Home / Romansa / Cinta Dan Dosa Seorang CEO / Bab. 22 Dokumen perceraian

Share

Bab. 22 Dokumen perceraian

Author: Incess_DL
last update Last Updated: 2025-01-12 15:30:17

Alvino tersenyum dan berjalan mendekati istrinya. Ia memeluk pinggang ramping istrinya, dengan membubuhkan sebuah kecupan kecil pada pucuk kepala Azura.

“Bukan apa-apa,” jawab Alvino, “maksudku singkirkan dia, karena Jhonathan datang membuat kegaduhan di perusahaan siang tadi. Jadi aku meminta kepada Zio untuk memasukkannya daftar hitam di semua perusahaan.”

Entah benar atau tidak, Azura tetap meragukan suaminya itu. Kini kepercayaannya kepada Alvino mulai berkurang, serta ia menjadi tahu sikap asli suaminya itu.

Alvino pun mengajak istrinya kembali ke kamar mereka, saat dalam perjalanan menuju kamar. Alvino menampilkan raut wajah yang sulit di artikan.

Ia sedikit kesal, marah dan cemas. Semua itu menjadi satu kini ia rasakan.

Pagi harinya, Azura mendapatkan sebuah pesan dari Malika. Pesan itu berupa sebuah artikel berita dan cuplikan video kebakaran.

Azura terkejut dengan mata yang membulat lebar. Ia tak mampu berkata-kata, ketika mengetahui kediaman Vito hangus terbakar.

Azura pun m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 23 USG?

    Tiba-tiba Azura merasa mual dan ingin muntah. Ketika mencium aroma yang aneh pada indra penciumnya.“Bau apa ini?” tanya Azura dengan kesal, sambil tangannya menutupi mulut dan hidungnya.Namun, ia tidak tahan lagi. Sehingga ia berlari menuju wastafel yang ada di dapur dan memuntahkan cairan bening.“Apa kamu sakit?” tanya Alvino cemas.Ia segera menghampiri istrinya, dan menahan tubuh istrinya agar tidak jatuh. Ia juga mengumpulkan rambut panjang Azura, dan menggulungnya dengan tangannya.“Huek! Huek!” Azura masih merasa mual, karena mencium bau yang aneh.Setelah beberapa saat, Azura akhirnya merasa lebih baik. Alvino membantunya untuk duduk, dan mengambilkan air minum yang tidak dingin dan memberikannya kepada Azura.“Perlukah kita ke rumah sakit?” tanya Alvino.“Tidak perlu,” jawab Azura, “Oh iya, apa kau sudah menandatangani dokumen itu?”“Apa itu penting sekarang?” tanya Alvino kesal, “yang penting saat ini adalah kesehatanmu,”Azura meletakkan gelas yang diberikan Alv

    Last Updated : 2025-01-16
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 24 Tanpa judul

    “Apa ini?” tanya Alvino menatap foto USG.“Kembalikan itu.” Azura hendak merebut foto dan amplop tersebut, namun Alvino justru menjauhkan darinya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.Karena perbedaan tinggi badan mereka yang cukup jauh, membuat Azura kesulitan menggapainya.Azura pun menyerah, karena tidak akan bisa mengambilnya.“Kembalikan itu,” desak Azura.“Tidak akan, jawab pertanyaanku lebih dahulu,” tekan Alvino, “apa ini? Foto USG milik siapa ini?” “Kamu tidak perlu tahu,” Azura enggan menjawab, dan menarik lengan Jas milik suaminya.“Kamu hamil?” tanya Alvino, “benarkah itu?”“Tidak, aku tidak hamil dan itu bukan milikku.” Azura masih menggelak dan berusaha mengambil amplop di tangan Alvino.Namun, ia tidak berhasil menggapainya. Membuatnya merasa lelah dan kesal.Tanpa di sadari, Azura menunjukkan raut wajah kesal namun tatapan matanya sedih. Ia berlalu begitu saja, menaiki tangga dengan menghentak-hentakkan kaki di setiap langkahnya.Alvino terdiam sesaat. Ia baru pertama kali

    Last Updated : 2025-01-28
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab 25 Perhatian Alvino

    Alvino telah pulang kerja. Ia memasuki rumah dengan wajah yang terlihat lelah.Namun, saat memasuki rumah. Ia teringat dengan istrinya yang sedang hamil.“Bagaimana dengan Azura?” tanya Alvino saat berpapasan dengan Lusy.“Nyonya di kamar, bos,” jawab Lusy sopan.“Apa dia tidak keluar kamar sama sekali?” tanya Alvino.Lusy sedikit merasa bingung, sebab seperti kata Alvino sebelumnya. Ia harus melaporkan setiap detail kegiatan Azura kepadanya.“Maaf, tapi sebelumnya saya sudah melaporkannya kepada bapak,” ujar Lusy.“Benarkah?” tanya Alvino mengingat-ingat.Seketika ia teringat, jika sejak rapat ia tidak memeriksa ponselnya sama sekali. Bahkan, sampai saat ini ia belum melihat ponselnya.“Oh, aku terlalu sibuk, jadi belum sempat memeriksa ponsel,” jelas Alvino, “bisa kamu jelaskan secara langsung saja?”Alvino membawa langkahnya menuju sofa, dan mendudukkan tubuhnya di sana. Dengan punggung yang menyandar, merasakan letih pada punggung lebarnya.“Sebelumnya, nyonya tidak menerima keber

    Last Updated : 2025-01-31
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab.26 pengadilan

    Azura terbangun, dan mendapati dirinya di kamar yang ia tempati. Namun, ia langsung merasakan pusing yang menyerang kepalanya.Ia mengabaikan rasa pusing dan lemas pada tubuhnya, lalu ia bangit dan turun dari ranjang.Kaki telajangnya menyentuh lantai yang dingin, dengan langkah yang pelan ia berjalan menuju pintu kamar. Azura membuka pintu tersebut sedikit, saat mendapati Alvino sedang berbicara dengan seorang dokter.“Apa yang harus saya lakukan?” tanya Alvino, “istri saya sama sekali tidak tahan mencium aroma makanan, bagaimana istri saya bisa makan?”Terdengar, suara Alvino yang frustrasi.Dokter pun menghela napas. “Jalan satu-satunya, istri anda harus diinfus jika hal seperti ini terjadi lagi.”Alvino ikut menghela napas, ia tidak ingin satu jarum pun melukai istrinya. “Baiklah, terima kasih atas waktumu,” ucap Alvino.Dokter itu mengangguk dan pergi dari hadapan Alvino. Alvino pun hendak memeriksa istrinya, namun ia melihat Azura yang tengah mengintip di belakang pintu.“Saya

    Last Updated : 2025-02-04
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 27 Tanpa judul

    “Maaf, tapi Anda tidak bisa melakukan sidang perceraian,” ucap pengacaranya membuatnya kecewa.“Kenapa?” tanya Azura bingung.“Sebelum saya menjawab, saya ingin bertanya suatu hal,” ucap pengacara Azura.“Apa itu?” tanya Azura.“Apa, anda sedang hamil?” tanya pengacaranya.Azura mengangguk, tanpa tahu akibatnya. Pengacara Azura menghela napas, sebelum ia tersenyum.“Selamat atas kehamilan anda,” ucapnya.“Terima kasih,” jawab Azura, “tapi kenapa saya tidak bisa bercerai?”“Karena anda sedang hamil. Kita tidak bisa memprosesnya,” jelas Pengacara Azura, “kita harus menunggu sampai bayi anda berusia 5 tahun. Setelah itu, barulah anda bisa mengajukan kembali perceraian anda.” Azura terkejut bukan main. Ia menggeleng tidak percaya akan perkataan pengacaranya itu.“Tidak mungkin,” ucap Azura, “apa Alvino mengancam-mu?” “Tentu saja tidak, aku berkata jujur,” ujar pengacaranya, “jika anda masih tidak yakin, mari ikut saya menemui hakim.”*Sesamapinya di rumah, Azura berjalan dengan tatapan

    Last Updated : 2025-02-05
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 28

    ‘Kenapa kamu membunuh suamiku?’ batin Azura, dengan mata yang menatap Alvino.“Azura, kamu kenapa?” tanya Alvino melambaikan tangannya.“Aku tidak jadi makan, tapi jangan kamu makan.” Azura bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan meja makan begitu saja.Alvino menatap kepergian istrinya dengan bingung. Lalu, ia menghela napas, sambil menatap piring berisi steak yang bahkan belum di sentuh sama sekali itu.“Bahkan, ia belum mengangkat garpu dan pisau sama sekali,” gumam Alvino.Azura memasuki kamar, dan langsung mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan pelan, sambil menatap sekeliling kamarnya itu.“Tidak aku sangka, kamar yang dulu aku tempati bersama Bian. Justru aku bagi dengan pembunuh suamiku sendiri,” ucap Azura pelan.Langkahnya terhenti, saat ia berada di dekat sebuah cermin besar. Ia menghadap ke cermin tersebut, dan menatap pantulan dirinya sendiri.“Bahkan, aku sedang mengandung anak dari si pembunuh itu.” Tangannya terangkat, mengusap perut rampingnya yang masih rata.“Ta

    Last Updated : 2025-02-12
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 29 Benci bau obat

    Seseorang dari balik tirai itu segera membuka tirai, dan berlari ke arah Azura dengan raut wajah yang panik dan cemas.“Kamu baik-baik saja?” tanyanya, “kenapa kamu tidak memanggilku, hm?”Ternyata dia adalah Alvino. Pria itu sangat cemas dan khawatir, ketika mengetahui istrinya tak sadarkan diri.Ia menunda rapat penting, dan segera berlari kerumah untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Alvino mengambil tiang infus Azura yang jatuh. Lalu, mengambil boto infusan yang tergeletak.Azura tidak menjawab pertanyaan Alvino, ia hanya bisa menutupi mulut dan hidung sambil memukul-mukul lengan Alvino.Alvino sadar, jika istrinya ingin muntah. Alvino segera mengangkat tubuh Azura, dan membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar rawat.Sesampainya di dalam, Alvino menurunkan istrinya. Detik berikutnya, Azura memuntahkan isi perutnya yang tidak mengeluarkan apa-apa.Hal itu sangat menyiksanya, karena ia kembali merasakan sakit pada perutnya. Akibat memaksa untuk muntah.“Kenapa seperti ini, hm?”

    Last Updated : 2025-02-15
  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 30 Sedihnya Alvino

    “Baiklah, ini obatmu,” ucap Alvino memberikan obat yang ada di tangannya.Seketika Azura menoleh dan kembali menatap horror obat di tangan Alvino. Ia menutup mulut dan hidungnya, karena merasa mual dengan aroma obat.“Jauhkan itu, aku kembali mual karena baunya.”Dengan cepat, Alvino pun membuang obat tersebut begitu saja. Dan ia berlari masuk ke dalam kamar, hanya untuk membasuh tangannya yang mungkin bau obat.Ia kembali dengan tangan yang sudah harum sabun. Lalu, ia duduk di samping istrinya dengan mengangkat sebelah tangannya.Alvino hendak memeluk Azura, namuan Azura langsung menahan tangannya dengan menatapnya sinis. “Kamu mau apa?” tanya Azura.“Aku, ingin memelukmu,” jawab Alvino.“Tidak mau, pergi dari tempat dudukku,” usir Azura, “kamu duduk di sebelah sana saja.”Alvino menatap sofa yang tadi ia duduki saat menyuapi Azura. Ia menghela napas pasrah, dengan lemas ia bangkit dari duduknya berja

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 36 Posesif

    Tak terasa, waktu telah berlalu. Kini usia kandungan Azura, telah memasuki bulan ke empat. Di mana, drama mual, muntah, pusing dan semua hal yang menyiksanya selama trimester 1. Telah berhasil ia lalu bersama dengan Alvino.Meski demikian, Azura masih tetap ingat dan bersikekeh untuk bercerai dengan Alvino.Di usia kehamilan memasuki 4 bulan ini. Azura menjadi lebih posesif kepada suaminya.Ia tidak bisa jauh dari aroma tubuh Alvino. Yang membuatnya selalu tenang dan nyaman.Meski Alvino tidak keberatan, dengan keposesifannya istrinya. Dan justru, membuatnya sangat senang dan bahagia.Namun, di balik itu semua. Sedikit mempersulit pekerjaannya.Sebab, Azura bisa jauh dari Alvino. Sedangkan, ia harus pergi ke kantor untuk mengelola perusahaannya.Namun, Azura enggan untuk ikut dengannya ke kantor. Seperti sekarang ini, drama pagi hari yang baru telah di mulai.“Jangan pergi,” ucap Azura dengan suara manjanya.“Aku juga tidak ingin pergi.” Dengan gemas, Alvino mencubit pelan pipi istri

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 35 Piknik di halaman rumah

    Azura bangkit dari duduknya, dan menatap Alvino yang berada di depan anak tangga. “Bisakah kamu jangan pergi?” tanya Azura. Setelah menuruti egonya yang besar. Akhirnya, ia kalah dengan keinginannya yang jauh lebih kuat. Mungkin, ini pengaruh dari kehamilannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa tidak bisa jauh-jauh dari Alvino. Alvino terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia tersenyum. Alvino hanya tersenyum, dan membawa langkahnya menuruni tangga. Azura yang melihat itu menjadi sedih. Ia kembali duduk dengan wajah yang sedih. Bahkan, air matanya mulai menetes. Di saat ia hendak hanyut dalam kesedihannya. Tiba-tiba, seseorang memeluknya dari belakang. “Baiklah, karena kamu yang memintanya aku tetap bersamamu,” ucap Alvino. Azura tersenyum, namun ia tetap mengeluarkan air mata. “Kenapa kamu menangis, hm?” tanya Alvino. “Ini semua salahmu, kenapa kamu tidak menjawab sebelumnya. Aku pikir, kamu tidak mau dan akan tetap pergi bekerja.” Azura kembali menangis, sambil menj

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 34 Kalah dengan kata hati sendiri

    Tepat pada saat jam makan siang. Alvino telah tiba di rumah, dengan kedua tangan yang menenteng tas belanjaan.Dengan senyuman manis nan lebar. Alvino berjalan memasuki rumah yang ia tempati bersama Azura.“Sayang! Aku pulang!” seru Alvino berjalan melangkah menaiki tangga.Setibanya di lantai dua. Ia melihat Azura yang tengah duduk menunggunya di ruangan tengah dekat balkon.“Kamu sudah datang?” tanya Azura yang terlihat sangat antusias.“Hm,” jawab Alvino tersenyum ceria.“Ini dia seafoodnya. Dan ini cup cakenya.” Alvino mengeluarkan dan meletakkan kedua pesanan Azura di atas meja.Azura tersenyum menatap kedua menu makanan tersebut.“Tunggu sebentar, aku ambil sarung tangannya terlebih dahulu.” Alvino pun pergi menuju dapur, untuk mengambil sarung tangan khusus makan.Lalu, beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa sepasang sarung tangan.“Biar aku kupaskan ya,” ucap Alvino.Azura mengangguk begitu saja. Membuat Alvino kembali tersenyum senang, dan membuka wadah berisi seafo

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 33 Tidak mau jatuh cinta yang kedua kali

    “Rupanya, kamu sudah bosan hidup,” ucap Alvino dingin.Ia menatap pria dihadapannya itu dengan tajam, seakan menyiratkan amarah yang luar biasa meluap.Namun, belum sempat ia meluapkan amarahnya. Ponselnya berdering, yang terletak di atas meja kerjanya.Ia menghentikan langkannya, dan sedikit mengeram kesal. Sebelum akhirnya, ia pergi berlalu menuju meja kerjanya dan meraih ponselnya.Di saat Alvino menjawab telepon, pria tadi menghela napas lega. Meski hanya untuk beberapa saat.Alvino sedikit terkejut, saat melihat orang yang meneleponnya. Dengan bingung campur bahagia, ia pun menjawab panggilan tersebut.“Halo?” ucap Alvino.Tidak ada jawaban langsung dari seberang telepon, yang membuat Alvino menyeritkan dahi dan menatap ponselnya.Ia pikir, panggilan telepon tersebut berakhir begitu saja. Namun ternyata, ia masih terhubung.“Halo?” ucap Alvino, “Azura kamu ada di sana?”“Ekhm.” Azura berdehem, yang menandakan ia berada di sana.“Ada apa, hm?” tanya Alvino lembut.Namun, tatapanny

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 32 tanpa judul

    Akhirnya, bubur tersebut habis tak tersisa. Alvino tersenyum bangga, dengan mengacak-acak rambut Azura.“Pintar,” ucap Alvino.Azura hanya tersenyum, membiarkan Alvino mengacak-acak rambutnya. “Kamu mau minum susunya?” tanya Alvino sambil merapihkan kembali rambut indah istrinya.“Aku tidak yakin, tapi mungkin aku bisa mencobanya menggunakan sendok,” ujar Azura.Alvino mengangguk. “Baiklah, aku akan mengambil sendok teh dulu, ya.”Alvino bangkit dari duduknya, sambil membawa nampan berisi mangkuk kosong. Lalu ia keluar dari kamar Azura, menuju dapur.Tak berselang lama, Alvino kembali dengan membawa satu sendok teh. Kemudian, ia kembali duduk pada sisi ranjang dan memberikan sendok tersebut kepada Azura.Azura menerimanya, dan menyendok susu yang ada di gelas. Ia tidak langsung meminumnya, melainkan menatapnya terlebih dahulu dengan ragu dan cemas.“Jika kamu memang tidak sanggup tidak usah di minum,” ucap Alvino yang paham dengan tatapan istrinya.“Tidak, aku harus meminum

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 31 Senyuman Alvino

    Sontak saja, Alvino langsung membuka mata dan bangkit. Wajah polos bangun tidurnya terlihat panik dan juga cemas.“Maafkan aku, a-aku tidak bermaksud seperti itu,” ucap Alvino merasa bersalah.Lalu, ia segera merendahkan tubuhnya. Mendekatkan wajah pada perut Azura, dan mengusap lembut perut rata itu.“Maafkan Daddy ya, Daddy pasti menyakitimu,” gumamnya kepada perut tersebut.Untuk sesaat, Azura merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam hatinya. Seperti perasaan berdebar, namun sangat senang ia rasakan ketika Alvino mengajak calon buah hati mereka berbicara.“Kamu mau makan?” tanya Alvino membawa pandangannya kepada Azura.Namun, sepertinya Azura masih terhanyut dengan aktivitas Alvino sebelumnya. Membuatnya, tak sadar jika Alvino berbicara kepadanya.“Azura,” panggil Alvino dengan lembut.Azura pun tersadar. “Huh?” Ia membawa pandangannya kepada Alvino, yang tengah menatapnya penuh cinta.“Kamu mau makan, sayang?” tanya Alvino menambahkan panggilan ‘sayang’.“Jangan panggil aku

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 30 Sedihnya Alvino

    “Baiklah, ini obatmu,” ucap Alvino memberikan obat yang ada di tangannya.Seketika Azura menoleh dan kembali menatap horror obat di tangan Alvino. Ia menutup mulut dan hidungnya, karena merasa mual dengan aroma obat.“Jauhkan itu, aku kembali mual karena baunya.”Dengan cepat, Alvino pun membuang obat tersebut begitu saja. Dan ia berlari masuk ke dalam kamar, hanya untuk membasuh tangannya yang mungkin bau obat.Ia kembali dengan tangan yang sudah harum sabun. Lalu, ia duduk di samping istrinya dengan mengangkat sebelah tangannya.Alvino hendak memeluk Azura, namuan Azura langsung menahan tangannya dengan menatapnya sinis. “Kamu mau apa?” tanya Azura.“Aku, ingin memelukmu,” jawab Alvino.“Tidak mau, pergi dari tempat dudukku,” usir Azura, “kamu duduk di sebelah sana saja.”Alvino menatap sofa yang tadi ia duduki saat menyuapi Azura. Ia menghela napas pasrah, dengan lemas ia bangkit dari duduknya berja

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 29 Benci bau obat

    Seseorang dari balik tirai itu segera membuka tirai, dan berlari ke arah Azura dengan raut wajah yang panik dan cemas.“Kamu baik-baik saja?” tanyanya, “kenapa kamu tidak memanggilku, hm?”Ternyata dia adalah Alvino. Pria itu sangat cemas dan khawatir, ketika mengetahui istrinya tak sadarkan diri.Ia menunda rapat penting, dan segera berlari kerumah untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Alvino mengambil tiang infus Azura yang jatuh. Lalu, mengambil boto infusan yang tergeletak.Azura tidak menjawab pertanyaan Alvino, ia hanya bisa menutupi mulut dan hidung sambil memukul-mukul lengan Alvino.Alvino sadar, jika istrinya ingin muntah. Alvino segera mengangkat tubuh Azura, dan membawanya ke kamar mandi yang ada di kamar rawat.Sesampainya di dalam, Alvino menurunkan istrinya. Detik berikutnya, Azura memuntahkan isi perutnya yang tidak mengeluarkan apa-apa.Hal itu sangat menyiksanya, karena ia kembali merasakan sakit pada perutnya. Akibat memaksa untuk muntah.“Kenapa seperti ini, hm?”

  • Cinta Dan Dosa Seorang CEO    Bab. 28

    ‘Kenapa kamu membunuh suamiku?’ batin Azura, dengan mata yang menatap Alvino.“Azura, kamu kenapa?” tanya Alvino melambaikan tangannya.“Aku tidak jadi makan, tapi jangan kamu makan.” Azura bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan meja makan begitu saja.Alvino menatap kepergian istrinya dengan bingung. Lalu, ia menghela napas, sambil menatap piring berisi steak yang bahkan belum di sentuh sama sekali itu.“Bahkan, ia belum mengangkat garpu dan pisau sama sekali,” gumam Alvino.Azura memasuki kamar, dan langsung mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan pelan, sambil menatap sekeliling kamarnya itu.“Tidak aku sangka, kamar yang dulu aku tempati bersama Bian. Justru aku bagi dengan pembunuh suamiku sendiri,” ucap Azura pelan.Langkahnya terhenti, saat ia berada di dekat sebuah cermin besar. Ia menghadap ke cermin tersebut, dan menatap pantulan dirinya sendiri.“Bahkan, aku sedang mengandung anak dari si pembunuh itu.” Tangannya terangkat, mengusap perut rampingnya yang masih rata.“Ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status