Share

Bab 3. Biar Aku Saja

Penulis: El GeiysyaTin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-23 10:01:15

Wuri melirik sekumpulan wartawan yang melewati mereka. Bagi para wartawan itu, mereka bukan siapa-siapa. Wuri dan dua perawat, bukanlah orang yang tengah dicari oleh pera pemburu berita, melainkan mencari seorang selebritas yang tengah berkunjung dan memiliki keperluan lain di rumah sakit. Kabarnya, selebriti ini sedang terlibat sebuah skandal. Biasanya hanya para selebritis atau selebritas, yang memiliki skandallah, yang selalu diincar keberadaannya oleh mereka.

Wuri sudah biasa dengan kerumunan wartawan, tapi bukan di tempat seperti ini. Ia akan bertemu mereka di lokasi-lokasi bencana, di pusat layanan darurat, atau di antara siswa siswi, yang berprestasi dalam ekstrakulikuler sekolah, di mana Wuri menjadi pembimbingnya.

"Tunggu." Terdengar suara seorang wanita, yang tiba-tiba menghentikan kereta pasien.

Wanita itu menahan ujungnya, saat akan didorong masuk ke kamar perawatan. Wuri dan dua orang perawat pun menghentikan dorongannya.

Wajah wanita itu cantik seperti bidadari, rambutnya bergelombang indah, ia memakai pakaian dan perhiasan yang terlihat glamor, serta memiliki bau yang harum. Semua yang dipakainya sangat serasi, baik warna maupun modelnya.

Ia adalah selebritis, yang sedang dicari oleh para wartawan. Saat wartawan itu lewat, ia bersembunyi, di kamar pasien yang akan digunakan.

"Apa dia Zamidean?" Tanya wanita itu.

Ia menatap pasien dengan lekat, sambil mengusap lembut kepala pria yang masih pingsan karena pengaruh dari anastesi.

"Kami tidak tahu siapa namanya, Nona. Apa Anda mengenalnya?" Wuri balik bertanya.

"Iya dia, temanku. Apa yang terjadi padanya?"

"Dia mengalami kecelakaan, tidak ada identitas apapun dibajunya saat kejadian, dia yang sudah menyelamatkannya," kata salah seorang perawat, seraya menunjuk Wuri dengan dagunya.

"Bukan aku, Tuhan yang telah menyelamatkannya, aku hanya membantunya." Wuri menyahut sambil membantu perawat membereskan pasien.

"Oh. Apa dia baik-baik saja?" kata wanita itu.

"Iya, kondisi pasien stabil. Masa kritisnya sudah lewat," jawab perawat itu lagi.

Saat mereka berbicara, pasien sudah dibaringkan di atas bangsal perawatan, botol infus sudah berada di tempatnya dan catatan informasi pasien sudah terpasang. Setelah selesai, perawat pun pergi, meninggalkan Wuri dan wanita itu, di sana.

"Ceritakan padaku bagaimana kejadiannya, apa dia menabrak sesuatu?" Tanya wanita itu.

Wuri menceritakan semua kejadian yang ia lihat. Dua wanita itu berdiri saling berhadapan, di samping tempat tidur pasien, ketika mereka bicara.

"Jadi, kau yang menyelamatkannya. Terima kasih."

"Anda tidak perlu berterima kasih padaku, sudah sewajarnya bagi setiap orang untuk saling membantu."

"Bagaimana aku tidak berterima kasih, dia laki-laki yang kusukai," kata wanita itu sambil menatap pasien dan mencium keningnya lembut.

"Oh, ini kebetulan sekali. Baiklah, aku turut bahagia untukmu. Semoga kekasihmu cepat sembuh."

"Apa kau akan tetap menunggu di sini?" Tanya wanita itu setelah ia berdiri tegak kembali.

"Tadinya, iya. Aku ingin tahu identitasnya dan bertanya kenapa ia mengemudi dengan ceroboh. Aku hanya mau menyarankan padanya, agar jangan pernah mengemudi lagi."

"Namanya Zamidean. Aku biasa memanggilnya Zemi ...."

Saat wanita itu berkata, matanya menatap Wuri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia wanita yang baik dan tangguh, berkulit eksotis dan memiliki senyum yang manis.

Tapi wanita itu memandangnya sebelah mata. Ia mengedikkan bahu saat melihat pada sepatu yang dipakai Wuri, menurutnya sangat terkesan kumuh, sepatunya rusak karena tadi, ia gunakan sebagai pemukul saat memecahkan kaca.

"Hmm ... Ya karena sekarang ada kau di sini, aku akan pergi, jangan lupa sampaikan pesanku padanya nanti."

"Baik, akan aku sampaikan, biar aku saja yang mengurusnya," jawab wanita itu, yang menatap kepergian Wuri dengan dingin dan tersenyum kecut.

****

Enam bulan kemudian, di sebuah Cafe Bar Coffe.

Wuri berdiri di sisi jendela cafe, yang tampak lengang karena sebentar lagi cafe itu akan tutup. Ia menunggu bibi Natia selesai bekerja, sambil menikmati secangkir kopi pesanannya dan berjalan mondar mandir di sana. Ia melihat pemandangan malam kota, yang tampak indah dari balik kaca. Banyak lampu warna-warni menghiasi jalan, pertokoan dan beberapa pohon yang tumbuh di sisi kanan dan kirinya.

"Nona Lawu!" Panggil bibi Nat dari balik meja kasir.

Wuri yang merasa dirinya dipanggil, segera berbalik badan. Ia hendak beranjak mendekati bibinya. Namun naas, saat itu ...

Brukk!

Wuri menabrak seorang lelaki bertubuh tinggi dan atletis, yang memakai setelan jas rapi. Pria itu hendak berbelok ke arah jendela, saat Wuri berbalik. Dua orang itu sama-sama tidak menyangka akan saling bertabrakan seperti itu. Akibatnya baju yang dipakai pria itu kotor terkena tumpahan kopi yang dipegang oleh Wuri.

"Maaf, Tuan. Maaf ...." Kata Wuri sambil mengusap-usap baju lelaki yang ada di hadapannya, dengan penuh rasa bersalah.

"Cukup!" Hardik pria itu, sambil menepis kasar tangan Wuri dari badannya.

Bab terkait

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 4. Tanda Lahir

    Laki-laki itu Zamidean, ia biasa dipanggil Zemi. Ia berada di Cafe karena sedang bersembunyi, dari neneknya yang ingin kembali mengurungnya di rumah. Namun ia tidak menyangka akan bertabrakan dengan Wuri, saat ia hendak memastikan sesuatu yang baru saja ia lihat dari balik jendela."Maaf." Wuri berkata sambil menyimpan gelas kopi di meja. "Maaf, maaf, apa kamu buta?" Sahut Zemi. Melihat laki-laki itu marah, Wuri menganggapnya wajar. Pakaian pria itu kotor karena kecerobohannya. "Maaf, saya tidak sengaja." Wuri berkata sambil menundukkan kepalanya, tanda penyesalannya tidak dibuat-buat. "Percuma kamu minta maaf, bajuku kotor, tahu?" Kata Zemi penuh Emosi sambil menunjuk kemejanya yang terkena tumpahan kopi. "Saya sudah minta maaf. Apa Anda mau baju anda dicuci? Kalau mau, lepaskan baju Anda, sekarang." "Apa kamu gila, menyuruhku melepaskan baju di tempat ini?" "Kalau tidak mau, ya sudah." Wuri melangkah, menjauhi laki-laki yang masih t

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 5. Tidak Masuk Akal

    Zemi berdiri dalam posisi siaga, dengan gadis yang ada dalam dekapannya. Ia mengernyitkan dahi saat Wuri memukul tangan besar yang membekap mulutnya. Mengisyaratkan agar Zemi percaya padanya. Wuri menarik nafas dalam, mereleks-kan tubuhnya, agar Zemi tenang, tidak merasa terancam dan khawatir akan keamannya. Zemi menundukkan kepalanya dan melihat Wuri yang juga menatapnya, hingga kedua mata mereka saling beradu. Tiba-tiba saja hati Zemi berdebar halus. Zemi melepaskan dekapan dan tangan yang berada di mulut Wuri pun jatuh ke samping. Wuri mendekat dan berbisik, "Tenanglah aku akan membantumu." Setelah itu Wuri keluar toilet. Di dekat pintu, ia melihat ada seorang lelaki bertubuh tinggi besar berdiri sambil mengedarkan pandangan. "Apa kau lihat ada laki-laki di dalam?" Tanya pria itu ketika melihat Wuri yang baru keluar dari toilet wanita. "Tidak. Apa laki-laki itu buta sampai salah masuk toilet?" Mendengar pertanyaan Wuri, pria itu menc

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 6. Mengingat Seseorang

    Wuri dan Natia mendongak, pada laki-laki yang berdiri di hadapan mereka, sambil mengulurkan tangannya. Ia masih mengenakan kemeja yang kotor karena tumpahan kopi sebelumnya.Wuri mengangguk, lalu menoleh pada Natia di sampingnya.Ia berkata, “Apa kau mau berkenalan dengannya, Nat?”Natia mengangguk dan berdiri sambil menyambut uluran tangan Zemi. Wanita bertubuh gemuk itu berkata dengan lembut, “Kenalkan, aku Natia Ralusi. Panggil saja aku Natia, siapa namamu?”Zemi mengerutkan alisnya, ia sebenarnya ingin mengenal Wuri karena mengingat sesuatu. Laki-laki itu secara tidak sengaja mendengarnya berteriak girang. Suara itu mirip dengan sebuah suara yang ia simpan dalam ingatannya.Zemi menjabat erat tangan Natia lalu berkata, “Aku Zamidean. Panggil saja aku Zemi.”“Hai, Zemi. Senang berkenalan denganmu,” kata Natia.“Aku juga,” kata Zemi lalu menoleh pada Wuri yang tampak cuek d

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 7. Bibi Dan Nona

    Wuri berjalan dengan berat mengikuti Natia menuju mobil Zemi yang terparkir tak jauh dari mereka. Ia masuk dan duduk di samping Natia, wajahnya cemberut menunjukkan ketidak sukaannya."Di mana kalian tinggal?" Tanya Zemi, sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia sempat melirik Wuri yang duduk di belakangnya, dari kaca spion di depannya, gadis itu masih bersikap sama, cuek dan dingin."Di Biru Laut," jawab Natia sambil memandang ke luar jendela."Kalian tinggal bersama dan bekerja di tempat yang sama?" Tanya Zemi lagi."Tidak, dia baru bekerja hari ini." Natia kembali menjawab pertanyaan Zemi, sambil menepuk kepala Wuri pelan.Wuri memulai pekerjaannya hari ini, ia dipindahkan dari kantor cabang Palang Merah Bulan Emas, ke kantor pusat di Kota Bharru. Bisa bekerja di sana, adalah keinginan terbesarnya. Kesempatan itu baru ia dapatkan, setelah enam bulan yang lalu, sertifikasinya diterima.Ia harus meninggalkan kampung halaman

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 8. Ini Bukan Kutukan

    Saat sedang berbincang-bincang, mereka berdua berada di atas tempat tidur milik Natia yang cukup nyaman. Posisi tubuh mereka tertelungkup bersebelahan."Lalu, kenapa Nona tidak juga menikah, padahal sudah banyak laki-laki yang jatuh cinta padamu." Natia berkata sambil menopang dagunya."Bibi, kau tahu kan, aku tidak suka dengan, laki-laki yang mau menikah denganku? Mereka bilang sesuatu yang menjijikkan.""Memangnya apa yang mereka bilang? Pasti ada hubungannya dengan tanda kutukan itu, kan?""Aku tidak punya tanda kutukan, mengerikan sekali. Tidak ada tanda seperti itu di zaman sekarang ini.""Jadi, tanda apa? Apa kau pikir leluhur kita salah dan tanda Baole di tubuhmu tidak ada artinya? Mereka menunjukkan buktinya, banyak orang yang mati karena menikah dengan orang yang tidak memiliki tanda yang sama." Natia berkata sambil mengusap siku tangan kiri Wuriya Lawu. Sebuah tanda berbentuk seperti ular melingkar berwarna putih, terlihat di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-03
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 9. Wanita Penyelamat

    Sementara itu di rumah Zemi, laki-laki itu berdiri tegap di depan foto sang kakek, yang tergantung di dinding sebelah perapian. Hanya foto kakek lah yang memiliki pigura paling besar diantara foto lainnya.Rodi Hegane, kakek Zemi, membuat pigura kaca besar itu setahun yang lalu setelah ia selamat dari kecelakaan maut di Jalan Utama Kota. Sepertinya laki-laki yang ada dalam gambar, adalah orang yang spesial baginya.Selama ini Zemi penasaran dengan siapa kakek berfoto? Laki-laki yang berpose di samping kakek itu tengah tersenyum dan menjabat tangannya. Pria itu berambut keriting dan Zemy rasa, warna kulit, serta senyuman laki-laki itu sangat mirp dengan Lawu, gadis yang ia kenal beberapa jam yang lalu.Rodi Hegane, pernah mengalami kecelakaan yang cukup parah, walau akhirnya ia selamat. Hanya satu orang yang dinyatakan meninggal pada saat kejadian, ia adalah seorang temannya yang berada dalam mobil bersamanya saat itu.Ketika Zemie melihat tempat di

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 10. Kau Sangat Spesial

    Renata duduk di samping Welia, tatapan matanya nanar pada cucunya yang juga tengah melihat ke arahnya. "Nenek, kenapa marah? Bukannya memang sudah tua makanya dipanggil Nenek?" Zemi berkata sambil tertawa kecil lalu menyandarkan tubuhnya. Bagi kebanyakan wanita, menjadi tua adalah momok paling menakutkan dalam kehidupan mereka. Karenanya, para wanita itu akan melakukan berbagai cara untuk tetap terlihat awet muda dan cantik. Termasuk dengan melakukan operasi plastik. Renata tersenyum sambil menyahut ucapan cucunya. "Ya, kau benar, tapi kau tidak pantas mengatakan aku wanita tua. Suatu saat kau juga akan sama sepertiku." Renata wanita yang tangguh dan penuh kasih, dalah yang selama ini merawat Zemi dengan hati-hati, sehingga laki-laki itu bisa selalu terhindar dari bahaya ataupun maut yang kemungkinan terjadi padanya. Kadang-kadang saja ia tidak bisa mengendalikan Zemi apabia berusaha melarikan diri, ketika ia mengunci seluruh pintu rumah setiap 40 hari

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 11. Ragu

    Zemi mengabaikan ibu dan nenaknya yang masih terus meracau dengan segala nasehat bijaknya. Sebenarnya Zemi sudah dewasa, pria itu sudah tidak bisa lagi dikatakan sebagai anak-anak, tapi dua wanita itu masih saja memperlakukan Zemi layaknya anak remaja yang masih sekolah. Mungkin bagi Welia dan Renata, Zemi tetaplah anak kecil, walaupun umurnya sudah tua. Dia melangkah mendekati foto Hegane, sang kake, mengambil sebuah gelang yang di gantung di ujung pigura. Gelang itu terbuat dari batu yang diambil dari dasar laut dalam. Bukan permata bukan berlian, tapi batu biasa hanya cara mendapatkannya saja yang luar biasa. Para pemuda atau pria dewasa, dari suku pedalaman Doulunga, akan mengambil batu itu sebagai bukti mereka bisa menahan nafas dengan cukup lama. Batu dasar laut itu diambil hanya sebagai bukti, mereka bisa menahan nafas lebih dari 3 atau 4 menit, bahkan lebih. Mereka berenang di kedalaman tertentu, hingga berhasil mengambilnya. Batu itu hanya ada di dasar l

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18

Bab terbaru

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Ya Tentu Saja (TAMAT)

    Ya Tentu Saja (TAMAT)Wanita itu sedikit lebih berisi dan ketika wanita itu turun di tempat yang agak tinggi, di mana dia biasa turun dan naik ke leher gajah, terlihat dengan jelas perutnya sedikit membencit.Zemi menghampiri Wuri dengan langkah yang perlahan dan sedikit ragu, dia mengingat kejadian terakhir saat mereka bertemu dan waktu itu mereka sempat melakukan sesuatu yang bisa membuat wanita itu, mengandung benihnya saat ini.Begitu dua insan itu saling menatap dan berdekatan, seketika keduanya pun sama-sama mengeluarkan air mata yang, entah disebabkan oleh apa. Namun, yang jelas kerinduan itu terukir pada tatapan mereka.Zemi tiba-tiba berlutut sambil menyebut nama Wuri, beberapa kali. Air matanya mengalir lebih deras, dia yakin bahwa gadis itu menanggung beban yang cukup berat selama ini. Tentu saja benar apa yang di pikirkan oleh Zemi, jika Wuri memang sudah menanggung beban yang demikian berat, dia berusaha setengah mati menahan rindu dan cintanya sementara dia tengah m

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Tidak Menemukannya

    Tidak MenemukannyaSemalaman mereka bergadang, sesekali Zemi menggantikan Ajer menyetir karena pria itu terlihat mengantuk.Sesampainya di sana, hari sudah menjelang pagi, mentari sudah menampakkan cahayanya. Dua mobil kontainer yang tiba lebih dulu, menunggu perintah dari majikan mereka untuk menurunkan barang. Setelah mobil mewah yang dikendarai Zemi, Renata dan Ajer tiba, barulah semua barang mereka turunkan semuanya.“Kau datang lagi?” tanya Khazanu menyapa Zemi.“Ya, Tuan Khazan, apa ada masalah dengan kedatanganku?” tanya Zemi penuh percaya diri.“Tidak,” sahut Khazanu.Dia mengabaikan Renata dan Ajer, karena hanya Zemi yang dia kenal. Saat melihat dua truk besar tiba, dia segera melihatnya dan begitu melihat Zemi, dia pun heran karena pria itu begitu gigih berjuang demi mendapatkan Wuri, seperti keinginannya. Kedatangannya kali ini menunjukkan jika ujiannya berhasil setelah sekian lama.Wuri tidak ada di tempat itu, karena sejak kejadian terungkapnya penyebab kematian aya

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Hadiah Sekampung

    Hadiah SekampungBeberapa bulan berlalu setelah kejadian itu, Zemi berharap Wuri mengirimnya pesan melalui ponsel tapi, benda canggih itu selalu hening, tanpa adanya panggilan dari orang yang dia rindukan. Hatinya sakit karena merasa diabaikan padahal hanya dirinyalah satu-satunya harapan.Zemi memutuskan untuk kembali ke negaranya dan, menjalaninya hari-hari seperti biasa. Dia kembali menyibukkan diri di perusahaan bahkan, pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah disentuhnya, pun sekarang selesai di tangannya. Dia melakukan semua itu hanya karena ingin melupakandisentuhnya, setelah merasa dicampakkan oleh kekasihnya begitu saja, tanpa pesan dan kata-kata, hanya karena kesalahpahaman belaka.Zemi sudah mengirimkan bukti walaupun tidak kuat dan tidak banyak, tetapi, bukti itu seharusnya cukup untuk meyakinkan kepala suku Khazanu, juga Wuri, jika keluarganya terutama sang kakek tidak bersalah dalam kejadian itu.“Kedua orang itu bersahabat karib sejak lama, tidak mungkin saling menya

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Antara Percaya Dan Tidak

    Antara Percaya dan Tidak Wuri diam dan hanya menangis bahkan, saat Zemi hendak menghapus air mata di pipinya pun dia menolak bahkan menepis tangannya dengan kasar. Oleh karena itu, Zemi langsung menghubungi kakaknya karena saat kejadian itu berlangsung kakaknya pun berada di sana. Dia mengatakan apa yang terjadi di tempat itu semuanya, tanpa kecuali bahkan sejak pertemuan awalnya dengan Wuri secara singkat. “Bukan begitu ceritanya, yang dilihat laki-laki itu salah, kamu sudah melarangnya untuk mengambil boneka milik anakku. Memang anakku terus menangis karena dia tidak bisa tidur kalau tidak memeluk bonekanya.” Kakak Zemi bercerita dari ujung telepon. “Jadi, itu hanya salah paham?” kata Zemi. “Ya, aku dan Kakek sudah melarangnya, dan itu pun sudah kami bawa dia berlari lebih cepat, bukankah Kakek juga terluka kakinya hingga dia harus memakai kruk sampai dia tiada?” “Ya!” “Semua karena kejadian itu, tapi, kakek selalu bilang itu karena kecerobohannya, padahal saat itu, Kakek sed

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Keluarga Seorang Pembunuh

    Keesokan harinya ketika Wuri keluar dari kamar, Khazanu, sang kepala suku sudah menunggu bersama seorang pembantunya. Tentu saja Wuri mengenal dua orang yang sangat akrab selama ini. Mereka kemudian duduk secara berhadap-hadapan di ruang tamu.Kepala suku Khazanu, sengaja datang ke rumah Wuri karena dia mendengar sebuah informasi bahwa, gadis itu bermalam dengan seorang laki-laki. Kecurigaannya muncul karena dipicu oleh rasa khawatir jika anak dari sahabatnya itu memiliki hubungan khusus dengan orang yang kemarin datang dan bermesraan sampai malam tiba.“Apa kau melindunginya di sini?” kata Khazanu memulai pembicaraa setelah mereka berbasa basi sebentar.“Siapa maksud Anda, tidak ada orang lain di sini selain aku!” Wuri berkata membala diri.“Jangan berbohong padaku aku mengetahui semuanya!”“Apa maksudmu Jemi? Kalau dia yang Anda maksud, ya ... memang dia datang kemarin malam dan aku mencegahnya untuk pulang, memangnya Apa salahnya dengan hal itu?”“Apa kau lupa dengan resiko

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 55. Sebuah Tanda

    Sebuah Tanda Yang SamaSesampainya di rumah Wuri, Zemi meminta gadis itu untuk menunjukkan di mana kamarnya.Tentu saja Wuri enggan tapi, Zemi berkata, “ Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, dan sebelum orang lain tahu, aku ingin kau yang lebih dahulu tahu!”“Apa itu, katakan saja padaku!” Wuri masih tidak mengerti dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Zemidean.Zemi melihat ke sekeliling dan dia tidak menemukan orang lain selain mereka.“Ke mana semua pelayanmu?” tanya Zemi.“Mereka bekerja di kebun, dan baru akan pulang sore nanti.”“Baiklah kalau begitu, tidak masalah aku membuka bajuku di sini!”“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?”“Wuri, aku punya tanda yang sama seperti di tubuhmu!”“Bagaimana kau tahu, apakah itu sama atau tidak?”Zemi hendak membuka Hoodienya di ruang tamu, saat Wuri mencegah dan menarik tengan pria itu ke kamarnya. Pandangan mata Zemi berputar ke sekeliling kamar yang rapi dan menyebarkan aroma bunga anggrek bercampur asap dupa. Tidak ada perabot

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 54. Bagaimana Kalau Aku

    Bagaimana Kalau Aku?“Setelah aku mengajakmu ke sana, baru aku akan mengajak Jubi jalan-jalan untuk menghibur hati,” kata Wuri. “Apa sekarang kau sedih?” “Ya kalau aku ini ingin hiburan atau aku sedih, Juni lah yang menghiburku!” “Apa kau akan tidur dengannya, sampai dia membuatmu bahagia?” “Ya! Aku sering tidur di perutnya. Kita akan bermain dan dia akan menggendongku, aku bisa bermain dengan belalainya. Itu menyenangkan!” “Oh!” Zemi mengangguk. Mereka kembali ke rumah, Zemi dipersilakan untuk masuk dan duduk sambil menunggu Wuri membawa persembahan. Pria itu melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi pernak pernik kerajinan khas adat dan sukunya termasuk beberapa hiasan khas dari berbagai negara, ada juga foto-foto ayah Wuri dalam berbagai aktivitas. Ada juga foto ibunya, foto gadis itu saat masih kecil dan juga beberapa gelang kehormatan yang berjajar di dinding, yang artinya sudah banyak kemampuan dasar yang dimiliki Wuri serta keluarganya menurut adat. Wuri keluar dengan

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 53. Bersikap Menerima Kenyataan

    Bersiap Menerima KenyataanSetelah lama menunggu, Zemi tidak lagi mendapatkan jawaban meskipun pesan itu terbaca. Tanpa sepengetahuan pria itu, Wuri menangis dengan wajah ditutup bantal agar tidak terdengar oleh para pelayan rumah dan pekerja lain, yang masih belum tidur dan tinggal di rumah itu. Mereka yang mengisi rumah saat dirinya tidak ada. Gadis itu tidak siap jika harus kehilangan Zemi, ini adalah ke sekian kalinya dia merasakan jatuh cinta, tapi, untuk ke sekian kalinya pula dia harus patah hati. Namun, mau tidak mau harus siap kehilangan lagi. Akhirnya wanita itu tertidur setelah lelah mendingan hati yang sesak karena rindu. Kalau saja Zemi tidak berjasa begitu besar padanya maka, dia akan mudah melepaskan rasa. Keesokan harinya Zemi datang terlalu pagi, hingga saat dia muncul di rumah itu, pintunya pun belum di buka, bahkan Wuri belum bangun karena baru tertidur setelah menjelang pagi. Pria itu memakai celana jeans hitam dan hoodie abu-abunya. “Apa kau menunggu Nona Law

  • Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir   Bab 52. Dikira Kekasih

    Dikira KekasihZemi tidak bisa memaksa walaupun dia sangat ingin tetap bersama karena dia tahu posisi dan kedudukan Wuri hingga harus menjaga diri dengan baik. Dua orang itu berjalan menuju rumah Wuri karena gadis itu meminta Zemi untuk singgah dan kebetulan dia pun ingin tahu kediaman gadis idamannya. Mereka masih mengobrol tentang motel yang ditempati Zemi saat kepala suku datang menghampiri. Pria itu sudah sehat kembali setelah sakit lebih dari sepekan awal bulan lalu, Wuri pun datang menjenguknya selama dua hari saat itu.Pria itu mendengar jika Wuri sedang berduaan dengan seorang pria pendatang dan dia memeluk gadis itu, inilah laporan yang membuatnya senang sekaligus was-was. Biar bagaimanapun juga, gadis itu adalah titipan dari sahabatnya, untuk di jaga sebaik-baiknya apabila sampai tua dia tidak menemukan jodohnya. Dia tidak ingin ada hal buruk terjadi padanya.“Ah! Ketua, kenapa kemari, ini sudah malam!” kata Wuri dalam bahasa daerahnya setelah memberi penghormatan khas

DMCA.com Protection Status