Aurel berjalan dengan sedikit lemas di koridor sekolah, pagi yang sangat buruk baginya, entah mengapa kepalanya sangat pusing hari ini.
Rasa semangat Aurel pun tak tercurah sedikit pun di wajah Aurel. "Duh... Sakit banget kepala aku."
Aurel berjalan sambil memegangi kepalanya.
Aurel duduk di mejanya, melihat seisi kelas ternyata masih sepi, jadi Aurel menggunakan kesempatan ini tidur sebentar.
Tadi malam terlalu banyak tugas jadi membuat Aurel begadang, dan biasanya Aurel mengerjakan tugas di siang hari namun kemarin tidak bisa, karena ada teman-teman arisan Bundanya datang ke rumah
"Aurel? Rel..."
Seseorang datang sambil menggoyangkan tubuh Aurel yang baru saja terlelap dalam tidurnya.
Aurel membuka kembali matanya dan ternyata itu adalah Melly.
"Eh... Iya Mel ada apa?" tanya Aurel sambil mengucek matanya itu.
Melly tersenyum. "Gue bawain lu sesuatu nih." Melly memeberikan sesuatu kepada Aurel.
"Apaan nih?" Aurel membuka bingkisan dari Melly itu yang terbungkus paper bag.
Aurel mengeluarkan isi dari dalam itu, dan ternyata...
"Coklat? Buat apa?" tanya Aurel dalam hati kebingungan.
"Ya itu adalah salah satu bagian biar lu bisa mengambil hatinya si Nicho itu," balas Melly.
Namun Aurel sangat bingung. "Tapi kok Sama coklat? Apa hubungannya dia sama coklat?."
Melly membolakan matanya. "Jadi kamu sama sekali nggak tau jika orang sedang jatuh cinta, rata-rata orang itu menggunakan coklat untuk mendapatkan hatinya dia."
Aurel masih bingung. "Maaf Mel, aku nggak paham, tapi mau diapain coklat ini?" tanya Aurel membolak-balik coklat batangan itu yang sudah di hiasi oleh sebuah pita.
"Udahlah kamu coba ajah dulu, coba kamu kasih ke Nicho, siapa tau dia mau menerima coklat itu."
"Apa...?"
Melly mengaggukan kepalanya. "Iya coba kau kasih coklat itu sama Nicho, kalo dia menerima coklat itu, berarti dia masih memberikan peluang buat kamu untuk mendapatkan hatinya kembali."
Apa ini? Apakah Aurel tidak salah dengar? Melly menyuruhnya untuk memberikan coklat itu kepada Nicho? Hanya untuk mengetahui Nicho masih memberikan peluang untuknya atau tidak.
"Ta-tapi Mel... Apakah ini perlu?."
Melly mengaggukan kepalanya, "Iya Rel itu sangat perlu, Karena kita juga butuh kepastian apakah masih ada tempat di hatinya Nicho buat kamu atau tidak."
Aurel mengaggukan kepalanya saja. "Ta-tapi gimana aku memberikan coklat ini sama Nicho? Apakah dia mau menerima coklat ini atau tidak?."
"Kalo itu kamu harus menyerahkan semuanya sama Nicho, di terima apa enggak itu tergantung dia."
"Dan satu lagi kalo kamu mau ngasih ini sama dia, pastikan nggak ada Oliv, kalo sampai ada Oliv, bisa kacau semuanya."
Aurel mengangguk-angguk kepalanya seakan-akan paham dengan yang dikatakan oleh Melly.
"Kalo dia nanya coklat ini buat apa aku jawab apa Mel?." Melly memutarkan bola matanya.
"Tak kan mungkin kamu nggak bisa cari alasan sendiri Rel."
"Oh... Iya-iya." Aurel hanya mengatakan iya saja padahal di dalam hatinya masih belum yakin bahwa ia bisa melakukan itu.
Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Tapi yaudahlah demi mendapatkan cinta dari Nicho, Aurel rela melakukan apapun itu.
"Beib, ayo naik kita berangkat ke sekolah sekarang juga." Nicho berhenti di depan rumah sang pacar dengan motor sport miliknya.
Dari awal Nicho sudah tau bahwa Oliv berasal dari keluarga yang sederhana, Ayahnya hanya sebagai buruh pabrik saja, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga.
Tetapi hal itu sama sekali tidak melonggarkan cinta Nicho kepada Oliv, asalkan Oliv bisa mencintainya setulus hati, maka Nicho akan selalu menjaga dan setia kepadanya.
"Iya ayo." Oliv baru saja siap dengan semuanya jadi saatnya ia berangkat ke sekolah bersama pacarnya, semenjak ia jadian sama Nicho.
Sejak itu lah Oliv bisa menghemat uang jajannya yang biasanya ia pergi dan pulang dari sekolah menggunakan angkutan umum, kini ia harus di antar oleh Nicho sang kekasih.
"Gimana udah?" Oliv langsung memeluk tubuh Nicho dari tempat duduknya yang berada di jok belakang motor.
"Iya udah." Nicho langsung melajukan motornya menuju ke sekolahnya.
Di perjalanan mereka penuh dengan bercandaan, sehingga waktu tak terasa mereka sampai di sekolahnya.
Di parkiran belakang sekolah di sana sudah ada Iqbal dan Bastian, biasalah mereka sebelum bel masuk mereka akan nongkrong di parkiran.
Biasanya mereka bersama Nicho juga tetapi semenjak Nicho kenal dengan Oliv begitu banyak perubahan di dalam diri Nicho.
"Eh Nich... Sini kita nongkrong bareng," ajak Iqbal melambaikan tangannya, ia pikir siapa tau Nicho sudah berubah pikiran.
"Eh iya Bal." Nicho mau berjalan menuju ke arah teman-temannya namun tangan Nicho sudah di genggam oleh Oliv.
Sehingga langkah Nicho terhenti melihat pacarnya yang tiba-tiba menggandeng tangannya.
"Beib... Kamu mau kemana? Kan kita mau ke kelas bareng-bareng." Oliv menyenderkan kepalanya di bahu Nicho sedikit manja.
"Oh iya Beib... Aku lupa," balas Nicho sedikit kekehan dan senyuman dari bibirnya.
"Bal, Bas, lain kali ajah ya aku sama kalian, sekarang aku mau ke kelas bareng sama Oliv," ujar Nicho beralih kearah dua sahabatnya.
"Oh... Iya nggak papa," balas Bastian.
"Sudah gue duga pasti dia nggak bisa, dia kan lebih mementingkan pagarnya daripada sahabatnya sendiri.," Gumam Bastian dalam hati.
"Oh iya Bas, Bal, kota ke kelas dulu ya, maaf Nicho nya aku bawa dulu ya?" tanya Oliv menggandeng tangan Nicho.
"Iya Liv nggak papa bawa ajah," balas Iqbal.
Mereka pun memilih untuk berjalan menuju ke kelas bersamaan, sesampainya di dalam kelas, seperti biasanya Nicho memilih untuk berjalan menuju ke mejanya Oliv terlebih dahulu.
Biasalah mereka saling bercanda dan membincangkan sesuatu.
"Rel? Gimana kamu udah siap kan?" tanya Melly menatap kearah Aurel yang masih melihat kearah Nicho dan Oliv.
"Siap gimana Mel? Orang masih ada Oliv di situ." Aurel bisa melihat jelas itu Nicho masih di mejanya Oliv, dan Aurel melihat sepertinya Nicho sangat dekat dengan Oliv.
"Halah gampang itu mah... Yang penting kamu siap kan?" tanya Melly dan membuat Aurel mengaggukan kepalanya.
"Iya aku mah udah siap dari tadi, tapi gimana caranya aku ngasih coklat itu sama Nicho?" Aurel melihat sepertinya Melly mengeluarkan Handphonenya dari dalam sakunya.
Apa yang dia lakukan?
"Hallo La? Semuanya udah siap, saatnya beraksi." Terlihat Melly menelpon seseorang dari seberang telpon.
"Oke... Semuanya udah beres, aku mulai sekarang ya?" tanya Ella dari seberang telepon.
"Oke, mulai ajah."
Setelah itu mereka mematikan teleponnya hal itu membuat Aurel menjadi bingung.
"Kamu nelpon siapa Mel?" Melly hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Udahlah, nggak usah di pikirin, sekarang kamu lihat tuh Oliv bentar lagi dia akan pergi dari sana." Aurel menatap kearah Oliv dan Nicho seperti yang di omongkan oleh Melly.
Tak lama kemudian di tengah perbincangan Oliv dan Nicho, ada sesuatu bunyi yang membuat mereka memberhentikan perbincangan mereka.
"Siapa yang nelpon?" tanya Nicho melihat seperti ada suara telpon dari handpone Oliv.
"Nggak tau ini ada orang yang nelpon aku, orang gak kenal," balas Oliv.
"Yaudah angkat saja." Oliv mengikuti yang dikatakan oleh Nicho.
"Aku permisi dulu." Oliv pergi dari kelas dan mengangkat telpon itu di luar kelas, sedangkan Aurel bingung melihat itu.
"Apa ini kenapa bisa kebetulan seperti ini?" tanya Aurel bingung.
"Udah sana kasih coklat itu sama Nicho, buruan." Melly menyuruh Aurel agar cepat bergegas menuju ke mejanya Oliv karena Nicho berada di sana.
"Oh iya-iya." Aurel bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju ke Nicho dengan perasaan campur aduk.
"Gimana ini? Mudah-mudahan lancar rencana aku sama Melly." Aurel semakin dekat dengan Nicho.
"He'em..." Aurel memberikan deheman agar Nicho menyadari akan kehadiran dirinya.
"Eh iya Rel ada apa?."
Bersambung....
"He'em..." Aurel memberikan deheman agar Nicho menyadari akan kehadiran dirinya."Eh iya Rel ada apa?."Aurel bergetar mendengar Nicho tang menyebutkannya namanya. Hati Aurel? Jangan di tanya, sudah pasti bahagia."Heum... Aku... Aku mau ngasih ini buat kamu," tanpa pikir panjang lagi Aurel langsung menyodorkan sebuah coklat batangan itu di depan Nicho.Nicho menatap heran kearah Aurel."Coklat? Buat apa?" tanya Nicho membuat Aurel bingung mencarikan alasan yang pas agar Nicho bisa menerima coklat pemberiannya itu."Heum... Buat... Nggak ada apa-apa sih cuma pengen ngasih coklat ajah." Aurel tak memiliki alasan yang tepat untuk itu.Nicho menatap aneh dengan Aurel, kenapa ia tiba-tiba memeberikan coklat?Di sisi lain Nicho memiliki rencana lain dengan coklat itu. "Coklat? Lumayan juga.""Oh yaudah aku terima ya? Thanks!" Aurel tak percaya melihat Nicho yang menerima coklat itu, seperti mimpi rasanya."
"Jadi gimana rencana selanjutnya biar Aurel bisa bersama Nicho?" tanya Ella, ia sudah menanti Beberapa cara dari Melly.Ella akui dirinya tidak sepandai Melly jika membuat suatu rencana, Ella hanya menjalankannya saja."Sebentar aku lagi mikir ini."Melly memilih posisi yang enak dengan cara duduk tegap dan meminum es cappucino yang ia beli tadi."Gimana kalo kita buat ajah mereka bertemu?" tanya Melly membuat Ella mengernyitkan dahinya."Lalu? Kalo mereka udah ketemu mau ngapain?" tanya Ella balik."Heum gimana kala....-"Hai semua," ucapan Melly terpotong karena ada keberadaan Aurel yang baru saja datang."Eh... Aurel darimana ajah sih? Lama bener datangnya," ujar Ella melihat wajah Aurel penuh dengan keberanian."Aku habis dari taman sebentar," balas Aurel dan membuat mereka semua terkejut."Ngapain?.""Ya nggak ada apa-apa sih cuma pengen lihat-lihat bunga-bunga yang ada di sekolah ini, pengen cuc
"Beib..." Oliv mengelus lengan sang pacar dengan penuh manja."Iya Beib, ada apa?" tanya Nicho di samping Oliv."Aku mau ngomongin sesuatu masalah Mamah," jelas Oliv sedikit menunduk.Hal itu membuat Nicho menjadi sangat prihatin dengan sang pacarnya itu."Iya ada apa sama mamah kamu Beib..." Nicho menciumi tangan Oliv dengan penuh kasih sayang."Duh... Ngapain sih pakai acara nyium tangan aku kayak gini," ujar Oliv dalam hati."Eh... Heum itu mamah aku kan kalo nyuci baju tangannya sering sakit, aku jadi nggak tega lihatnya sampai tangannya merah-merah gitu."Nicho masih menyimak cerita Oliv itu, "Jadi aku mau membelikan hadiah mesin cuci buat mamah aku... Tapi ya gitu..."Oliv memberhentikan ucapannya dan membuat Nicho mengernyitkan dahinya. "Tapi gimana?" tanya Nicho yang sangat ingin kelanjutan dari cerita itu yang belum habis.Oliv menatap ke arah Nicho, "Tapi uang aku kurang beib..."Nicho pun tersenyum mani
"Nicho..."Teriakan keras dari lantai bawah bisa terdengar dari kamar Nicho yang ada di lantai dua."Papah? Kenapa teriak-teriak sih?" Nicho berjalan menuju ke lantai bawah."Ada apa sih Pah? Pakai teriak-teriak," ujar Nicho menghampiri papahnya yang sedang berdiri tepat di samping anak tangga."Ini kenapa kartu kredit kamu kok bisa habis sebanyak ini? Kamu gunakan beli apa? Papah nggak pernah lihat kamu beli apa-apa tapi kok bisa habis sebanyak ini?" tanya papah Surya."Ya ampun... Gitu doang pakai marah-marah, tunggu Nicho jelaskan dulu."Nicho berusaha meredakan emosi yang ada di dalam diri papahnya."Jadi gini... Pah kemarin pacar Nicho cerita sama Nicho, kalo mamahnya itu kalo nyuci tangannya sering tangannya sakit."Nicho mulai menjelaskan."Jadi... Nicho berinisiatif untuk membelikan mesin cuci buat mamahnya, kasihan dia Pah, kalo nyuci tangannya sering merah-merah gitu," sambung Nicho."Apa?...
Aurel berjalan di koridor sekolahnya, ia melihat ke sekelilingnya. "Kok masih sepi ya?."Aurel bingung melihat sekolah yang terlihat sepi, dan tidak seperti biasanya," gumam Aurel dan memilih untuk melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Pantesan ajah masih jam segini pasti semua masih belum datang," ujar Aurel dalam hati.Ia dengan senang hati, pagi yang sangat indah seperti ini membuat Aurel begitu semangat berjalan menuju ke kelasnya."Tuh kan... Ternyata di dalam kelas udah ada orang juga," ujar Aurel dalam hati dan memilih duduk di bangkunya.Ia melihat hanya ada Bastian dan Iqbal di sana, sedangkan Aurel tak melihat ada Nicho di antara mereka."Kami ini gimana sih Rel... Kan Nicho udah punya pacar baru, ya jelas dong dia sama pacar barunya itu."Aurel hanya tersenyum remeh ke arahnya, "Kenapa aku bisa lupa kayak gini ya?.""Bas? Bal? Kalian kok udah nggak bareng lagi sama Nicho, kenapa?."Aurel han
"Gimana ini? Kenapa Melly malah menyatukan aku satu kelompok sama Nicho? Sedangkan dia nggak ikut gabung," ujar Aurel dalam hati."Rel... Kamu kenapa sih?" tanya Ella menyenggol lengan Aurel yang sejak tadi melamun."Aku kesel sama Melly, dia yang nulis nama kelompok buat aku sama Nicho, tapi kenapa dia nggak ikut juga sih dalam satu kelompok kita?" tanya Aurel.Ella menggelengkan kepalanya. "Kamu salah Rel, justru kita di satukan sama Melly, kamu, aku, Nicho dan Kevin, karena ada tujuan tertentu."Aurel mengernyitkan dahinya."Tujuan tertentu apa?" tanya Aurel."Iya, kamu lihat ajah nanti, Melly sengaja tidak ikut masuk kedalam kelompok kita, tetapi dia satu kelompok dengan Oliv, kamu lihat saja reaksi Oliv kalo sama Melly."Aurel hanya mengaggukan kepalanya saja. "Tapi, ngomong-ngomong kita mau ngerjain tugas dari Bu Maria dimana?" tanya Aurel."Di rumah kamu ajah Rel, sekalian tuh si Nicho biar bisa tau mamah kamu ya kan?" E
"Beib... Aku anterin pulang dong," Oliv mengelus pundak Nicho dengan penuh kelembutan tetapi ada maunya juga."Eh Beib? Kok kamu mau pulang sih? Bukannya kamu masih mau di sini ya? Kan kamu ada tugas kelompok dari Bu Maria, kamu lupa ya?" tanya Nicho membuat Oliv menggelengkan kepalanya."Ish... Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, nanti kalo si Melly denger gimana?" tanya Oliv.Oliv tidak mau jika sampai Melly mendengarkannya, karena Oliv sendiri malas sekali harus kerja kelompok di sini bersama Melly juga."Emangnya kenapa beib? Aku nggak salah kan ngomong kayak gini? Emang kamu ada kerja kelompok hari ini di sekolah."Oliv mengaggukan kepalanya. "Iya Beib, tapi aku nggak mau, aku mau ikut sama kamu ajah boleh kan?" tanya Oliv dengan tatapan memohon.Sehingga Nicho sendiri pun tak bisa menolak itu. "Yaudah iya ayo, kamu pulang sama aku."Oliv dengan perasaan girangnya langsung menggandeng tangan sang kekasih itu dan berjalan menelusur
Aurel melihat Nicho yang masih saja membernarkan lukxian yang sudah mereka gambar bersama-sama tadi.Iya benar, tadi mereka melukis bersama-sama jika tidak begitu maka Ella bisa-bisa marah."Eh Nich... Ini kurang rapi nih," Ella menunjuk bagian yang masih belum rapi.Nicho pun menghela nafasnya panjang, "Iya-iya sabar dikit kenapa sih."Ella membolakan matanya, "Di kasih tau malah kayak gitu," ujar Ella yang sedari tadi merasa begitu kesal."Udah diem lah, kamu nggak tau apa aku lagi melukis nih, mau dirapiin salah, nggak dirapiin juga salah, mau kamu apaan sih La?" tanya Nicho."Eh sudah-sudah, ngapain jadi ribut kayak gini sih?" tanya Aurel memberhentikan aksi mereka yang sejak tadi hanya ribut saja.Ella membolakan matanya. "Untung kamu temen aku, kalo enggak, udah kelar hidupmu," ujar Ella sedikit mengancam."Nggak takut.""Udah lah... Jangan ribut nih, nanti malah nggak selesai-selesai," Kevin pun akhirnya angkat bi
"Pah.." panggil Nicho mengejar papahnya yang baru saja masuk kedalam ruang meja makan.Nicho hanya mengerutkan keningnya saja melihat tingkah papahnya yang meninggalkan dirinya dan Oliv yang masih berada di ruang tamu.Seingat Nicho jika ada tamu, seharusnya papahnya menyambutnya dan memperlakukan tamu itu dengan istimewa, tetapi kenapa sekarang papahnya malah berubah total seperti ini?"Nicho? Kamu ngapain ada di sini? Bukannya kamu di luar masih ada pacar kamu itu?" tanya papah Surya.Nicho mengaggukan kepalanya. "Iya maka dari itu aku datang ke sini, papah ngapain malah di sini sih? Bukannya di depan sama Oliv dan Nicho?" tanya Nicho.Papah Surya menggelengkan kepalanya. "Ya papah harus ngapain kalo di luar? Kan itu pacar kamu, kan yang terpenting ada kamu kan? Lagian pacar kamu ke sini mau ketemu kamu bukannya sama papah," balas papah Surya."Iya pah... Tapi setidaknya papah temui Oliv sebentar, ngobrol apa kek gitu, nggak punya hati sed
Aurel berjalan menuju ke kelasnya, sebentar lagi jam pelajaran akan segera di mulai, sedangkan dirinya masih belum masuk ke dalam kelas.Ini akibat dirinya terlaku banyak makan sambal tadi pagi waktu sarapan, sehingga membuat perut Aurel menjadi mules setiap kali ia ingin masuk ke dalam kelas."Rel? Tumben kamu baru datang?" tanya Melly melihat Aurel seperti sedang tidak baik-baik saja."Iya ini... Perut aku mules banget Mel," balas Aurel masih memegangi perutnya yang masih merasa mules."Kamu kenapa? Habis makan apa tadi?" tanya Ella begitu khawatir."Nggak tau nih, mungkin gara-gara aku kebanyakan makan sambel deh kayaknya tadi pagi," balas Jessy."Iya mungkin gara-gara itu perut kamu jadi sakit Rel, udahlah duduk ajah dulu sini," Melly membantu Aurel duduk di tempatnya.Tak membutuhkan waktu lama, guru pun datang, saatnya pelajaran Bu Siska dia adalah guru PPKN.Jam pertama diisi oleh Bu Siska jadi otomatis Bu Siska juga yan
Mata Nicho yang tadinya susah untuk dibuka, kini ia bisa membuka matanya secara perlahan.Pertama-tama yang dirasakan oleh Nicho adalah aura dingin dan aroma khas seperti kamarnya.Di saat Nicho secara perlahan membuka sedikit lebar matanya, ia melihat atap ruangan itu seperti di kamarnya."Aku dimana?."Nicho masih belum bisa melihat jelas dimana dirinya saat ini berada, kepalanya sangat pusing, bahkan matanya saja masih belum bisa melihat dengan sempurna.Nicho mendengar seperti ada suara langkah kaki yang mendekat kearahnya.Nicho masih melihat ke arah orang itu, tetapi ia tak bisa melihat jelas siapa dia, yang jelas orang itu berjalan semakin dekat."Siapa kamu?" tanya Nicho dengan mata yang masih setengah sadar.Sehingga akhirnya kejadian yang tak pernah di duga oleh Nicho kini terjadi.Plak!Plak!Dua tamparan panas mengenai pipi Nicho, Nicho masih belum bisa melihat orang itu."Siapa kamu?" te
"Hallo Ram? Nanti malam kita ke club ya? Kita seneng-seneng di sana."Nicho sedang asik menelpon Rama, "Oh.. oke, sejak kapan kamu main ke club lagi? Bukannya bokap kamu nggak ngasih ijin ya?" tanya Rama."Halah Udahlah ngapain juga kau ngurusin dia, kepala aku hampir mau pecah tau ngelihat dia ngomel Mulu di rumah."Rama hanya terkekeh keras mendengar itu, Nicho hanya mengerutkan keningnya."Ada apa kamu? Kenapa malah tertawa?" tanya Nicho heran."Nggak papa lah bro, jadi gimana jadi nggak?" tanya Rama memastikan."Eh.. jadi dong," balas Nicho."Bagus... Bagus..." Rama sangat senang jika Nicho kembali ikut bersamanya, mereka nanti malam akan bersenang-senang bersama teman-teman mereka yang lain."Oh iya ngomong-ngomong kamu bawa siapa nanti ke club? Bawa cewek kan?" tanya Rama.Nicho menggaruk keningnya. "Heum... Enggak deh, gue kasihan sama cewek aku, dia anak baik-baik, kalo sampai aku bawa ke sana bisa-bisa habis pac
Aurel melihat Nicho yang masih saja membernarkan lukxian yang sudah mereka gambar bersama-sama tadi.Iya benar, tadi mereka melukis bersama-sama jika tidak begitu maka Ella bisa-bisa marah."Eh Nich... Ini kurang rapi nih," Ella menunjuk bagian yang masih belum rapi.Nicho pun menghela nafasnya panjang, "Iya-iya sabar dikit kenapa sih."Ella membolakan matanya, "Di kasih tau malah kayak gitu," ujar Ella yang sedari tadi merasa begitu kesal."Udah diem lah, kamu nggak tau apa aku lagi melukis nih, mau dirapiin salah, nggak dirapiin juga salah, mau kamu apaan sih La?" tanya Nicho."Eh sudah-sudah, ngapain jadi ribut kayak gini sih?" tanya Aurel memberhentikan aksi mereka yang sejak tadi hanya ribut saja.Ella membolakan matanya. "Untung kamu temen aku, kalo enggak, udah kelar hidupmu," ujar Ella sedikit mengancam."Nggak takut.""Udah lah... Jangan ribut nih, nanti malah nggak selesai-selesai," Kevin pun akhirnya angkat bi
"Beib... Aku anterin pulang dong," Oliv mengelus pundak Nicho dengan penuh kelembutan tetapi ada maunya juga."Eh Beib? Kok kamu mau pulang sih? Bukannya kamu masih mau di sini ya? Kan kamu ada tugas kelompok dari Bu Maria, kamu lupa ya?" tanya Nicho membuat Oliv menggelengkan kepalanya."Ish... Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, nanti kalo si Melly denger gimana?" tanya Oliv.Oliv tidak mau jika sampai Melly mendengarkannya, karena Oliv sendiri malas sekali harus kerja kelompok di sini bersama Melly juga."Emangnya kenapa beib? Aku nggak salah kan ngomong kayak gini? Emang kamu ada kerja kelompok hari ini di sekolah."Oliv mengaggukan kepalanya. "Iya Beib, tapi aku nggak mau, aku mau ikut sama kamu ajah boleh kan?" tanya Oliv dengan tatapan memohon.Sehingga Nicho sendiri pun tak bisa menolak itu. "Yaudah iya ayo, kamu pulang sama aku."Oliv dengan perasaan girangnya langsung menggandeng tangan sang kekasih itu dan berjalan menelusur
"Gimana ini? Kenapa Melly malah menyatukan aku satu kelompok sama Nicho? Sedangkan dia nggak ikut gabung," ujar Aurel dalam hati."Rel... Kamu kenapa sih?" tanya Ella menyenggol lengan Aurel yang sejak tadi melamun."Aku kesel sama Melly, dia yang nulis nama kelompok buat aku sama Nicho, tapi kenapa dia nggak ikut juga sih dalam satu kelompok kita?" tanya Aurel.Ella menggelengkan kepalanya. "Kamu salah Rel, justru kita di satukan sama Melly, kamu, aku, Nicho dan Kevin, karena ada tujuan tertentu."Aurel mengernyitkan dahinya."Tujuan tertentu apa?" tanya Aurel."Iya, kamu lihat ajah nanti, Melly sengaja tidak ikut masuk kedalam kelompok kita, tetapi dia satu kelompok dengan Oliv, kamu lihat saja reaksi Oliv kalo sama Melly."Aurel hanya mengaggukan kepalanya saja. "Tapi, ngomong-ngomong kita mau ngerjain tugas dari Bu Maria dimana?" tanya Aurel."Di rumah kamu ajah Rel, sekalian tuh si Nicho biar bisa tau mamah kamu ya kan?" E
Aurel berjalan di koridor sekolahnya, ia melihat ke sekelilingnya. "Kok masih sepi ya?."Aurel bingung melihat sekolah yang terlihat sepi, dan tidak seperti biasanya," gumam Aurel dan memilih untuk melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya."Pantesan ajah masih jam segini pasti semua masih belum datang," ujar Aurel dalam hati.Ia dengan senang hati, pagi yang sangat indah seperti ini membuat Aurel begitu semangat berjalan menuju ke kelasnya."Tuh kan... Ternyata di dalam kelas udah ada orang juga," ujar Aurel dalam hati dan memilih duduk di bangkunya.Ia melihat hanya ada Bastian dan Iqbal di sana, sedangkan Aurel tak melihat ada Nicho di antara mereka."Kami ini gimana sih Rel... Kan Nicho udah punya pacar baru, ya jelas dong dia sama pacar barunya itu."Aurel hanya tersenyum remeh ke arahnya, "Kenapa aku bisa lupa kayak gini ya?.""Bas? Bal? Kalian kok udah nggak bareng lagi sama Nicho, kenapa?."Aurel han
"Nicho..."Teriakan keras dari lantai bawah bisa terdengar dari kamar Nicho yang ada di lantai dua."Papah? Kenapa teriak-teriak sih?" Nicho berjalan menuju ke lantai bawah."Ada apa sih Pah? Pakai teriak-teriak," ujar Nicho menghampiri papahnya yang sedang berdiri tepat di samping anak tangga."Ini kenapa kartu kredit kamu kok bisa habis sebanyak ini? Kamu gunakan beli apa? Papah nggak pernah lihat kamu beli apa-apa tapi kok bisa habis sebanyak ini?" tanya papah Surya."Ya ampun... Gitu doang pakai marah-marah, tunggu Nicho jelaskan dulu."Nicho berusaha meredakan emosi yang ada di dalam diri papahnya."Jadi gini... Pah kemarin pacar Nicho cerita sama Nicho, kalo mamahnya itu kalo nyuci tangannya sering tangannya sakit."Nicho mulai menjelaskan."Jadi... Nicho berinisiatif untuk membelikan mesin cuci buat mamahnya, kasihan dia Pah, kalo nyuci tangannya sering merah-merah gitu," sambung Nicho."Apa?...