Pria yang tadinya duduk itu berdiri. Siapa pun yang melihatnya langsung membayangkan betapa tinggi dan tegapnya pria di hadapan mereka saat ini. Dari auaranya saja, terlihat jika dia bukanlah orang biasa.“Perkenalkan, saya adalah Sagar Biruga. Sebagai pemimpin, saya ucapkan selamat datang di perusahaan kami, Perusahaan Biruga.” Pria itu berbicara dengan suaranya yang mengintimidasi, membuat lawan bicara merasa tertunduk dengan kagum. “Kalian sudah jauh-jauh datang kemari, silahkan nikmati tour ini dengan nyaman.”'Jadi dia pemimpin perusahaan ini,' batin Naura dengan kagum. Tak hanya punya aura yang kuat, ternyata pria itu juga tampan dan menawan. Sosok luarnya sangatlah mempesona dan membuat orang-orang yang melihatnya menahan napas.“Jika ada yang membuat kalian merasa tidak nyaman, silahkan sampaikan langsung pada Tuan Zoy yang akan memimpin tour kalian,” sambung Sagar. Zoy yang dipanggil membungkukkan badan dengan hormat.Naura diam-diam menatap wajah Sagar. Ada sesuatu yang memb
“Berita duka kami sampaikan dikarenakan salah satu relawan yang dikirimkan ke kota terdampak gempa, meninggal dunia ketika bertugas. Nama ....”Bella tidak sanggup mendengarkan lanjutan dari pengumuman itu.“... James Tanu, usia 40 tahun. Mari kita berdoa agar ....”Bella tidak tahu harus merasa senang atau tidak. Ia bersyukur karena seseorang yang meninggal itu bukanlah orang yang ia kenal. Namun, di sisi lain, ia turut berduka cita atas kematian tersebut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan.“Ya ampun, sampai mengakibatkan korban jiwa. Semoga yang lainnya baik-baik saja,” doa Karin yang diaminkan oleh seluruh orang yang mendengarnya.'Dokter Jason, semoga kamu baik-baik saja di sana ....'Bella memegang dadanya dan berdoa dengan kesungguhan hatinya. Pria itu adalah pria yang baik, dia pasti rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan semua orang dan tidak mempedulikan dirinya. Bella takut terjadi apa-apa pada pria itu.“Ternyata pekerjaan sebagai
“Tunggu sebentar, biar kupanggilkan yang lainnya! Bertahanlah dulu!” seru Dokter Jason berusaha menenangkan anak kecil yang terjebak dalam reruntuhan itu.Dokter Jason pun berlari meninggalkan tempat itu untuk mencari bantuan dari orang-orang ahli. Ia tidak bisa jika harus mengangkat reruntuhan itu sendirian. “Tolong! Tolong aku!” teriak Dokter Jason saat melihat tim pencari yang sedang lewat. Napasnya terburu-buru karena lelah berlari. “Ada seseorang yang terjebak di reruntuhan!”Beberapa orang yang melihat itu pun langsung meminta Dokter Jason untuk menunjukkan jalan. Pria itu membawanya ke anak kecil yang malang itu. Suara lirih lagi-lagi terdengar dari sana. Orang-orang bergegas bersama-sama mencoba untuk membongkar kerangka bangunan yang sudah hancur tersebut demi bisa mengeluarkan korban.Akan tetapi, karena banyak benda-benda besar dan berat yang tertumpuk di sana, mereka memutuskan untuk menggunakan alat berat agar lebih mudah dan lebih cepat.“Nak, tunggu sebentar, ya! Kami
Tak terasa, akhirnya ambulans yang membawa Jason dan anak kecil itu pun sampai di tempat pengungsian. Beberapa tim medis yang ditugaskan untuk berjaga segera membantu Dokter Jason untuk membawa anak itu ke tenda kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.Mereka memperbaiki infus anak itu, memberikan tambahan darah karena ternyata anak itu juga hampir kehabisan darah. Berkat pertolongan pertama dari Dokter Jason, luka pada anak itu bisa diselamatkan, terutama di bagian kaki kanan anak itu yang memang patah. Jika Dokter Jason tidak melakukan pertolongan pertama, entah bagaimana parahnya nasib anak itu sekarang.Beberapa perawat dan dokter, termasuk Dokter Jason berfokus pada anak itu. Mereka berupaya keras demi menyelamatkan nyawa malaikat kecil itu. Hingga akhirnya tak terasa satu jam pun berlalu begitu saja. Pertolongan yang sudah mereka usahakan akhirnya membuahkan hasil dan anak itu sudah melewati masa kritisnya.Dokter Jason akhirnya bisa bernapas lega. Ia menyandarkan
Berita menggemparkan tiba-tiba saja tersebar ke seluruh wilayah. Sejak pagi, acara televisi yang membahas tentang artis dan gosip-gosip panas terus menayangkan berita yang sama. Tak hanya itu, berita itu pun menjadi bahan pembicaraan di berbagai macam jejaring sosial media.Semua orang yang berkumpul rata-rata pasti membicarakan hal itu. Bagaimana tidak? Laura Guan, artis papan atas yang baru saja naik daun itu, diberitakan tengah menjalin kasih dengan seorang direktur salah satu perusahaan yang bergerak di industri hiburan. Yang lebih parah lagi, ternyata direktur itu sudah memilik seorang istri.Foto-foto bukti perselingkuhan dan chat mesra tersebar di mana-mana. Semua orang langsung paham jika Laura yang dipuja-puja itu ternyata seorang pelakor. Padahal sebelumnya, ia dianggap sebagai artis yang baik dan punya nama bagus.Akan tetapi, begitu berita ini tersebar, hancur sudah gambaran itu pada diri Laura.“Arrghh! Kenapa sih beritanya bisa sampai tersebar?!”Prang! Brak!Laura mengg
Akhir-akhir ini, cuaca sering mendung, bahkan setiap hari hujan tidak pernah absen untuk turun. Penyakit yang paling sering muncul dalam musim-musim seperti ini salah satunya adalah demam berdarah. Sudah lebih seratus pasien yang baru saja masuk terjangkit penyakit tersebut, belum lagi pasien-pasien dengan penyakit lain yang datang berobat. Karena hal itulah, rumah sakit tampak lebih sibuk dari biasanya. Meski lelah, tetapi mereka tetap berusaha maksimal untuk melayani para pasien, serta berharap agar mereka cepat membaik.Bella yang berada di rumah sakit pun harus bekerja ekstra bersama dengan tiga orang rekannya yang lain. Karena jumlah pasien yang membludak, Bella pun tidak bisa pulang sesuai dengan jam pulang biasanya.'Gabriel, maafkan Mama karena tidak bisa segera pulang,' batin Bella dengan hati yang sendu.***“Gabrielll!! Tante pulaanngg!!”Naura yang baru saja kembali dari dinasnya itu melepaskan koper yang baru saja ia geret. Ia juga melepaskan sepatunya sembarangan. Tanga
Sagar bangkit dari tidurnya. “Hah? Memangnya apa yang terjadi dengan mereka, Leon?”“Sagar …,” suara sepupu Sagar, Leon, terdengar bergetar, “... mereka berdua sedang berlibur, lalu … lalu aku dengar jika di kota itu terjadi gempa dan tsunami. Aku berusaha untuk menghubungi mereka, tapi … tapi … aku sama sekali tidak mendapatkan jawaban!”Sagar terdiam mendengar cerita Leon kepadanya. Ia ingat keponakannya yang masih kecil itu baru saja masuk sekolah dasar tahun ini. Lalu, sekarang ia justru mendengar jika anak itu beserta ibunya menghilang.“Apa … apa kamu bisa membantuku, Sagar? Aku sudah putus asa mencari mereka. Aku sangat takut kehilangan mereka berdua.”Sagar mencengkeram ponselnya. Meski ia tidak bisa melihat wajah Leon, ia bisa tahu seberapa besar rasa takut yang dirasakan oleh Leon. Ia juga bisa menyadari seberapa besar rasa cinta Leon pada anak dan istrinya itu.“Tunggu … apa mereka termasuk korban gempa dan tsunami beberapa hari yang lalu itu?” tanya Sagar saat ia menyadari
Hampir selama 30 menit lamanya mereka mencoba untuk menangani pasien wanita tanpa nama itu. Sudah berbagai cara mereka upayakan. Namun sayangnya, nyawa wanita itu tidak bisa terselamatkan.Kekesalan dan rasa sedih penuh duka menyelimuti para petugas kesehatan. Lagi-lagi mereka tidak bisa menyelamatkan satu nyawa korban bencana alam karena kurangnya alat kesehatan dan obat-obatan lain.“Permisi ....”Seseorang datang memasuki ruang perawatan darurat itu. Seorang perawat segera mendatangi petugas SAR tersebut.“Ada yang bisa saya bantu?” tanya perawat itu.Petugas itu menyodorkan sebuah kartu identitas. “Ini ada kartu identitas milik salah satu korban yang saya bawa ke sini kemarin sore. Saya lupa tidak segera memberikannya dan terbawa dengan saya sampai ke tempat kerja. Apa kalian bisa memberikan ini kepadanya?”Perawat itu mengamati kartu nama yang sudah ada di tangannya itu. Wajahnya tampak asing dan familiar di saat yang sama. Ia mencoba untuk mengingat-ingat pasien wanita mana saja