"He'em..." Aurel memberikan deheman agar Nicho menyadari akan kehadiran dirinya.
"Eh iya Rel ada apa?."
Aurel bergetar mendengar Nicho tang menyebutkannya namanya. Hati Aurel? Jangan di tanya, sudah pasti bahagia.
"Heum... Aku... Aku mau ngasih ini buat kamu," tanpa pikir panjang lagi Aurel langsung menyodorkan sebuah coklat batangan itu di depan Nicho.
Nicho menatap heran kearah Aurel.
"Coklat? Buat apa?" tanya Nicho membuat Aurel bingung mencarikan alasan yang pas agar Nicho bisa menerima coklat pemberiannya itu.
"Heum... Buat... Nggak ada apa-apa sih cuma pengen ngasih coklat ajah." Aurel tak memiliki alasan yang tepat untuk itu.
Nicho menatap aneh dengan Aurel, kenapa ia tiba-tiba memeberikan coklat?
Di sisi lain Nicho memiliki rencana lain dengan coklat itu. "Coklat? Lumayan juga."
"Oh yaudah aku terima ya? Thanks!" Aurel tak percaya melihat Nicho yang menerima coklat itu, seperti mimpi rasanya.
"Ha seriusan?" Aurel masih tak percaya itu, hingga akhirnya Nicho mengaggukan kepalanya.
"Iya yaudah mana sini coklatnya." Nicho meminta coklat itu dari tangan Aurel.
Aurel terkekeh. "Hehehe iya lupa." Aurel langsung memberikan coklat itu dengan perasaan penuh bahagia.
"Kalo gitu aku pergi dulu ya?." Nicho mengaggukan kepalanya.
"Iya."
Aurel membalikkan badannya dan langsung menuju ke bangkunya dengan perasaan yang tak bisa di tanya lagi.
"Mimpi apaan tadi semalam... Nicho memberikan peluang di dalam hatinya buat aku?" Aurel memejamkan matanya karena ia begitu bahagia saat ini.
"Gimana Rel? Berhasil nggak?" Melly begitu penasaran dengan hasilnya itu, dan ternyata...
"Berhasil Mel, aku seneng banget." Amel sempat tak percaya dengan semuanya, ternyata rencana yang ia susun berhasil.
"Ha? Yey... Akhirnya beres juga kan, sekarang kita pokus untuk mendapatkan hatinya Nicho buat kamu," ujar Melly karena memang tujuan dari awal rencana ini hanya untuk mengetahui apakah masih ada peluang atau tidak.
"Itu benar sekali," Aurel langsung memeluk tubuh Melly.
"Oh iya sekarang aku mau nelpon Ella dan memberitahukan kalo rencana kita berhasil, dia juga ikut dalam rencana ini Rel." Mendengar itu Aurel hanya mengernyitkan keningnya.
"Ella juga ikut dalam rencana ini? Tapi dimana dia?" tanya Aurel tak melihat keberadaan Ella di sekitar mereka.
"Oh iya tunggu sebentar." Melly langsung mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Ella.
"Hallo La? Semuanya udah beres jadi kamu Kembali ke sini ya?."
"Berhasil Mel? Oke-oke aku kesana sekarang." Melly langsung mematikan teleponnya itu.
"Lihat ajah deh, bentar lagi tuh si Oliv dan Ella akan masuk kedalam kelas." Aurel melihat ke arah pintu kelas dan ternyata benar.
"Oliv? Kok bisa bener sih kata Melly?" Gumam Aurel dalam hati.
Tak lama juga Ella juga ikut masuk kedalam kelas. "Ella juga masuk," gumam Aurel dalam hati sangat bingung.
"Aurel, aku denger-denger tadi rencananya berhasil ya? Aku seneng banget dengernya."
Ella langsung memeluk tubuh Aurel, Aurel juga sangat bingung dengan ini semua, sebenarnya apalagi yang di rencanakan sama Melly dan Ella yang tidak di ketahui oleh Aurel?
"Tunggu-tunggu kalian itu sebenarnya merencanakan apalagi sih? Kok aku jadi bingung ya?" tanya Aurel menatap kedua sahabatnya.
"Jadi gini Rel, sebenarnya kita itu melalaikan rencana ini sudah kita susun beberapa hari yang lalu," jelas Melly.
"Iya Rel, aku di sini buat mengalihkan Oliv biar bisa menjauh dari Nicho, yang tadi Oliv pergi keluar karena ada telepon, itu sebenarnya aku yang nelpon dia buat mengalihkan dia."
"Apa? Yang benar ajah kamu La? Terus nanti kalo ketahuan sama Oliv kalo itu kamu gimana?" tanya Aurel.
"Kamu tenang ajah jadi gini ceritanya." Ella mulai menceritakan kejadian tadi saat ia berangkat sekolah.
Flashback on...
Ella berjalan menuju sebuah konter handpone untuk membeli nomor baru agar rencananya bisa berjalan lancar.
Sesudahnya ia beli nomor baru, ia langsung memasangnya di dalam handphone miliknya, Setelah ia langsung pergi ke sekolah.
Ella tidak langsung masuk kedalam kelas, melainkan menuju ke kelas IPS, yang dimana di sana ada teman Ella.
"Eh, lu mau bantuin gue nggak? Tugas lu cuma ngomong doang, entar gue traktir deh." Ella berusaha merayu Daniel teman laki-lakinya.
"Boleh, asalkan ada imbalannya gue mau lah." Ella Tersenyum.
"Bagus, nanti gue traktir di jam istirahat ya?" Daniel mengaggukan kepalanya.
Setelah itu Ella mendapatkan telepon dari Melly dan di suruh untuk memulai rencananya itu.
Dan di situlah Daniel mulai beraksi dengan menunjukkan suaranya dan sedangkan Ella membisikkan sesuatu di telinga Daniel.
Ella membuat bahwa Daniel adalah seseorang penagih hutang yang kerjaannya marah-marah agar telepon mereka tidak cepat berakhir.
Dan di situlah mereka adu mulut bersama, hingga akhirnya Ella mendapatkan telepon dari Melly bahwa semuanya berjalan dengan lancar.
Hingga akhirnya Ella memutuskan untuk memberhentikan semuanya dan mengakhirinya.
"Udah Dan, makasih banyak ya?" Ujar Ella.
"Iya masama, jangan lupa traktirannya." Teriakan Daniel membuat Ella mengacungkan ibu jarinya.
Ia berjalan keluar dari kelas itu, dan membuang kartu nomor handphone yang tadi ia beli tadi di tong sampah di depan kelas IPS.
Flashback off...
"Jadi kayak gitu Ceritanya Rel," ujar Ella dan membuat Aurel tak pernah membayangkannya ternyata dengan cara ia ingi mendapatkan cinta Nicho ada sahabatnya yang begitu kerja keras di baliknya.
"Ya ampun, demi aku, kalian sampai melakukan ini... Aku jadi nggak enak tau," ujar Aurel.
Melly menggelengkan kepalanya. "Tenang ajah jangan gitu, kita kan sahabat, sudah seharusnya kita saling membantu iya kan La?" Melly menatap kearah Ella.
Ella mengaggukan kepalanya. "Iya Rel nggak papa, lagian kenapa juga? Nggak papa lah."
Aurel bahkan berkaca-kaca mendengar itu dan mengingat bagaimana susahnya sahabatnya itu melakukan semua ini.
"Terimakasih banyak ya." Aurel langsung memeluk kedua sahabatnya itu sekaligus.
Di sisi lain Nicho melihat kekasihnya yang sedang kesal itu, membuatnya memunculkan beberapa pertanyaan di kepalanya.
"Kami kenapa beib? Ada apa? Siapa yang nelpon kamu tadi?" tanya Nicho.
"Aku itu sebel banget hari ini, ada orang yang aku sendiri nggak kenal dia mengaku jadi rentenir mau nagih hutang sama aku, pakai marah-marah segala lagi."
Nicho mengernyitkan dahinya. "Memangnya kamu punya hutang beib?."
"Ish... Ya enggak lah kan aku udah bilang tadi kalo nomor itu nyasar." Nicho hanya Tertawa.
"Udah-udah jangan marah-marah kayak gitu lah, nih aku ada sesuatu buat kamu." Nicho memberikan sebuah coklat yang tadi di kasih Aurel kepadanya.
Mata Oliv membulat sempurna. "Ha? Coklat... Aku suka banget sama coklat." Oliv mengambil coklat itu.
"Makasih banyak beib... Kamu baik banget deh..." Oliv mencubit pipi Nicho dan membuat hati Nicho semakin berbunga-bunga.
"Sama-sama yaudah aku bukain dulu ya?" Nicho membuka bungkus coklat itu dan langsung mengusapkan sepotong coklat itu di dalam mulut Oliv.
"Gimana enak?."
"Iya enak kok, makasih banyak beib." Oliv langsung memeluk tubuh Nicho bahagia.
Bersambung...
"Jadi gimana rencana selanjutnya biar Aurel bisa bersama Nicho?" tanya Ella, ia sudah menanti Beberapa cara dari Melly.Ella akui dirinya tidak sepandai Melly jika membuat suatu rencana, Ella hanya menjalankannya saja."Sebentar aku lagi mikir ini."Melly memilih posisi yang enak dengan cara duduk tegap dan meminum es cappucino yang ia beli tadi."Gimana kalo kita buat ajah mereka bertemu?" tanya Melly membuat Ella mengernyitkan dahinya."Lalu? Kalo mereka udah ketemu mau ngapain?" tanya Ella balik."Heum gimana kala....-"Hai semua," ucapan Melly terpotong karena ada keberadaan Aurel yang baru saja datang."Eh... Aurel darimana ajah sih? Lama bener datangnya," ujar Ella melihat wajah Aurel penuh dengan keberanian."Aku habis dari taman sebentar," balas Aurel dan membuat mereka semua terkejut."Ngapain?.""Ya nggak ada apa-apa sih cuma pengen lihat-lihat bunga-bunga yang ada di sekolah ini, pengen cuc
"Beib..." Oliv mengelus lengan sang pacar dengan penuh manja."Iya Beib, ada apa?" tanya Nicho di samping Oliv."Aku mau ngomongin sesuatu masalah Mamah," jelas Oliv sedikit menunduk.Hal itu membuat Nicho menjadi sangat prihatin dengan sang pacarnya itu."Iya ada apa sama mamah kamu Beib..." Nicho menciumi tangan Oliv dengan penuh kasih sayang."Duh... Ngapain sih pakai acara nyium tangan aku kayak gini," ujar Oliv dalam hati."Eh... Heum itu mamah aku kan kalo nyuci baju tangannya sering sakit, aku jadi nggak tega lihatnya sampai tangannya merah-merah gitu."Nicho masih menyimak cerita Oliv itu, "Jadi aku mau membelikan hadiah mesin cuci buat mamah aku... Tapi ya gitu..."Oliv memberhentikan ucapannya dan membuat Nicho mengernyitkan dahinya. "Tapi gimana?" tanya Nicho yang sangat ingin kelanjutan dari cerita itu yang belum habis.Oliv menatap ke arah Nicho, "Tapi uang aku kurang beib..."Nicho pun tersenyum mani
"Nicho..."Teriakan keras dari lantai bawah bisa terdengar dari kamar Nicho yang ada di lantai dua."Papah? Kenapa teriak-teriak sih?" Nicho berjalan menuju ke lantai bawah."Ada apa sih Pah? Pakai teriak-teriak," ujar Nicho menghampiri papahnya yang sedang berdiri tepat di samping anak tangga."Ini kenapa kartu kredit kamu kok bisa habis sebanyak ini? Kamu gunakan beli apa? Papah nggak pernah lihat kamu beli apa-apa tapi kok bisa habis sebanyak ini?" tanya papah Surya."Ya ampun... Gitu doang pakai marah-marah, tunggu Nicho jelaskan dulu."Nicho berusaha meredakan emosi yang ada di dalam diri papahnya."Jadi gini... Pah kemarin pacar Nicho cerita sama Nicho, kalo mamahnya itu kalo nyuci tangannya sering tangannya sakit."Nicho mulai menjelaskan."Jadi... Nicho berinisiatif untuk membelikan mesin cuci buat mamahnya, kasihan dia Pah, kalo nyuci tangannya sering merah-merah gitu," sambung Nicho."Apa?...
Aurel berjalan di koridor sekolahnya, ia melihat ke sekelilingnya. "Kok masih sepi ya?."Aurel bingung melihat sekolah yang terlihat sepi, dan tidak seperti biasanya," gumam Aurel dan memilih untuk melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Pantesan ajah masih jam segini pasti semua masih belum datang," ujar Aurel dalam hati.Ia dengan senang hati, pagi yang sangat indah seperti ini membuat Aurel begitu semangat berjalan menuju ke kelasnya."Tuh kan... Ternyata di dalam kelas udah ada orang juga," ujar Aurel dalam hati dan memilih duduk di bangkunya.Ia melihat hanya ada Bastian dan Iqbal di sana, sedangkan Aurel tak melihat ada Nicho di antara mereka."Kami ini gimana sih Rel... Kan Nicho udah punya pacar baru, ya jelas dong dia sama pacar barunya itu."Aurel hanya tersenyum remeh ke arahnya, "Kenapa aku bisa lupa kayak gini ya?.""Bas? Bal? Kalian kok udah nggak bareng lagi sama Nicho, kenapa?."Aurel han
"Gimana ini? Kenapa Melly malah menyatukan aku satu kelompok sama Nicho? Sedangkan dia nggak ikut gabung," ujar Aurel dalam hati."Rel... Kamu kenapa sih?" tanya Ella menyenggol lengan Aurel yang sejak tadi melamun."Aku kesel sama Melly, dia yang nulis nama kelompok buat aku sama Nicho, tapi kenapa dia nggak ikut juga sih dalam satu kelompok kita?" tanya Aurel.Ella menggelengkan kepalanya. "Kamu salah Rel, justru kita di satukan sama Melly, kamu, aku, Nicho dan Kevin, karena ada tujuan tertentu."Aurel mengernyitkan dahinya."Tujuan tertentu apa?" tanya Aurel."Iya, kamu lihat ajah nanti, Melly sengaja tidak ikut masuk kedalam kelompok kita, tetapi dia satu kelompok dengan Oliv, kamu lihat saja reaksi Oliv kalo sama Melly."Aurel hanya mengaggukan kepalanya saja. "Tapi, ngomong-ngomong kita mau ngerjain tugas dari Bu Maria dimana?" tanya Aurel."Di rumah kamu ajah Rel, sekalian tuh si Nicho biar bisa tau mamah kamu ya kan?" E
"Beib... Aku anterin pulang dong," Oliv mengelus pundak Nicho dengan penuh kelembutan tetapi ada maunya juga."Eh Beib? Kok kamu mau pulang sih? Bukannya kamu masih mau di sini ya? Kan kamu ada tugas kelompok dari Bu Maria, kamu lupa ya?" tanya Nicho membuat Oliv menggelengkan kepalanya."Ish... Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, nanti kalo si Melly denger gimana?" tanya Oliv.Oliv tidak mau jika sampai Melly mendengarkannya, karena Oliv sendiri malas sekali harus kerja kelompok di sini bersama Melly juga."Emangnya kenapa beib? Aku nggak salah kan ngomong kayak gini? Emang kamu ada kerja kelompok hari ini di sekolah."Oliv mengaggukan kepalanya. "Iya Beib, tapi aku nggak mau, aku mau ikut sama kamu ajah boleh kan?" tanya Oliv dengan tatapan memohon.Sehingga Nicho sendiri pun tak bisa menolak itu. "Yaudah iya ayo, kamu pulang sama aku."Oliv dengan perasaan girangnya langsung menggandeng tangan sang kekasih itu dan berjalan menelusur
Aurel melihat Nicho yang masih saja membernarkan lukxian yang sudah mereka gambar bersama-sama tadi.Iya benar, tadi mereka melukis bersama-sama jika tidak begitu maka Ella bisa-bisa marah."Eh Nich... Ini kurang rapi nih," Ella menunjuk bagian yang masih belum rapi.Nicho pun menghela nafasnya panjang, "Iya-iya sabar dikit kenapa sih."Ella membolakan matanya, "Di kasih tau malah kayak gitu," ujar Ella yang sedari tadi merasa begitu kesal."Udah diem lah, kamu nggak tau apa aku lagi melukis nih, mau dirapiin salah, nggak dirapiin juga salah, mau kamu apaan sih La?" tanya Nicho."Eh sudah-sudah, ngapain jadi ribut kayak gini sih?" tanya Aurel memberhentikan aksi mereka yang sejak tadi hanya ribut saja.Ella membolakan matanya. "Untung kamu temen aku, kalo enggak, udah kelar hidupmu," ujar Ella sedikit mengancam."Nggak takut.""Udah lah... Jangan ribut nih, nanti malah nggak selesai-selesai," Kevin pun akhirnya angkat bi
"Hallo Ram? Nanti malam kita ke club ya? Kita seneng-seneng di sana."Nicho sedang asik menelpon Rama, "Oh.. oke, sejak kapan kamu main ke club lagi? Bukannya bokap kamu nggak ngasih ijin ya?" tanya Rama."Halah Udahlah ngapain juga kau ngurusin dia, kepala aku hampir mau pecah tau ngelihat dia ngomel Mulu di rumah."Rama hanya terkekeh keras mendengar itu, Nicho hanya mengerutkan keningnya."Ada apa kamu? Kenapa malah tertawa?" tanya Nicho heran."Nggak papa lah bro, jadi gimana jadi nggak?" tanya Rama memastikan."Eh.. jadi dong," balas Nicho."Bagus... Bagus..." Rama sangat senang jika Nicho kembali ikut bersamanya, mereka nanti malam akan bersenang-senang bersama teman-teman mereka yang lain."Oh iya ngomong-ngomong kamu bawa siapa nanti ke club? Bawa cewek kan?" tanya Rama.Nicho menggaruk keningnya. "Heum... Enggak deh, gue kasihan sama cewek aku, dia anak baik-baik, kalo sampai aku bawa ke sana bisa-bisa habis pac
"Pah.." panggil Nicho mengejar papahnya yang baru saja masuk kedalam ruang meja makan.Nicho hanya mengerutkan keningnya saja melihat tingkah papahnya yang meninggalkan dirinya dan Oliv yang masih berada di ruang tamu.Seingat Nicho jika ada tamu, seharusnya papahnya menyambutnya dan memperlakukan tamu itu dengan istimewa, tetapi kenapa sekarang papahnya malah berubah total seperti ini?"Nicho? Kamu ngapain ada di sini? Bukannya kamu di luar masih ada pacar kamu itu?" tanya papah Surya.Nicho mengaggukan kepalanya. "Iya maka dari itu aku datang ke sini, papah ngapain malah di sini sih? Bukannya di depan sama Oliv dan Nicho?" tanya Nicho.Papah Surya menggelengkan kepalanya. "Ya papah harus ngapain kalo di luar? Kan itu pacar kamu, kan yang terpenting ada kamu kan? Lagian pacar kamu ke sini mau ketemu kamu bukannya sama papah," balas papah Surya."Iya pah... Tapi setidaknya papah temui Oliv sebentar, ngobrol apa kek gitu, nggak punya hati sed
Aurel berjalan menuju ke kelasnya, sebentar lagi jam pelajaran akan segera di mulai, sedangkan dirinya masih belum masuk ke dalam kelas.Ini akibat dirinya terlaku banyak makan sambal tadi pagi waktu sarapan, sehingga membuat perut Aurel menjadi mules setiap kali ia ingin masuk ke dalam kelas."Rel? Tumben kamu baru datang?" tanya Melly melihat Aurel seperti sedang tidak baik-baik saja."Iya ini... Perut aku mules banget Mel," balas Aurel masih memegangi perutnya yang masih merasa mules."Kamu kenapa? Habis makan apa tadi?" tanya Ella begitu khawatir."Nggak tau nih, mungkin gara-gara aku kebanyakan makan sambel deh kayaknya tadi pagi," balas Jessy."Iya mungkin gara-gara itu perut kamu jadi sakit Rel, udahlah duduk ajah dulu sini," Melly membantu Aurel duduk di tempatnya.Tak membutuhkan waktu lama, guru pun datang, saatnya pelajaran Bu Siska dia adalah guru PPKN.Jam pertama diisi oleh Bu Siska jadi otomatis Bu Siska juga yan
Mata Nicho yang tadinya susah untuk dibuka, kini ia bisa membuka matanya secara perlahan.Pertama-tama yang dirasakan oleh Nicho adalah aura dingin dan aroma khas seperti kamarnya.Di saat Nicho secara perlahan membuka sedikit lebar matanya, ia melihat atap ruangan itu seperti di kamarnya."Aku dimana?."Nicho masih belum bisa melihat jelas dimana dirinya saat ini berada, kepalanya sangat pusing, bahkan matanya saja masih belum bisa melihat dengan sempurna.Nicho mendengar seperti ada suara langkah kaki yang mendekat kearahnya.Nicho masih melihat ke arah orang itu, tetapi ia tak bisa melihat jelas siapa dia, yang jelas orang itu berjalan semakin dekat."Siapa kamu?" tanya Nicho dengan mata yang masih setengah sadar.Sehingga akhirnya kejadian yang tak pernah di duga oleh Nicho kini terjadi.Plak!Plak!Dua tamparan panas mengenai pipi Nicho, Nicho masih belum bisa melihat orang itu."Siapa kamu?" te
"Hallo Ram? Nanti malam kita ke club ya? Kita seneng-seneng di sana."Nicho sedang asik menelpon Rama, "Oh.. oke, sejak kapan kamu main ke club lagi? Bukannya bokap kamu nggak ngasih ijin ya?" tanya Rama."Halah Udahlah ngapain juga kau ngurusin dia, kepala aku hampir mau pecah tau ngelihat dia ngomel Mulu di rumah."Rama hanya terkekeh keras mendengar itu, Nicho hanya mengerutkan keningnya."Ada apa kamu? Kenapa malah tertawa?" tanya Nicho heran."Nggak papa lah bro, jadi gimana jadi nggak?" tanya Rama memastikan."Eh.. jadi dong," balas Nicho."Bagus... Bagus..." Rama sangat senang jika Nicho kembali ikut bersamanya, mereka nanti malam akan bersenang-senang bersama teman-teman mereka yang lain."Oh iya ngomong-ngomong kamu bawa siapa nanti ke club? Bawa cewek kan?" tanya Rama.Nicho menggaruk keningnya. "Heum... Enggak deh, gue kasihan sama cewek aku, dia anak baik-baik, kalo sampai aku bawa ke sana bisa-bisa habis pac
Aurel melihat Nicho yang masih saja membernarkan lukxian yang sudah mereka gambar bersama-sama tadi.Iya benar, tadi mereka melukis bersama-sama jika tidak begitu maka Ella bisa-bisa marah."Eh Nich... Ini kurang rapi nih," Ella menunjuk bagian yang masih belum rapi.Nicho pun menghela nafasnya panjang, "Iya-iya sabar dikit kenapa sih."Ella membolakan matanya, "Di kasih tau malah kayak gitu," ujar Ella yang sedari tadi merasa begitu kesal."Udah diem lah, kamu nggak tau apa aku lagi melukis nih, mau dirapiin salah, nggak dirapiin juga salah, mau kamu apaan sih La?" tanya Nicho."Eh sudah-sudah, ngapain jadi ribut kayak gini sih?" tanya Aurel memberhentikan aksi mereka yang sejak tadi hanya ribut saja.Ella membolakan matanya. "Untung kamu temen aku, kalo enggak, udah kelar hidupmu," ujar Ella sedikit mengancam."Nggak takut.""Udah lah... Jangan ribut nih, nanti malah nggak selesai-selesai," Kevin pun akhirnya angkat bi
"Beib... Aku anterin pulang dong," Oliv mengelus pundak Nicho dengan penuh kelembutan tetapi ada maunya juga."Eh Beib? Kok kamu mau pulang sih? Bukannya kamu masih mau di sini ya? Kan kamu ada tugas kelompok dari Bu Maria, kamu lupa ya?" tanya Nicho membuat Oliv menggelengkan kepalanya."Ish... Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, nanti kalo si Melly denger gimana?" tanya Oliv.Oliv tidak mau jika sampai Melly mendengarkannya, karena Oliv sendiri malas sekali harus kerja kelompok di sini bersama Melly juga."Emangnya kenapa beib? Aku nggak salah kan ngomong kayak gini? Emang kamu ada kerja kelompok hari ini di sekolah."Oliv mengaggukan kepalanya. "Iya Beib, tapi aku nggak mau, aku mau ikut sama kamu ajah boleh kan?" tanya Oliv dengan tatapan memohon.Sehingga Nicho sendiri pun tak bisa menolak itu. "Yaudah iya ayo, kamu pulang sama aku."Oliv dengan perasaan girangnya langsung menggandeng tangan sang kekasih itu dan berjalan menelusur
"Gimana ini? Kenapa Melly malah menyatukan aku satu kelompok sama Nicho? Sedangkan dia nggak ikut gabung," ujar Aurel dalam hati."Rel... Kamu kenapa sih?" tanya Ella menyenggol lengan Aurel yang sejak tadi melamun."Aku kesel sama Melly, dia yang nulis nama kelompok buat aku sama Nicho, tapi kenapa dia nggak ikut juga sih dalam satu kelompok kita?" tanya Aurel.Ella menggelengkan kepalanya. "Kamu salah Rel, justru kita di satukan sama Melly, kamu, aku, Nicho dan Kevin, karena ada tujuan tertentu."Aurel mengernyitkan dahinya."Tujuan tertentu apa?" tanya Aurel."Iya, kamu lihat ajah nanti, Melly sengaja tidak ikut masuk kedalam kelompok kita, tetapi dia satu kelompok dengan Oliv, kamu lihat saja reaksi Oliv kalo sama Melly."Aurel hanya mengaggukan kepalanya saja. "Tapi, ngomong-ngomong kita mau ngerjain tugas dari Bu Maria dimana?" tanya Aurel."Di rumah kamu ajah Rel, sekalian tuh si Nicho biar bisa tau mamah kamu ya kan?" E
Aurel berjalan di koridor sekolahnya, ia melihat ke sekelilingnya. "Kok masih sepi ya?."Aurel bingung melihat sekolah yang terlihat sepi, dan tidak seperti biasanya," gumam Aurel dan memilih untuk melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Pantesan ajah masih jam segini pasti semua masih belum datang," ujar Aurel dalam hati.Ia dengan senang hati, pagi yang sangat indah seperti ini membuat Aurel begitu semangat berjalan menuju ke kelasnya."Tuh kan... Ternyata di dalam kelas udah ada orang juga," ujar Aurel dalam hati dan memilih duduk di bangkunya.Ia melihat hanya ada Bastian dan Iqbal di sana, sedangkan Aurel tak melihat ada Nicho di antara mereka."Kami ini gimana sih Rel... Kan Nicho udah punya pacar baru, ya jelas dong dia sama pacar barunya itu."Aurel hanya tersenyum remeh ke arahnya, "Kenapa aku bisa lupa kayak gini ya?.""Bas? Bal? Kalian kok udah nggak bareng lagi sama Nicho, kenapa?."Aurel han
"Nicho..."Teriakan keras dari lantai bawah bisa terdengar dari kamar Nicho yang ada di lantai dua."Papah? Kenapa teriak-teriak sih?" Nicho berjalan menuju ke lantai bawah."Ada apa sih Pah? Pakai teriak-teriak," ujar Nicho menghampiri papahnya yang sedang berdiri tepat di samping anak tangga."Ini kenapa kartu kredit kamu kok bisa habis sebanyak ini? Kamu gunakan beli apa? Papah nggak pernah lihat kamu beli apa-apa tapi kok bisa habis sebanyak ini?" tanya papah Surya."Ya ampun... Gitu doang pakai marah-marah, tunggu Nicho jelaskan dulu."Nicho berusaha meredakan emosi yang ada di dalam diri papahnya."Jadi gini... Pah kemarin pacar Nicho cerita sama Nicho, kalo mamahnya itu kalo nyuci tangannya sering tangannya sakit."Nicho mulai menjelaskan."Jadi... Nicho berinisiatif untuk membelikan mesin cuci buat mamahnya, kasihan dia Pah, kalo nyuci tangannya sering merah-merah gitu," sambung Nicho."Apa?...