariku. Bahkan dia menolak menerima panggilan telepon dariku. Dia menyuruh asistennya menjawab panggilan, agar bisa menghindar dariku. Kenapa dia tega melakukan ini padaku? Setidaknya jelaskan padaku. Berikan aku kesempatan untuk memaki-makinya agar hatiku puas." Rachel kembali meneteskan air matanya. "Sudah lah, Ra, lupakan dia. Mungkin dia bukan jodoh yang terbaik untukmu. Pengecut sepertinya tak layak untuk kau tangisi. Simpan air matamu yang berharga itu. Jangan lemah karena pria brengsek seperti dia. Dia bahkan tak becus menjadi ayah untuk Key, sekarang malah menambah anak lagi bersama wanita lain." Ucap Bella. "Kau benar. Aku tidak boleh lemah dan aku harus kuat. Hidupku masih panjang. Tanpa dia aku pasti bisa bahagia. Aku menyesal telah bertemu dengannya lagi. Aku menyesal telah memberikannya kesempatan kedua." Akhirnya Rachel berhasil menormalkan suasana hat
Pagi ini, Rachel sedang menunggu kedatangan Nathan atau mungkin yang akan datang adalah utusannya, Roy. Dia bersantai sambil meneguk teh hangat yang telah di siapkan oleh cleaning service . Sambil menunggu ia membuka ponselnya. Menggulir laman akun media sosialnya. Tanpa sengaja ia jarinya berhenti di sebuah berita yang melintas. Jantungnya seakan-akan hampir berhenti berdetak. "PENERUS PERUSAHAAN PT.KEMILAU BERLIAN ,NATHAN DARKE, AKAN MENIKAH DENGAN SATU-SATUNYA PENERUS KELUARGA ADAMSHON ,CELLINE ADAMSHON AKHIR PEKAN INI." Begitu lah judul besar yang Rachel baca di layar ponselnya itu. Dia tidak ingin kembali mengingat kesedihan kemarin. Dia lalu menggeser-geserkan lagi jarinya di layar. Dia melihat banyak sekali teman-temannya yang sudah update status di pagi ini. Termasuk Bella. "Selamat pagi pria idaman. Akankah kau menemuiku hari ini?" Tulis Bella pada beranda sosial medianya. Rachel pun langsung memberi komentarnya. "
Bella hanya diam mendengarkan. Ia mulai kagum pada sosok pria di depannya ini. "Seperti itu lah Tuan Muda saat ini. Meski Nona Rachel terluka, sesungguhnya saat ini dia lah yang lebih banyak menanggung luka. Dia ingin berkorban demi kebahagiaan Nona Rachel dan Key. Namun tetap saja hal itu akan memberikan luka dan kecewa." Lanjutnya lagi. "Entah apa sekarang yang sedang terjadi diantara mereka, biar lah nanti takdir yang akan bicara." "Saat ini Tuan Muda tidak punya pilihan lain." Sambung Roy prihatin pada kisah cinta Tuan-nya. "Jika memang dia pria yang baik, ku harap dia mampu menemui Rachel secara jantan. Dia harus menjelaskan semua kekacauan ini." Sindir Bella tak mau kalah. "Kita tunggu saja. Tuan Muda bukan orang yang suka menyakiti hati orang lain, apalagi seorang wanita yang dia cintai. Dia pasti akan kembali menjemput cintanya." Roy masih terus membela Nathan di depan Bella. "So sweet sekali kau ini. Sepertinya kau sangat ahli